Heart Wrecker

68 6 3
                                    

"Noona!"

Gadis itu melangkahkan kakinya semakin cepat setelah mendengar panggilan dari seorang lelaki. Ia tahu pasti suara siapa itu. Ia terus mempercepat langkahnya ditrotoar jalan tanpa bermaksud berbalik kebelakang.

"Hyera noona! Berhentilah." Lelaki itu masih tidak menyerah untuk mengejar langkah Hyera, gadis yang berusaha menghindarinya. Secepat apapun Hyera berjalan, lelaki tersebut masih dapat menjangkaunya dengan pandangannya.

Lelaki itu pun memutuskan untuk menyusul Hyera dengan berlari, "kubilang berhenti Yoo Hyera!" bentak lelaki tersebut sambil menarik tangan kanan gadis itu hingga berbalik kearahnya. Ia refleks melakukannya. Sungguh tidak ada niatan sama sekali untuk bersikap kasar pada gadis yang akhir-akhir ini membuatnya jatuh cinta itu.

"Lepaskan aku, Kim Jongdae!" Hyera mencoba menarik tangan kanannya namun genggaman Jongdae, lelaki yang sedari tadi mengejarnya itu, tentu lebih kuat darinya.

"Mianhae, Hyera noona. Aku tak sengaja melakukannya," Jongdae melonggarkan cengkramannya pada gadis dihadapannya itu. Ia memandang lembut wajah cantik itu intens. "Kita harus bicara. Mengapa kau malah mencoba lari dariku eum?" ujar Jongdae lebih lembut dari sebelumnya dengan menggenggam kedua tangan Hyera erat.

"Tidak ada hal yang harus kita bicarakan lagi, Jongdae-ya." tolak Hyera.

Ia berusaha memalingkan wajahnya dari tatapan lembut Jongdae. Ia tidak boleh membiarkan rasa didadanya ini tumbuh makin besar. Hei bukankah ia baru saja putus cinta?

Kenyataannya lelaki yang telah meninggalkan Hyera dulu berstatus sepupu dari Jongdae.

" Jangan pungkiri perasaanmu, Hyera noona. Kau menyukaiku bukan?" Jongdae mengangkat dagu Hyera hingga wajah menawan itu mengarah padanya kembali. Tahukah gadis ini kalau matanya telah berhasil membius Jongdae sejak lama?

"Aku lebih tahu perasaanku sendiri daripada orang lain, Kim Jongdae."

"Apakah aku harus mempercayai ucapanmu?"

"Maksudmu?"

"Raut wajahmu tidak sesuai dengan hatimu. Kau berbohong."

Hyera tersentak dengan ucapan lugas Jongdae, "sudahlah. Biarkan aku pergi."

Hyera menghentakkan tangannya hingga gengaman tangan Jongdae terlepas. Ia membalikkan tubuhnya dan hendak meninggalkan Jongdae kembali dibelakangnya.

"Tak bisakah kau tidak melihatku dibawah bayang-bayang Luhan hyung? Tak bisakah kau hanya melihat aku seorang?"

Hyera kontan menghentikan langkahnya. Hatinya mencelos setelah mendengar ucapan Jongdae yang penuh harap. Ia pun berbalik.

"Mengapa kau seperti ini Kim Jongdae? Kenapa kau memaksaku? Apa kau tidak menganggap Luhan oppa itu sepupumu lagi? Kau..."

Hyera tidak sanggup meneruskan kata-katanya lagi. Ia mulai terisak. Dada Hyera sudah terasa sesak karena usahanya menahan air mata sejak tadi.

"Aku tidak dapat membendung perasaan ini lagi, noona. Kau begitu mencemaskan Luhan hyung akan tersakiti apabila ia tahu perasaanmu yang kini mulai menyukaiku.

Namun benarkah akan seperti itu? Bukankah ia tidak mempedulikanmu dan malah pergi berdua dengan wanita lain? Kau tahu, aku masih sangat menganggapnya saudaraku. Kalau tidak aku pasti akan menghajarnya sampai mati karena telah berani menyakitimu seperti ini."

Hyera tersentak. Ia mengangkat wajahnya yang sempat tertunduk lesu. Ia mendapati Jongdae yang entah sejak kapan sudah berdiri tepat dihadapannya seperti semula.

Hyera benar-benar tidak menyangka Jongdae berpikiran seperti itu. Mata tajamnya itu memang tidak main-main. Sebegitu besarkah cinta Jongdae untuk seorang Yoo Hyera?

"Kenapa harus aku, Jongdae-ya? Bukankah banyak gadis lain─"

"Aku tidak mau yang lain. Lalu mengapa kau meragukanku, noona?" sela Jongdae seraya mengusap jejak air mata dikedua pipi Hyera menggunakan ibu jarinya perlahan.

"..."

Sekarang Hyera benar-benar tidak bisa membalas Jongdae lagi. Ia terpaku akan sikap dan tutur kata lelaki tersebut. Gadis itu menyerah akan perasaannya sendiri.

"Aku sangat menyayangimu, Hyera noona. Aku sudah terjatuh akan pesonamu sejak saat kau bersama Luhan hyung dulu. Aku terus menyembunyikan perasaan ini sampai akhirnya tahu bahwa kau terluka oleh sepupuku itu. Apa kau menolakku karena usiaku yang lebih muda setahun darimu ini?"

"Anniya! Bukan begitu," jawab Hyera. Ia menelisik wajah tampan Jongdae dengan matanya, "aku takut kalau perasaanku ini sementara untukmu. Aku takut kau hanya menjadi pelarianku dari Luhan oppa. Aku tidak mau kau terluka..."

Jongdae tersenyum, "tidak akan, noona. Matamu tidak dapat berbohong. Namun apabila hal itu akan terjadi, aku akan terus membuatmu jatuh cinta. Lagi dan lagi."

Jongdae membelai lembut pipi kanan Hyera dengan tangannya.

"Begitu percaya dirinya kau ini." Hyera tertawa kecil. Ia memukul pundak kiri Jongdae main-main. Saat ini ia tidak bisa menyembunyikan rasa cinta untuk lelaki muda ini lagi. Ia mengaku sudah terlanjur mencintainya.

"Jigeum etteokhae? Kau mau menerima cintaku kan? Ah biar bagaimanapun kau harus mengatakan iya."

Jongdae melingkarkan kedua tangannya dipinggang Hyera. Ia berjanji tidak akan pernah sekalipun untuk membuat gadisnya ini menangis seperti yang dilakukan sepupunya.

"Dasar lelaki pemaksa." Hyera tersenyum simpul. Yah, ia akan mulai melupakan Luhan lalu membuka kisah baru bersama Jongdae mulai sekarang.

"Jangan menangis lagi ya, nae noona."

"Anni..." elak Hyera. Bibir gadis itu mengerucut lucu.

"Kau masih saja berlagak tegar," Jongdae mencubit pipi kanan Hyera sekilas. Kemudian ia memeluk Hyera dengan perlahan.

Dekapan tubuh Jongdae begitu menguarkan kehangatan bagi Hyera. Lelaki bertampang manis itu pun mengusap punggung Hyera pelan, "aku begitu menyayangimu. Jangan pernah berusaha pergi dari sisiku lagi, arachi?"

"Ne, araseo. Mulai saat ini kau adalah bumi tempatku kembali, Jongdae-ya." Hyera mempererat pelukannya dalam tubuh tegap Jongdae. Kedua insan itu berpelukan tanpa mempedulikan keadaan disekitar mereka.

Jelas saja. Karena memang hanya mereka bukan yang mengerti akan kisah cinta itu?

**

Mengapa kita tak lagi saling memandang satu sama lain?

Mengapa kita tak lagi saling berkomunikasi?

Mengapa kita tak lagi saling menyayangi?

Kita meneteskan air mata karena kenyataan yang sangat menyakitkan

Katakanlah kita pasti bisa mengubah sesuatu jika kita memang menginginkannya, MAMA... MAMA...

(EXO K - MAMA)

END

Ini ff remake sebenernya. Cast aslinya member EXO juga sih tapi pas juga ternyata buat Chen. hehe

92 Linenya EXO (1992 line) Where stories live. Discover now