Kafe Semesta

67 7 6
                                    

"Disini lho kafenya, Ri."

Gue menoleh tepat sepasang muda-mudi itu masuk kedalam kafe tempat gue magang ini.

"Selamat datang!"

Gue memaksakan senyum ceria pada sosok cantik yang tengah dirangkul mesra sama sosok tegap disampingnya.

Nggak tau kenapa mata gue nggak bisa lepas dari cewek cantik itu, yang kini mengambil tempat di deket jendela.

Sambil mengelap meja, sesekali gue melirik sejoli itu. Si cowok berdiri setelah mengusap puncak kepala ceweknya sambil tersenyum.

"Tunggu bentar ya. Aku pesen dulu."

"Iya."

Jawab si cantik itu sambil tersenyum manis.

Aduhai, kenapa cewek secantik itu bisa eksis di dunia ini ya?

Anggap gue idiot karena tiba-tiba aja suka sama cewek orang, tapi perasaan nggak bisa dikontrol kan?

Cinta bisa datang kapan aja. Kayak yang lagi gue rasain sekarang.

"Ini diaaaaaa choco milk shake buat pacar kesayangan aku!"

"Waaaah topping choco chipsnya banyak banget!"

"Bener kan, udah aku bilang kamu pasti bakalan suka deh. Cobain dulu. Enak?"

"Hmm... Ini enak banget! Sumpah coklatnya lumer banget dilidahku."

Emang benar ya, kalo lagi kasmaran itu dunia serasa milik berdua. Yang lain ngontrak termasuk gue.

Malahan keliatannya alam semesta udah milik mereka berdua aja sekarang.

Dari titik dan sudut ini gue cuma bisa memperhatikan si cantik yang terus tertawa bahagia didepan seseorang yang dicintai dan mencintainya.

"Abi, waktu kerja lu udah abis. Ganti shift sana sama yang lain."

"Oke, Pak."

Suara manajer kafe mengejutkan gue. Masih sempet gue menoleh pada si cantik.

Mungkin, kalo gue nggak salah lihat. Dalam pandangan sepersekian detik sebelum ke dapur, mata indah si cantik melihat kearah gue balik.

**

"Choco milkshakenya satu ya, mas."

Gue tercengang saat sosok cantik itu balik lagi. Tanpa persiapan, gue cuma bisa bengong dibalik meja kasir.

Gue gila pasti nih. Mengabaikan pesanan pelanggan dan malah melamun.

"Mas?"

"Eh, ah. Pesen apa tadi, mbak? Maaf saya nggak fokus."

"Choco milkshake satu, mas."

"Dingin atau panas?"

Pertanyaan terbego. Mana ada bubbleshake drink anget?

"Dingin."

"Oke, ditunggu ya."

Sebenernya masih syok banget karena si cantik balik lagi kesini.

Gimana ya? Apa harus gue tanya namanya? Gue penasaran. Tapi...

Dia udah punya pacar.

Apa yang harus gue lakuin sekarang. Kesempatan nggak akan dateng dua kali sih.

Sambil ngerjain pesanan si cantik, gue sesekali menoleh kearahnya.

Figur indah yang lagi mainin handphonenya itu beneran ada disana.

Lu harus ajak dia ngobrol, Bi. Harus. Sekarang juga.

"Ini pesanannya, mbak. 22 ribu rupiah."

Bahkan gerakannya yang mengambil uang dari dalam tas tenteng birunya aja keliatan anggun dimata gue.

Abimanyu udah sakit jiwa nih.

"Sendirian aja, mbak?"

Entah dorongan dari setan mana gue beneran ngajak dia ngobrol.

Peduli amat dibilang sok akrab lah. Gue harus ajak dia kenalan.

"Hmm... Keliatannya?"

"Kirain lagi nunggu temennya."

Gue tersenyum sambil nyerahin minuman pesanan si cantik dengan dia yang nyerahin uang pembayarannya.

"Masnya merhatiin aja ya."

Deg!

Mati gue. Ketauan nih gue merhatiin dia?

"Yah gimana nggak bisa merhatiin cewek secantik mbak sih."

"Hahaha si masnya bisa aja deh. Ya udah makasi ya, mas."

Ah dia pergi kan tuh. Panggil Bi, panggil!

"Mbak, sorry tunggu!"

Dia balik badan dan menoleh lagi, "Ya?"

"Namanya sia-"

"Riya! Maaf lama ya, sayang."

Deg!

Sialan banget kenapa pacarnya harus masuk dan sekaligus jawab pertanyaan gue?

"Nggak kok. Seorang Cahyo yang A tulen nan tampan ini kapan telat dateng sih?"

"Sumpah, yang, kamu tuh B tulen bisa banget ngomong manisnya ya."

"Masa? Hehehe..."

Si cantik noleh dan mengangguk sekilas sama gue sebelum digandeng keluar pacarnya.

Iya paham kok duhai mbak yang cantik kalo gue nggak ada kesempatan masuk kedalam alam semesta yang mbaknya dan masnya buat berdua.

Gue sadar sepenuhnya kalo senyuman tipis itu udah menolak gue secara halus.

"Ah gila pait banget!"

Secangkir espresso anget bisa ngilangin nyesek didada ini kan ya?

END

92 Linenya EXO (1992 line) Where stories live. Discover now