Pintu terbuka, dokter Sandy masuk. Sebelah tangannya menggenggam benda berupa telepon pintar, yaitu smartphone. Beliau terlalu mencemaskan Cally.

"Tidak bisakah kalian menelepon Samuel, mengatakan kondisi Callila?" tawar dokter Sandy tak mengira keponakannya masih bersikukuh.

"Belum saatnya, Paman," jawab Reon nanar.

"Sampai kapan?"

"Entahlah. Aku belum memastikan kapan menghubungi Samuel."

Dokter Sandy mendesah kesal, melipatkan tangan di depan dada. "Apa karena kamu ketakutan apabila Samuel memukulmu nanti?"

Gio melirik gestur badan Reon yang seketika mematung. Badannya terpaku, meyakinkan Gio bahwa Reon masih tak tega. Tetapi, Cally membutuhkan suami. Hanya suaminya Cally yang bisa menenangkan Cally.

"Aku ...."

Reon menunduk.

"Saya memberi jangka waktu sejam. Jika kamu tidak menghubungi Samuel, biar Paman yang menghubunginya," ancam dokter Sandy hingga beliau keluar dari kamar rawat.

Tepukan pelan ditambah remasan artinya Reon tak perlu buang-buang waktu. Yang bisa dia lakukan adalah menuntaskan segalanya.

"Beri aku waktu lima menit."

***

Sebuah bayangan sedang mengangkat tangan. Ada benda tergenggam erat di tangan, lalu mendekatkan ke telinga.

"Di mana dia?" Jeda sejenak karena terlalu fokus mendengarkan. "Di rumah sakit? Cepat sekali kamu mendapatkannya. Ya, tentu. Terima kasih informasinya."

Bayangan itu menurunkan tangan. Dengan cahaya terang menyelimuti ruangan, sosok itu bisa mengedar sekeliling. Dengan memandang bingkai foto, bibir itu mengulas senyum licik.

"Saatnya beraksi, bukan?"

***

Adora meletakkan Cloudy dengan hati-hati. Bantuan dari Acer yang kemudian menyerahkan sarapan pagi untuknya, sekaligus. Adora mengitari sudut ruangan, bertanya-tanya.

"Ke mana kakakku, Acer?"

Acer sedang merapikan barang-barang yang berserakan, mengangkat kepala. "Saya tidak tahu Master ke mana, Miss. Sedari tadi saya mencari, saya tidak menemukannya. Gio juga menghilang."

Terkesiap, Adora mulai diselimuti kepanikan. "Apa yang terjadi? Apa sebaiknya aku ke kamar Cally?"

Menarik napas dalam-dalam, Acer kemudian menggeleng. "Saat saya ke kamar Miss Cally, saya tidak mendapati keberadannya. Saya tidak tahu ke mana mereka saat ini."

Tegang, Adora jadi gelisah.

Perasaannya kian detik tak menentu. Suasana ini tak kunjung juga berhenti. Adora merasa gelisah, lemas, dan tak berdaya. Keluar dari villa ini pun percuma. Bagaimana dengan keponakannya?

"Miss?"

Acer heran saat Adora mendekap dirinya. Berdeham sejenak, Acer merubah dirinya yang merupakan seorang kepala pelayan menjadi seorang ayah. Dengan segala kemampuan dimilikinya, Acer mengelus rambut panjang Adora sebagai bentuk kasih sayang.

"Jangan pedulikan apa yang diucapkan Marinka, Nak. Mungkin beliau terlalu kalut, sukar menjelaskan isi hati."

"Bukan itu." Adora menggeleng. "Jika aku tidak menikah dengan George, bisa jadi aku menikah dengan laki-laki pilihanku. Bahkan aku akan terlihat bahagia bersanding dengannya."

Pria tua itu mengetahui seluk beluk masa-masa pernikahan Adora dan George yang diputuskan melalui perjodohan. Perjodohan antar bisnis. Karena itulah, Azzorra memanfaatkan hati lembut Adora untuk meraih kesuksesan perusahaannya.

Good Time ✔️Where stories live. Discover now