#4 - Pindah Rumah

6.4K 502 51
                                    

Hai, masih ingatkah kalian padaku? Aku Nayshi. Si gadis yg masa kecilnya lumayan hiperaktif, sulit diatur, tidak mau mendengarkan apa kata orang lain, dan hanya ingin melakukan hal hal semauku saja.
: Tetapi, saat ini aku adalah seseorang yg pendiam dan misterius. Tidak, bukan berarti aku tidak punya teman dan tidak pandai bergaul. Hanya saja, semenjak aku melihat hal hal diluar nalar itu, aku menjadi banyak merenungkan artinya, apakah yg aku lihat itu adalah benar?

****

Sekarang, aku sudah beranjak menjadi siswa SMP. Aku lulus SD pada tahun 2010. Betapa menegangkannya menunggu saat-saat pengumuman hasil UN tiba, ditambah lagi saat itu aku sedang disibukkan untuk pindahan rumah.
Iya, saat lulus SD aku pindah rumah. Tapi, bukan pindah ketempat yg jauh dari rumah sebelumnya. Kami sekeluarga hanya pindah blok saja, masih di RT yg sama, dan masih di asrama dinas yg sama. Kami memilih pindah dari rumah sebelumnya karena disana terlalu sempit untuk 5 anggota keluarga. Ya.. Bisa dibilang asrama itu seperti kontrakan yg hanya memiliki 2 kamar tidur, dapur kecil, ruang tamu, dan 1 kamar mandi. Sangat minimalis.

"Dan, rumah baru inilah yg sampai saat ini masih ku tempati, yg menjadi saksi bisu atas kemampuan-kemampuanku yg bertambah seiring berjalannya waktu"

: Sudah beberapa hari terakhir ini, kami sekeluarga bergantian menggotong barang-barang dari rumah lama ke rumah baru, yg jaraknya bisa dibilang cukup dekat. Hanya berjalan kaki beberapa langkah, maka rumah baruku itu akan terlihat.

Huh, melelahkan. Barang-barang sudah siap dirumah baru, tinggal membereskan dan menata ulang letak-letak barang.

: Malam ini, kami mulai tidur di rumah baru ini. Tapi, kamarku masih bau cat. Jadi pintu kamar dibuka saja. Aku tidak tidur sendiri, aku masih tidur berdua, malah sekarang bertiga dengan adikku. Kamar dirumah baru ini menurutku luas. Adikku tidur dikasur atas, lalu aku dibawahnya, dan kakakku di kasur bawahnya lagi yg ditarik itu kasurnya. Persis di pengungsian.

: Malam telah tiba, waktu menunjukkan pukul 9 malam. Karna kelelahan membereskan barang-barang, ayah, ibu, dan adik sudah tidur duluan. Tinggal aku dan kakakku yg belum tidur. Lampu ruangan lain sudah dimatikan, begitu juga dengan lampu kamarku. Hanya lampu redup saja yg menyala di sudut-sudut ruangan agar tidak terlalu pengap karna gelap.

Aku dan kakakku hanya diam saja menatap langit-langit kamar. Kami berdua ingin tidur, tapi tidak bisa tidur. Krik.. Krik.. Hanya terdengar suara jangkrik dari luar. Entah karna kondisi kamar yg masih bau cat, atau karna ini rumah baru, jadi belum merasa nyaman? Sesaat kemudian kakakku bangun, ia mau ke kamar mandi. Setelah kakakku keluar kamar dan berjalan menuju kamar mandi, sepertinya ada yg aneh. Hanya perasaanku saja ataukah karna ini rumah baru? Sepertinya status 'rumah baru' sekarang jadi disalahkan. Dulu yg disalahkan adalah imajinasiku. Sekarang, karna ini rumah baru aku jadi seperti merasakan kehadiran mereka. Padahal, bukankah sejak dulu aku memang melihat dan merasakan kehadiran mereka? Hanya saja akunya yg tidak mengerti.

: Perasaanku tidak enak, mataku ini rasanya ingin tertuju pada pintu kamarku yg terbuka lebar. Aku memandangi pintu kamarku, kakakku masih di dapur untuk minum. Lama kelamaan, aku melihat putih-putih dari luar pintu. Hah, apa itu? Diluar kamar gelap, tapi aku melihat ada kain putih di dekat pintu kamarku seperti sedang mengintip ke dalam dan melihatku. Mana kakak? Kenapa ia belum kembali juga. Akhirnya, terdengar suara langkah kaki kakakku dari dapur menuju kamar. Dan seketika itu, kain putih yg berada di depan pintu tadi menghilang. Kakakku hanya bilang "kok merinding ya" saat mendekati pintu kamar. Sebenarnya aku juga jadi merinding, tapi aku masih bisa mengatasinya.

: Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, aku masih belum bisa tidur. Sedangkan yg lain sudah tidur dengan nyenyaknya. Aku main game di hp. Tapi itu sungguh membosankan. Sampai akhirnya, aku kebelet pipis. Terpaksa aku harus bangun untuk ke kamar mandi. 'Sendirian'. Tanpa ada perasaan takut atau apapun, aku pergi menuju kamar mandi.
.........................

Seselesainya :
: Kubuka pintu kamar mandi dengan menghela nafas. Kulangkahkan kakiku keluar dari kamar mandi. Satu langkah dari kamar mandi.

TAP...

YAP!!!! LANGKAHKU TERHENTI.
(Tepat di depan pintu kamar mandi)

Kondisi dapur gelap, hanya ada lampu redup yg menyala.
Sekarang terlihat jelas siapa yg ada di hadapanku. YA! persis dihadapanku. Ada seorang wanita, umurnya hampir sama denganku. Tingginya hanya sebahuku. Rambutnya acak-acakan dan sangaaaaaaatttt panjaannnngggg. Wajahnya menyedihkan seperti habis menangis bertahun-tahun. Lingkar matanya hitam. Dia sangat pucat. Duh, apa apaan ini? Aku tidak bisa bergerak. Apa yg harus aku lakukan? Apa yg sedang ku lihat ini? 😰

: Kemudian, dia mengulurkan tangannya kepadaku. Aku hanya bisa menelan ludah saat itu sambil menatapnya. Lalu ia menunduk dalam dalam. Aku abaikan uluran tangannya. Aku pun langsung lari ke kamar dan menutup pintu kamarku rapat rapat. Tak peduli kamarku pengap karna masih bau cat. Aku bersembunyi di balik selimut. Berusaha cepat tertidur pulas dan pagi segera datang. Apaa itu tadi? Kenapa dirumah ini ada anak kecil seumuran denganku. Dia sangat pucat. Menyedihkan dan mengerikan.

: Besok paginya dan seterusnya, seperti biasa aku tidak menceritakan hal itu kepada ibuku. Aku lebih suka bercerita tentang teman temanku. Aku berusaha melupakan kejadian semalam. Tapi saat sore tiba, aku selalu mendegar suara isak tangisnya di ruang sebelah WC. Dulu, ruangan itu dipakai oleh pemilik sebelumnya sebagai warung. Tapi, kami sudah merenovasi rumahnya. Dan menjadikan ruangan warung yg seperti gudang itu sebagai musholla.

: Huuuu... Uuuuuuu... Uuuuuu... Uuuuuuu...
Suara itu terdengar sangat jelas dari ruangan yg sekarang menjadi musholla itu. Semakin aku abaikan, suara itu semakin memekakkan telingaku. Suara itu lembut, sangatlah lembut. Tapi, seperti menggema dan membuat telingaku sakit dan kepalaku pusing. Aku mencoba menutup telingaku, mengabaikan sumber suara itu. Aku malas. Sangat malas. Sejak kecil aku tak pernah sekali pun mencoba untuk berurusan dengan "mereka" apalagi mencoba untuk berkomunikasi dan mengenal lebih dalam tentang "mereka". Aku dingin. Sangatlah dingin kepada "mereka". Aku benar benar masih belum tau apakah aku memang bisa melihat "mereka" atau ini hanya kebetulan semata? Aku pikir, karna ini rumah baru, jadi wajar saja jika ada yg menganggu. Karna sebelum ditempati, toh rumah ini kan kosong beberapa bulan untuk direnovasi.

: Ohya, aku hampir lupa. Kemarin, saat aku pindah rumah. Aku sempat berpamitan kepada om sumur itu. "Om, aku pindah rumah ya. Dadah om". Menurutku, om sumur itu baik dan ramah. Mungkin karna sejak umur 4 tahun aku sudah melihatnya dan terbiasa, jadi aku tidak takut kepadanya.
: Ternyata, om sumur itu tau dimana rumah baruku. Kadang, dia datang menengok ke rumah baruku. Tapi dia tidak melakukan apa apa. Hanya sekedar melihat saja, atau lewat? Karna tempat aslinya adalah di sumur itu.

: Bagaimana dengan sekolah baruku?
Aku bersekolah di salah satu SMPN Favorit di daerahku. Sekolah itu adalah salah satu bangunan peninggalan Belanda. Bangunannya tak ada yg berubah. Masih sangat kental dengan suasana Belandanya. Sekolahku juga dekat dengan rumah sakit peninggalan Belanda. Lalu? Bagaimana dengan suasana disana? Apakah aku masih tak akan sadar juga jika aku memang bisa melihat "mereka" dan bukan kebetulan belaka?

****"

- Sepertinya, disinilah awal kisah ke-indigoan-ku mulai terasah -

Indigo Crystal 1Where stories live. Discover now