Waksa | Pemberhentian Terakhir

1K 180 137
                                    

Author note :
Minta maaf dulu deh sebelum dibantai. Waksa... Maapin author yee 😟

Play the video while you read it.. 😊

*****

"Renggani... Kamu dimana, Re?"

Waksa sibuk mendial satu kontak yang sudah puluhan kali ia coba hubungi namun tak ada jawaban.

Nomor yang ada hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan...

Sembari mengendalikan kemudi Jazz-nya ia terus untuk mencoba menghubungi Renggani yang tiba-tiba menghilang di tengah masa rehabilitasinya di rumah sakit.

Ia mencoba menghubungi nomor lain. Tersambung.

"Mamah yakin udah cari Re di semua tempat di rumah sakit?"

Sudah pasti jawaban yang tidak ia inginkan yang didapatnya.

"Waksa cari di jalan. Kalau ada kabar segera hubungi Waksa ya, Mah"

Waksa menelusuri jalanan di sekitar rumah sakit. Berharap akan menemukan secercah harapan untuk bisa menemukan istrinya.

Seperti d'javu. Terakhir kali ia tak bisa melacak keberadaan Renggani, istrinya pulang dalam keadaan yang tidak baik. Ia tak mau hal itu terulang kembali.

Puluhan orang sudah ia tanyai, namun hasilnya nihil. Sudah kesekian kalinya ia berputar-putar menelusuri jalanan ini, tak satupun jawaban memuaskan yang ia dapatkan.

"Tempat yang terjangkau oleh Renggani disaat ia tak membawa uang sepeserpun..."

Pikirannya menerawang sembari terus mengemudi. Matanya tak lepas dari tiap sisi jalan.

"Tempat yang akan ia datangi saat ia sedih.."

Otaknya terus berputar mencari kemungkinan keberadaan Renggani.

"Tunggu, gak mungkin kan kalo dia pergi kesana?"

Asumsi mulai bermunculan di kepalanya.

"Tempat itu hanya diketahui oleh orang-orang tertentu aja. Saat itu Renggani masih bedrest dan gak mungkin ia tahu tempat itu.. Tapi..."

"Apa mungkin dia sudah-"

Spontan Waksa segera memutar kemudinya menuju tempat yang ada di dalam benaknya.

TIIIIINNNNNNN

BRAKK!!!

Tabrakan itu tak terelakkan lagi..

*****

Desau angin berhembus lembut diantara pepohonan rindang dan pohon Kamboja di sekitar tempat itu.

Sepi mengulang sendu ditempat pemberhentian terakhir setiap makhluk ciptaan-Nya.

Perempuan itu masih berdiri mematung disana, memandang satu titik gundukan tanah yang bertuliskan nama orang terkasihnya.

Air mata tak kunjung berhenti mengalir dari kedua matanya. Mungkin berjuta penyesalan tak kan mampu menghapusnya.

Andai ia tidak seegois ini..
Andai ia belajar untuk lebih kuat...
Andai ia lebih cepat menyadarinya..
Andai..
Andai...
Dan andai lainnya yang takkan dapat mengubah apa yang sudah terjadi..
Dia takkan kembali..

Kata itu terus berputar di kepalanya. Mengulang penyesalan yang tak terucapkan.

Jika perpisahan sudah menjadi jalan takdinya. Tidak ada pilihan lain selain menerimanya, meskipun begitu pedih untuk diterima...

This Path, Our Journey, Your ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang