Brian | Setapak Perjuangan

1.3K 251 107
                                    

Untuk seorang Brian Sathrya Wicaksono, penolakan bukan sebuah akhir tapi merupakan awal dari perjuangan..

"Pagi"

Sapanya riang di pagi hari yang ke-sepuluh ia muncul di depan gerbang rumah Layang, dan untuk kesekian kalinya Layang mengacuhkannya.

"Buru-buru, Neng? Udah Abang tungguin loh"

Layang melenggang pergi ke jalan utama untuk menunggu bus ke arah kampus.

"Yakin gak mau nebeng?" tanya Brian yang menyamai langkah Layang sambil mendorong motor dengan kedua kakinya.

"Ini udah jam 6.45 loh. Kamu ada kuliah Pak Wibawa jam 7.00 kan?" lanjutnya yang membuat Layang menghentikan langkahnya.

Nama yang tidak seharusnya disebut itu adalah dosen killer salah satu makul wajib yang tidak pernah mengizinkan mahasiswanya terlambat lebih dari 10 menit.

"Kog kamu tau?"

"Apa yang gak aku tau tentang kamu?" balik Brian sambil menopang dagunya diatas stang motornya

Layang melanjutkan langkahnya lebih cepat, setengah berlari menuju halte.

"Udah jam 6.50, masih bisa kekejar kalo kita berangkat sekarang" teriak Brian dari samping halte tanpa perduli pandangan orang-orang di sekitarnya

Layang mengacuhkan omongan Brian dan mencoba positive thinking bahwa busnya akan segera datang.

"6.55!"

Layang masih diam di tempatnya.

"Jam 7.00 tepat. Ok gue duluan ya" pamit Brian

Ketika ia hendak menstater motornya, sesosok tangan menarik lengan boomber-nya.

"Aku kasih waktu 10 menit untuk sampe ke FIB"

Tanpa buang waktu Layang segera naik ke atas motor CBR milik Brian. Brian pun mengulurkan helm untuk Layang.

"Kalo aku sampe sebelum 10 menit, kamu harus nemenin aku seharian penuh"

"Tap-"

"Call! Pegangan!"

Tanpa menunggu aba-aba, Brian segera memacu motornya di tengah jalanan padat kota Jogja.

Degupan jantung Layang berlomba dengan kecepatan motor Brian. Dengan terpaksa ia memeluk pinggang itu demi keselamatan hidupnya, terutama ketika Brian menyelip diantara bus dan truck yang tengah melaju.

Motor CBR itu terparkir rapi di parkiran FIB dalam hitungan menit.

"Sembilan menit lebih 55 detik" seru Brian sambil mengecek jam tangannya, masih menggunakan helm fullfaced-nya

Nampak tak ada respon sama sekali dari Layang, ia pun mengecek ke belakang.

"Are you ok?"

Layang masih tidak menjawab, tangannya yang gemetaran masih mencengkeram jacket Brian.

"ORANG GILA!" teriak Layang

Gadis itu segera turun dari motor Brian kemudian melemparkan helmnya ke arah Brian.

Ia pun bergegas pergi meninggalkan Brian yang mematung diatas motornya.

"Maaf.. Maaf.. "

Brian mengekori Layang yang jalan terburu-buru di lorong jurusannya sambil menenteng kotak plastik entah dari mana.

"Janji deh gak kebut-kebutan lagi.."

"Terserah"

"Ya jangan terserah, habis ini kita masih jalan kan?"

"Bodo"

"Layaang.. Please" Mohon Brian

"Aku mau kuliah, Bri!"

"Anyway, dispensasi 10 menitmu sepertinya udah habis, tuh si bapak udah ambil absen-nya" tunjuk Brian ke arah pintu kelas yang seharusnya dimasuki Layang

"Brengsek!"

Layang segera berlari ke arah kelasnya, tapi sebelum tangannya membuka knop pintu ada tangan lain yang menahannya.

"Kalo gini caranya kamu gak bakal dibolehin masuk" ujarnya

"Cukup percaya sama aku aja" lanjutnya dengan diiringi seulas senyuman

Brian mengetuk pintu dengan tenang kemudian masuk ke kelas terlebih dulu meninggalkan Layang yang berdiri di depan pintu seorang diri.

Tak lama terdengar teriakan dari dalam kelas. Orang-orang panik berhamburan keluar seketika.

"Kenapa sih?" tanya Layang pada salah satu temannya

"Tikus! Ada tikus banyak banget!"

"Anjeeng! Dagang tikus ya tu orang!"

"Banyak banget tikusnya gila!"

Tak lama Pak Wibawa keluar sambil menjewer telinga si biang keonaran pagi ini.

"Aaa...ampun Pak, sumpah itu kesandung terus lepas semua. Itu buat praktikum nanti siang, Pak"

"Kamu tuh anak IPS, ga ada praktikum pake tikus!"

"Oiya lupa... "

"Ampuunn pak, lepasin dulu jewerannya plis" pinta Brian dengan muka memelas

"Gak ada! Ikut ke kantor saya!" putus Pak Wibawa masih sambil menjewer telinga Brian

Seisi kelas tertawa melihat ulah makhluk itu, sedangkan Layang masih terbengong-bengong melihat kejadian barusan.

"Ini tasnya orang tadi kan?" seru salah seorang yang menemukan tas yang hitam yang isinya berceceran di depan kelas

"Tunggu. Biar aku yang balikin ke orangnya" potong Layang

Diantara tumpukan buku diktat dan agenda terselip sebuah sketsa wajah yang sangat mirip dirinya, nampak terlihat dari samping dengan note di bawahnya

"Jauh titik arah pandangmu, namun aku akan selalu memandangmu.."

•FIN•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FIN

This Path, Our Journey, Your ChoiceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang