1. Awal dari Masa Lalu

8K 318 7
                                    

Musim dingin telah tiba. Salju turun pertama kali tepat di atas kepalanya. Ia menengadah, lalu tangannya terangkat untuk menahan butiran-butiran lainnya yang jatuh. Rasa dingin menjalar ke seluruh sanubari ketika angin dingin berembus melewati tubuhnya.

Sakura, gadis itu sendirian di sana. Di tengah-tengah jalan pintas menuju gerbang desa. Ia tampak akan duduk pada sebuah bangku batu di sisi jalan, namun entah apa yang terjadi, si gadis malah tetap berdiri dan membiarkan dirinya melamun sampai sekumpulan salju menutupi pinggiran boot-nya

Sakura masih memandangi langit yang bermandikan kristal-kristal putih, banyak sekali. Butiran-butiran itu mengenai kulit wajahnya yang pasi. Uap keluar dari lubang hidungnya tatkala dirinya mengembus napas pelan secara teratur.

"Di sini dingin."

Sejemang, kelopak itu terpejam, iris bak klorofil-nya tertutup sementara, menghela napas kembali, ia membuka mata. "Sasuke-kun, kapan kau akan pulang? Aku merasa kesepian di sini." Sakura berbisik pelan. Lirih. Matanya menggenang, ketika kelopak itu menutup kembali, setetes air meluncur lurus melewati pipi. "ini sudah satu tahun tahu!"

"Apa kau tidak peduli padaku? Ah, kau memang selalu seperti itu, iya, kan?"

Sakura menunduk, membiarkan setitik-titik air mata jatuh ke jalan yang nyaris tertutup salju sepenuhnya. Terisak pelan, Sakura berdangak ke depan, rautnya menggambarkan suatu harapan besar, seolah menunggu kedatangan seseorang yang telah lama dinantikan.

Pandangannya tepat sekali mengarah pada jalan gelap dengan penerangan remang-remang. Penglihatannya buram sebab air mata yang masih setia menggenang di pelupuk tak kunjung turun. Isakan terhenti kala dirinya merasakan lamat-lamat suara langkah kaki dari dalam gelap yang pekat.

Di sana, jauh dari presensinya berada, Sakura seakan bisa menebak siapa yang akan datang. Bukan sesuatu yang sulit baginya, lantaran ia telah berpikir kalau hal tersebut barangkali memang sudah diprediksi dan akan dengan mudah ditebak. Namun, setelah dirasa cukup lama menunggu, kehadiran dari suara yang telah muncul tak kunjung terlihat pada netra. Ia nyaris kecewa untuk beberapa saat.

"Aku berharap, kali ini akan lebih baik dibanding sebelumnya."

"Sasuke-kun."

Sakura masih berdiri. Tak ada kemauan untuk singgah barangkali sejenak di atas bangku hanya untuk merasakan kenangan masa lalu. Ia tampak sekali enggan untuk kembali tenggelam dalam lautan memoar tentang malam kelam pada masa itu.

Dalam keheningan, Sakura membiarkan semuanya terjadi bagai sebuah takdir yang memang sudah diketahui. Ia terpejam kembali seraya tersenyum simpul.

"Sakura, ya?"

Sakura spontan membuka mata. Namun, rautnya menunjukkan keterkejutan sebab tak ada presensi siapa pun di hadapannya. Gadis bersurai sewarna permen kapas itu mengerjap kebingungan seolah dirinya baru saja masuk ke dalam jutsu ilusi.

Set.

"Ah?"

"Kebiasaan yang buruk."

Matanya membelalak, masih tak percaya namun dengan cepat, ia mengatur keadaan diri lalu sekonyong-konyong kembali tersenyum menyeringai.

"Sasuke-kun." Gumamnya.

"Kau selalu seperti ini, ya?" Sasuke tepat satu meter di hadapannya.

"Kau pulang?"

HoneymoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang