***

Jarum jam belum menunjukkan dering, batita itu malah turun dari kursi. Sejak tidur dengan seseorang yang diketahuinya adalah Aunt Cally, buru-buru Cloudy bergegas keluar kamar.

Menarik pintu supaya tertutup setelah berhasil membuka dan keluar. Cloudy membalikkan badan. Karena sepasang sayu itu belum sadar sepenuhnya, Cloudy tak merasakan hawa tidak enak di sekelilingnya.

"Tanpa penjagaan, eh?" dengkus seseorang.

Cloudy mendongak, bayangan tak menampakkan wajah itu sedang mengulurkan kedua tangan ke arahnya. Menelengkan kepala, Cloudy tak berniat prasangka buruk. Keinginan batita itu adalah bertemu dan memeluk ayahnya.

Sentuhan di leher membuat Cloudy tercekat. Senyum sinis di bibir bayangan menggetarkan jantung Cloudy.

"Enak sekali, kamu tidak merasa bersalah. Gara-gara ulahmu, aku mimpi buruk. Seandainya kamu tidak macam-macam denganku, aku pasti tidak akan berbuat buruk padamu."

Seseorang sedang cekik Cloudy, membuat anak itu tidak bernapas. Jantung Cloudy menderu, kemudian samar-samar. Batita itu kehilangan keseimbangan.

Tak perlu berlebihan, seseorang itu melepas cekik. Cloudy limbung, meluruh ke lantai. Mata anak itu kosong, dan akhirnya pingsan.

Kikikan geli dan tajam mengiringi kesunyian lorong villa Alfonso, hingga siluet itu menghilang dari balik pintu depan. Meninggalkan Cloudy yang berbaring tak berdaya.

***

Usai mencuci muka, Reon segera menuju kamar Cally. Anak semata wayangnya pasti mencarinya. Anak itu tak suka berlama-lama dengan orang yang berbeda. Meskipun Gio sering tidur dengan Cloudy.

"Kenapa dengan matamu?" tanya Gio telah berpakaian rapi.

Reon, melirik Gio yang keluar dari kamar seberangnya, menghela napas. "Bukan urusanmu," dengkusnya.

"Mimpi buruk lagi?" Gio menutup pintu secara perlahan, takut membangunkan Acer. "Sampai kapan kamu terus merasa bersalah?" tanya Gio tanpa mengalihkan dari pintu.

"Diamlah, cerewet. Apa karena Adora di sini, kamu tambah cerewet, eh?" Reon menohokkan hati Gio tampak gelagapan. "Selagi belum ada proses persetujuan perceraian dari pihak sana, jangan sekali-sekali kamu menarik Adora ke arah perselingkuhan."

"Aku tidak begi----"

"Yang aku butuhkan itu perbuatan, bukan dari mulutmu," tegur Reon mampu melenyapkan kata-kata Gio. "Dan berhentilah berkelakuan datar dan dingin."

Gio menggelengkan kepala, bingung. Sahabatnya satu ini di hari kemarin, sangat sensian. Ketika kehadiran Marinka di peternakan ini memicu perseteruan tiada henti.

Tangan terangkat, lalu menyentil dahi Reon membikin pria beranak satu itu mengaduh. "Buuh, jangan sok-sok keren di hadapanku, kawan. Kita itu satu dan sama. Lahir di tahun yang sama walau beda bulan. Ingat ya, kamu itu adikku."

"Sombong," gerutu Reon.

Gio berdecak, tak paham mengapa mulut Reon tidak pernah dikondisikan. Gio begitu khawatir dengan Reon berbeda sekali waktu bersama Theressa dan mantan-mantan pacarnya selama dua tahun ini.

Satu tahun terpuruk di dunia kerja, tahun selanjutnya menjalani pelampiasan rasa berdosa.

"Semoga Oceana tidak menendangmu, Reon," bisik Gio di telinga Reon.

Ubun-ubun Reon berasap, kemudian mengejar Gio yang lari tunggang-langgang. Walau begitu, Reon tertawa kala Gio menabrak guci hingga bergoyang dan pecah. Membangunkan Acer yang kalap karena tidurnya diganggu.

"Kalau kalian ingin bermain, pergilah keluar!" titah Acer kepada anaknya dan cucu sahabatnya.

"Iya, Dad."

"Sorry, Acer."

***

Nyeri di bagian bawah perut, Cally terjaga. Kuapnya sontak lenyap. Kesakitan dialaminya membuat Cally turun ranjang, mencari Reon dan tak menyadari Cloudy tidak berada di sisinya.

Pintu terbuka pelan-pelan. Dikerjapkan mata untuk menyesuaikan pandangan, lampu-lampu di lorong villa memberi luang. Saat menunduk, Cally membelalak kemudian menjerit histeris.

"Cloudy!"

Bersamaan itu, perutnya semakin kaku dan pandangannya jadi gelap seketika.

***

"Cloudy!"

"Ada apa dengan penghuni villa ini? Mengganggu tamu yang sedang tidur."

Bunyi jatuh menyentak pemikiran Marinka, membuatnya jadi was-was.

Marinka bangkit, keluar dari kamar. Tergopoh-gopoh karena tak muda lagi, Marinka tak percaya dengan penglihatannya. Cloudy dan Cally terbaring di lorong sepi ini.

"Nak?" Marinka menghampirinya, duduk bersimpuh. "Ada apa dengan kalian?" tanya wanita tua itu begitu takut sambil mengecek kondisi keduanya.

Tubuh Marinka memaku. Ada bekas kemerahan dari cekikan di leher Cloudy. Seperti dilakukan baru-baru ini. Sementara itu, melirik Cally yang tak sadarkan diri. Mukanya jadi pasi.

"Oh God, hamba memang membenci anak dan adik suami anak saya, tapi hamba masih mempunyai hati nurani. Hamba tidak mau mereka mengalami kesulitan. Help me, God, saya mesti berbuat apa?" gumam Marinka.

Sayup-sayup suara cekikikan dari arah lorong paling gelap. Mata Marinka menyelidik siapa, lalu bernapas lega. Reon dan Gio datang di waktu yang tepat.

Bergegas Marinka berlari ke arah berlawanan, tak berbalik lagi ke belakang. Terpenting untuk saat ini, Marinka tak ingin dijadikan pelaku. Walau ada setitik tak peduli apa tanggapan Gio dan Reon.

Bersembunyi di balik dinding, Marinka terus memohon pada Tuhan. Berharap dua pria itu segera menolong Cally dan Cloudy.

Tangan Marinka bergetar, merogoh saku piyama. Layar itu menyala, menampilkan sebuah nomor yang sering sekali dia hubungi.

***

"Cloud?!"

"Cally!"

Kedua pria itu berlari secepat mungkin, meraih Cloudy dan Cally. Suhu tubuh mereka dingin. Jantung Reon seakan mau copot, takut kehilangan harta berharganya.

"Gio, siapkan mobilku! Kita pergi ke Rumah Sakit!"

"Terlalu jauh! Kenapa tidak memanggil dokter Sandy?" tawar Gio.

"Lama! Cally dan Cloudy bisa mati!" Reon semakin panik. "Lekas siapkan mobilku, Gio! Aku khawatir dengan keadaan mereka!"

Gio menggendong Cloudy yang tak terlalu berat, menuju garasi. Tak lama kemudian, klakson mobil terdengar. Barulah Reon membopong Cally keluar.

***

Di balik dinding, Marinka menelepon seseorang. Seakan mengetahui kekhawatiran wanita tua itu, suara lemah di seberang sana berbicara.

"Tolong saya, Azzorra. Cally dan Cloudy masuk Rumah Sakit."

Tbc

***

Pendek dulu, ya. Walau Marinka kejam, wanita tua itu memiliki sisi baik. Kehilangan itu mengerikan. Berkat do'a, Cally dan Cloudy semoga bisa selamat.

Tak disangka-sangka, ya. Tiba-tiba saja muncul di otak aku. (┳Д┳)

Salam,

Kelamkari

12 Desember 2017

Good Time ✔️Where stories live. Discover now