28. Heart Conflict

622 25 56
                                    

Photo: Kagura

"Dengan ini, mulai dari hari ini aku akan membebastugaskan kalian untuk sementara."

Akari, Haruo, Naoko, dan Shun memberi hormat pada Makoto dengan serempak. "Siap, Jenderal!"

"Aku sudah memberitahukan hal ini pada pihak akademi, dan mereka menunggu kedatangan kalian di sana," kata Makoto sambil tersenyum. "Kuharap kemampuan kalian bisa bertambah selama kalian berada di sana. Ingat, aku selalu mendukung kalian."

"Baik." Jawab Akari dengan mantap. Makoto mengangguk pelan dan menghela napas.

"Walaupun kalian sudah tidak merupakan satu kelompok lagi begitu sampai di sana, Akari, aku masih mengandalkanmu untuk selalu mengawasi keadaan kelompokmu," ujar Makoto. "Dan temukanlah motivasi yang baik selama kau belajar."

Akari terdiam, pandangannya lurus menatap Makoto.

"Karena kau pemimpin mereka, otomatis suasana hatimu pasti akan mempengaruhi timmu juga," Makoto mulai berjalan menuju Akari dan teman-temannya. Ketika melewati Akari, dirinya menepuk kepala Akari pelan dan tersenyum lembut padanya.

"Karena itu, baik-baiklah di sana, oke?"

Akari menoleh ke atas untuk melihat wajah Makoto karena tinggi mereka terlampau lumayan jauh. Senyuman Makoto yang lembut dan tangannya yang penuh kehangatan membuat hatinya terasa hangat juga. Wajah itu, wajah yang selalu menemaninya sejak kecil. Kini ia sudah tumbuh menjadi laki-laki dewasa yang berwibawa.

Otomatis, jantungnya terasa berdetak lebih cepat.

"Ba-baiklah."

Makoto tersenyum lagi, kemudian memberi hormat pada mereka semua.

Sorot mata anggota kelompok Akari terlihat memancarkan determinasi.

Ya,

Kami akan berusaha keras untuk lulus secepatnya, kemudian kembali dengan kemampuan yang berbeda dari sekarang.

***

Reiji terdiam sebentar di tempatnya sambil memandangi sesosok laki-laki yang ada di depannya. Rambut berwarna cokelat muda yang tertata rapih, mata biru, dan wajah terpelajar yang sudah sangat ia kenali. Laki-laki itu baru saja ia temui beberapa minggu yang lalu, namun saat itu, ia belum bisa mengingatnya. Bodoh sekali memang. Ternyata, dia adalah...

"Pangeran Orin," seringai Reiji. "Aku tidak terbiasa memanggilmu begitu... atau haruskah kusebut namamu yang satu lagi, Ichiro?"

Orin—kali ini ia mengenakan sebuah jubah cokelat yang menutupi kepala sampai ke bawah kakinya agar tidak ada yang dapat mengenalinya. Bisa gawat kalau ada yang dapat mengenalinya, namun hari juga sudah malam. Tidak ada yang begitu tertarik pada seseorang yang berjubah cokelat, apalagi kalau sudah malam, dirinya akan lebih tidak terlihat.

Orin tersenyum lebar pada Reiji, kemudian menepuk-nepuk bahunya dengan antusias.

"Kau akhirnya sudah kembali," katanya dengan gembira. "Selamat datang kembali, Rei."

Reiji langsung balas tersenyum pada Orin yang sebenarnya mempunyai nama lain, yaitu Ichiro. Sebetulnya, ia masih merasa agak aneh karena baru saja beberapa minggu yang lalu ia bertemu dengan Ichiro dan tidak mengenalinya.

Padahal... sebetulnya Ichiro merupakan salah satu pemimpin Organisasi Magicia juga, bahkan sahabat terbaiknya dalam organisasi ini.

"Pfft," Reiji tidak bisa menahan tawanya. "Aku merasa sangat aneh bertemu denganmu setelah semua hal waktu itu terjadi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 08, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Guardian SoldierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang