15. The Conversation Between Us

686 53 12
                                    

Photo: Shimizu Akiha (kiri) & Yamashita Akari (kanan)

Makoto mengetuk pintu ruangan Rikuto, kemudian membukanya tanpa menunggu jawaban Rikuto terlebih dahulu.

Di dalam ruangan, terlihat Rikuto yang sedang menggenggam pergelangan tangan Akiha yang sedang duduk di meja kerjanya.

Makoto memperhatikan pemandangan tersebut sejenak dengan senyuman khasnya.

"AH!" Seru Rikuto dengan terkejut. "I-ini..."

"Maaf mengganggu."

Kemudian ia kembali keluar dan menutup pintu.

Rikuto menatap Akiha dengan gusar, sedangkan Akiha balas menatap Rikuto dengan wajah polosnya.

"Fujihara Makoto, kuperintahkan kau untuk kembali masuk ke dalam sini!"

Mendengar teriakan Rikuto, Makoto kembali masuk ke dalam ruangan.

"Tidak apa-apa nih aku masuk? Maaf sekali sudah menghancurkan momen indah kalian yang jarang sekali terjadi..." Kata Makoto sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ah, halo, Akiha. Lama tidak berjumpa."

"Halo, Mako-chan! Aku tidak tahu kau sudah sampai di si--"

"Kau salah paham," Rikuto memotong ucapan Akiha yang belum sempat terselesaikan. "Tidak ada momen indah macam apa pun tadi! Aku hanya sedang mencoba untuk menyingkirkan dia dari tempat dudukku. Kau lihat? Dia tidak mau beranjak dari meja kerjaku! Bagaimana aku bisa bekerja kalau begini?"

Akiha memanyunkan mulutnya dan memalingkan wajahnya. "Pokoknya aku tidak akan bangun dari sini kalau kau tidak mau menepati janjimu."

"K-kau ini...!"

Makoto berdecak. "Kalian ini benar-benar, deh. Seperti anak TK saja,"

"Aki, menyingkirlah dari tempat dudukku. Kumohon." Pinta Rikuto putus asa.

"Lagipula, janji apalagi yang kau buat, Riku?" Makoto melipat tangannya di depan dada. "Kalau memang benar kau sudah membuat janji, lalu tepatilah janjimu itu. Sudahlah, mau sampai kapan kau menyembunyikan perasaanmu--"

"T-TIDAK ADA JANJI APAPUN!" Teriak Rikuto keras-keras, membuat Akiha hampir terjatuh dari kursinya. "Makoto, akan kubunuh kau sekali lagi kau mengatakan hal yang aneh-aneh."

Mendengar perkataan Rikuto tersebut, Akiha bangkit berdiri dan menatap Rikuto dengan raut wajah tidak percaya.

"Tidak ada janji apapun?" Ia mengulangi perkataan Rikuto. "Kau bilang tidak ada janji apapun? Jadi apa maksud surat yang kau kirimkan kepadaku itu?"

"M-maksudku... Ada, tapi bisakah kita tunda dulu hal ini sampai... Sampai ada waktu yang tepat?"

Akiha menatap Rikuto dengan datar dan membalikkan tubuhnya.

"Kau masih saja seperti dulu. Suka berbohong. Bisa-bisanya aku percaya padamu."

Dan setelah ia mengucapkan hal tersebut, ia berlari keluar meninggalkan Rikuto dan Makoto.

Mata Makoto mengikuti sosok Akiha yang dengan cepat menghilang di balik pintu. Ia mendengus geli dan menaikkan kedua bahunya.

"Bagus sekali. Sekarang kau sudah menghancurkan perasaannya."

Rikuto berdecak kesal, mengacak-acak rambutnya dan duduk di meja kerjanya. "Aku benar-benar tidak mengerti wanita."

"Tapi kau jahat juga, sih. Sudah kubilang, kenapa kau tak segera menyatakan perasaanmu kepadanya, sih? Mau sampai kapan kau membuatnya menunggu?"

Guardian SoldierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang