6. Mission start! [The Journey to Zynestel]

895 58 18
                                    

"Tumben kalian bisa bangun pagi."

Akari memandang Haruo dan Kei yang sudah mengenakan seragam guardian soldier dengan rapih, siap untuk pergi. Mereka juga sudah membawa senjata masing-masing dan mengenakan tas ransel yang kelihatan berat sekali.

"Kalian bawa apa saja, sih? Kelihatannya tas kalian berat sekali." Kata Naoko.

"Cadangan senjata, tentu saja. Itu hal yang paling penting untuk seorang laki-laki. Benar, kan, Kei?" Haruo merangkul leher Kei dengan erat, membuatnya tercekik.

"Y-ya, tentu saja," sahut Kei sambil meronta untuk melepaskan diri dari rangkulan Haruo. "Aku juga bawa stok makanan yang banyak, biar kita nggak kelaparan di tengah jalan. Haru, lepaskan aku!"

"Yang ada di kepalamu itu makanan melulu, ya. Aku heran kenapa kamu nggak gendut-gendut." Kata Akari. Kei tertawa.

"Yah, aku sendiri juga bingung dengan hal itu."

Hari masih subuh, matahari belum terlalu terlihat. Mereka sengaja berangkat pagi-pagi agar bisa mencapai kota Zynestel hari itu juga, karena letak kota Zynestel lumayan jauh. Kota Zynestel berada di luar wilayah kerajaan Magnatricia, yaitu di wilayah Etiraniel Empire. Kalau berangkat pagi-pagi, diperkirakan mereka bisa tiba di kota Zynestel pada sore hari.

"Ah, sepertinya itu kereta kuda yang akan mengantar kita." Haruo menunjuk sebuah kereta kuda yang berada di halaman asrama mereka. Mereka berempat pun menaiki kereta kuda tersebut.

"Kalian mau ke kota Zynestel, kan?" Tanya sang kusir kereta kuda.

"Ya." Jawab mereka berempat dengan serempak.

Kusir tersebut tersenyum ramah dan membalikkan badannya. "Baik, duduklah dan nikmati perjalanan ini."

Satu jam setelah kereta kuda tersebut berangkat dari kota Tricia diwarnai dengan gelak tawa dari kelompok Akari. Haruo yang pintar melawak tak henti-hentinya melucu, sedangkan Kei yang iseng juga tak mau kalah. Akari tidak bisa berhenti tertawa melihat kelakuan kedua cowok yang agak sinting tersebut. Begitu juga dengan Naoko yang cekikikan sendiri di tempat duduknya.

"Kei, berhenti! Perutku jadi sakit gara-gara kebanyakan ketawa, hahaha..." Ujar Akari di tengah tawanya yang tidak mau berhenti. Kei yang sedang menirukan "senyuman khas" milik Makoto dengan wajah dibuat-buat malah makin menjadi.

Untunglah setelah dua jam perjalanan tersebut berlangsung, kegilaan para cowok-cowok kurang waras tersebut berkurang dan Haruo pun akhirnya tertidur.  Untunglah, pikir Akari. Aku juga capek dan mau tidur...

"Akari?"

Aduh, apa lagi sih ini. Aku baru saja mau tidur.

Akari mengangkat kepalanya dan menatap Kei yang duduk di hadapannya.

"Apa?"

"Kukira kamu udah tidur. Ternyara belum, toh..."

"Iya, aku memang udah mau tidur, tapi jadi bangun lagi gara-gara kamu panggil," kata Akari dengan sebal. "Ada apa?"

Kei membetulkan posisi duduknya yang tadinya selonjoran jadi tegak, kemudian menatap Akari lekat-lekat. Akari jadi agak salah tingkah gara-gara tatapannya itu. Sorot mata Kei yang berwarna ungu terasa tegas sekaligus penuh semangat, walaupun jarang sekali Kei memunculkan sifat tegas dan seriusnya.

Entah kenapa, Akari merasa seperti terhipnotis dengan tatapan Kei tersebut.

"Aku mau tanya soal organisasi magicia itu,"

Ucapan Kei membuat Akari tersentak dan kembali ke dunia nyata. "I-iya, tanya aja."

"Aku memang kurang tahu soal organisasi magicia karena aku hilang ingatan. Rasanya, ada hal yang kuketahui soal organisasi itu, tapi entah kenapa aku nggak bisa mengingatnya," Kei menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Selama ini, kalian suka menyebut-nyebut tentang kejadian yang terjadi lima tahun yang lalu. Sebenarnya, apa sih yang terjadi lima tahun yang lalu?"

Guardian SoldierTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang