Yang Terlintas

8.2K 947 111
                                    

****

Aku menemui Harris sesuai janjiku padanya beberapa jam lalu via sms. Laki-laki itu berpakaian super rapi dengan jas hitam ala-ala CEO dalam drama korea. Dalam hati aku tertawa mengejek. Sebenarnya Harris pergi mengajar atau bekerja di kantor? Dia benar-benar salah kostum!

"Ada yang lucu ya?" Harris bertanya binggung

Aku menggelengkan kepalaku dengan refleks sambil menutup mulutku.

"Nggak kok." jawabku singkat dengan kekehan yang masih tidak dapat kutahan. Sebelah alis mata Harris terangkat. Laki-laki itu membuka minuman berkaleng di tangannya lalu menukarkannya dengan minuman berkaleng yang ada dalam gengaman tanganku.

"Kamu lagi banyak pikiran ya?" tanya Harris sambil menatapku dengan lekat

Aku tidak langsung menjawab. Tetapi hatiku membenarkan itu. Bagaimana aku tidak banyak pikiran setelah dipecat oleh manager selaku mantan pacarku sendiri? Pikiranku kacau. Aku bahkan tidak berani membuka whatsapp dari teman-teman kantor yang menanyakan alasanku resigned. Aku terlalu malu berkata bahwa aku dipecat. Ini semua gara-gara Ricky! Aku menggertakkan gigiku sambil meremas kaleng di gengamanku hingga tidak sadar sodanya terciprat tepat di wajahku. Shit!

Harris menyapukan sapu tangannya di wajahku. Sorot matanya yang hangat membuatku merasa bersalah padanya. Bagaimanapun kejadian tempo hari di Harbour Straits adalah murni kesalahanku tetapi aku bersikeras menyalahkan Harris atas itu. Huh. I'm a coward.

Aku memberi jarak yang tegas di antara kami lalu menyapukan sapu tangan Harris dengan sendiri di wajahku. Samar-samar aku mendengar tawa Harris. Jantungku berdebar. Kenapa Harris tertawa?

"Sorry. Tadi gerakan refleks. Kamu ngga marah kan?" tanya Harris

Aku hanya ber-oh ria sambil mengatakan bahwa aku baik-baik saja dengan itu. Pemandangan kota di depan kami membuatku merasakan sedikit kelegaan dalam relung hatiku. Kuakui, menerima ajakan Harris tidak serugi itu bagiku. Buktinya, Harris membawaku keliling kota dengan motor gedenya plus minuman bersoda dan pemandangan indah ini.

"Makasi ya," aku bergumam tanpa sadar

"Atas apa?" Harris membalas

"Kamu membawaku kemari."

Harris mengangguk.

"Jadi, apakah itu sedikit meringankan beban pikiranmu?"

Aku memutar kedua mataku, mencoba menolak dengan keras untuk menjawab ya, tetapi aku tidak bisa membohongi perasaanku bahwa Harris memang membuatku merasa sedikit lebih baik. Ibaratkan laki-laki itu telah menginfusku dengan vitamin A.

Aku mengangguk.

"Sedikit."

"Sedikit?"

Harris mengulangi jawabanku dengan tidak percaya. Laki-laki itu menekuk minuman bersodanya dalam beberapa kali tekuk lalu membuang minumannya dan minumanku di tong sampah sebelum menarikku mendekati motor gedenya.

"Aku akan mencoba lebih keras untuk meringankan beban pikiranmu lagi." tukas Harris

Aku menyergit saat Harris menyerahkan helm padaku sementara Harris menyalakan motornya. Ah. Tidak perlu menunggu satu menit bagiku untuk mengerti instruksi Harris. Laki-laki itu ingin membawaku mengebut bersamanya. Not bad idea, pikirku. Aku pun bergegas menduduki motornya dan mengencangkan ikatan helmku sebelum Harris berteriak,

"Pegang yang erat!" kemudian motor gede Harris membawaku ke dalam dunia yang berpacu dengan adrenalin

***

Blooming MemoriesWhere stories live. Discover now