Salah Paham

4.9K 758 36
                                    


****

Angin laut membelai mesra tubuhku. Kacamata hitam yang kukenakan membuatku nyaman untuk menatap ke langit biru di atasku. Aku membutuhkan waktu satu jam untuk menenangkan perasaanku dengan membaringkan tubuhku di atas perpasiran sambil memejamkan mataku.

Seseorang menepuk pundakku. Kali ini bukan Ricky pelakunya melainkan Jeriko. Laki-laki itu sudah topless sambil tersenyum lebar padaku. Aku perlu melepaskan kacamata hitamku (demi kesopanan pada teman sekantorku padahal sebenarnya enggan rasanya aku untuk menghormati laki-laki mengesalkan ini).

"Ayo makan!"

Jeriko menarik tanganku bahkan sebelum aku menyuarkan pendapatku. Ternyata semua orang telah berkumpul di pondok. Aku harus menebar senyuman sambil mencoba menarik tanganku dari gengaman Jeriko. Shit! Dasar laki-laki jelalatan!

"Oppy mana?" aku melirik sekelilingku dengan binggung karena Jeriko membawaku ke meja paling sudut, yaitu satu meja yang dipenuhi laki-laki, dan jangan lupa ada Ricky di sana. Aku harus menahan kekesalanku (sialnya aku bahkan tidak bisa menolak setelah Jeriko menarik kursi untukku).

Posisiku yang sedang menghadap Ricky membuatku risih. Laki-laki itu memang tidak melihatku dengan lekat tetapi dia melirikku sekali, setidaknya saat aku bergabung di mejanya, sebelum Ricky kembali melanjutkan perbincangan dengan para laki-laki.

Makanan yang didominasi dengan seafood membuatku berselera tetapi aku harus mengurungkan niatku untuk menyantapnya karena letak piring yang penuh seafood itu berada tepat di hadapan Ricky. Aku tidak berani mengambilnya sama sekali. Sementara Jeriko menjadi harimau buas ketika makanan dibentangkan dihadapannya tanpa memperhatikanku sama sekali (bukan aku menginginkan perhatiannya tetapi dia bahkan tidak mengambilkanku makanan yang jauh dari jangkauanku). Alhasil aku harus berpuas diri hanya menyantap goreng-gorengan (yang seharusnya kuhindari).

"Pak Ky, kapan ke luar negeri lagi?" seorang laki-laki yang tidak kukenal melancarkan pertanyaan itu.

"Kenapa? Kamu senang saya pergi?"

"Ah! Ngga kok pak. Hanya lebih leluasa."

Penjuru penghuni meja lingkar kami tertawa, kecuali aku. Aku binggung, apakah ada yang lucu dari perkataan itu? Ataukah hanya aku yang salah di sini? Aku tidak bisa tertawa di dekat Ricky!

"Pak Ky, info ya kalau ada pergi ke Korea lagi. Saya mau nitip barang-barang make up buat istri. Ngga papa kan pak?"

Ricky mengangguk. Tatapan mata di antara kami tidak sengaja bertemu. Sebenarnya aku tahu jika aku tidak boleh langsung memalingkan wajahku karena itu hanya akan semakin terlihat jelas bahwa aku takut padanya tetapi aku tetap tidak mampu mengontrol perasaanku. Aku langsung memalingkan wajahku sambil mengigit cumi goreng.

"By the way, pak Ky kapan nih married?"

Aku tidak tahu siapa yang menanyakan itu, lebih tepatnya tidak mau mengetahuinya sementara itu samar-samar aku melihat senyum para laki-laki pada Ricky.

"Kami kami diundang kan pak?" kali ini Jeriko mulai sadar dari napsu makan berlebihannya

Ricky mengangguk sambil menyeruput es teh. Aku bersumpah bahwa senyuman itu terlihat begitu bahagia, membuat aku harus kembali menelan pil pahit. Ricky mendambakan pernikahan itu. Dia menginginkannya dan mencintai Yaya.

"Beres. Meja VVIP pun bakal saya sediain untuk kalian."

Kemudian pecahlah tawa mereka. Posisiku terasa sangat sulit tetapi aku harus berpura-pura tertawa (kuharap aku tidak terlihat begitu memaksakannya). Setelah itu, aku tidak begitu menyimak pembicaraan yang tidak mengikutsertakanku. Perutku terasa perih. Shit! Aku bahkan lupa membawa obat maag ku.

Blooming MemoriesМесто, где живут истории. Откройте их для себя