5. Thanks

2.5K 133 0
                                    

Dedicated : Ekaapritt

Sorry for typo 😂 Jejaknya jangan lupa ya 😘

...

Amanda terus terjaga untuk menjaga Max yang sedang sakit. Sementara Jessi dan Jasper, sudah terlelap karena kelelahan menjaga Max. Wanita cantik itu terus memeriksa kondisi Max, memastikan apakah demamnya sudah reda atau belum.

Setelah memastikan demamnya berangsur turun, Amanda pun menghentikan aksinya mengompres kening Max. Ia menatap wajah tampan Max yang terlihat tenang saat tidur. Begitu damai sehingga membuat hatinya terasa sejuk. "Astaga! Dia begitu tampan." gumamnya pelan.

Ia membelai lembut pipi Max. Jangan lupakan senyuman yang terpancar dari bibir indahnya itu. Seakan dirinya tak berhenti memuji ketampanan pria yang merupakan suami kakaknya, dulu.

"Aku tahu, kau menjadi dingin seperti ini karena kematian kakakku, kan? Tapi setidaknya, kau tidak perlu menyendiri. Itu akan menyiksa batinmu sendiri, Max." ujar Amanda, berbicara pada orang yang sedang tertidur.

Amanda mengecup singkat kening Max, kemudian tertidur di sofa, tepat di sebelah Max.

...

Max menggeliat seraya memijit kepalanya yang sedikit pusing. Matanya mengerjap berulang kali untuk menetralkan pandangannya. Ia berusaha untuk bangkit, namun tak sengaja tangannya mengenai kepala seseorang.

Max menoleh ke samping kanannya. Keningnya berkerut, "Amanda?"

Pria tampan itupun mengingat jika kemarin malam, Amanda merawatnya saat sakit. Terlihat senyuman di bibirnya. "Kau orang baik, Amanda." gumamnya seraya membelai lembut kepala wanita itu.

Amanda sedikit menggeliat. Ia merasa terganggu dengan belaian yang dilakukan Max. Amanda mendongak seraya beranjak bangun, kemudian duduk di sebelah Max. Tangannya memegang kening pria itu.

"Syukurlah. Panasnya sudah turun," ujar Amanda seraya tersenyum.

Max membalas senyuman tersebut. "Amanda," panggilnya pelan.

"Iya?"

Max berdeham, "Boleh aku bertanya?"

Amanda hanya mengangguk.

"Sebenarnya, kau itu saudara kembar Tiffany atau bukan?" tanya Max. Pertanyaan itulah yang sejak kemarin menghantui pikirannya, hingga ia jatuh sakit.

Amanda menghela napas berat seraya tertunduk. Air matanya kembali menetes ketika dirinya harus mengingat kejadian tragis itu. "Amanda, are you okay?" tanya Max khawatir.

Amanda mengangguk seraya menyeka air matanya, "I'm okay, Max. Aku hanya sedih jika mengingat kak Tiffany."

"Kakak?"

"Hhm... Tiffany itu kakak kandungku. Kami adalah saudara kembar," jawab Amanda.

Max membulatkan matanya, "Tapi, dia tidak pernah mengatakan ini padaku."

"Kami sudah lama tidak bertemu semenjak ... orangtua kami bercerai. Aku dibawa oleh ayahku, sedangkan Tiffany bersama ibuku. Ayah selalu melarangku untuk menemui mereka, terlebih aku sibuk kuliah," jelas Amanda.

"Lalu, kenapa kau menemuiku?" tanya Max lagi.

Amanda kembali menghela napas, "Itu permintaan terakhir Tiffany sebelum ... dirinya tewas, Max. Dia sempat menghubungiku untuk menjagamu. Itu sebabnya, aku datang untukmu."

Max terdiam. Merasa tersentuh mendengar pernyataan Amanda. Dirinya merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya. Entah apa yang dia pikirkan. Yang jelas, jantungnya berdegub tak karuan saat ini.

"Max? Ada apa?" tanya Amanda khawatir.

Max menggeleng dengan cepat. Ia tersenyum begitu manis kepada wanita dihadapannya itu. Seketika, Max memeluknya dan mengecup kening Amanda dengan sangat lembut. Membuat Amanda merasa nyaman, seakan tak ingin berpisah dengan lelaki itu.

"Thanks." ucap Max, tetap memeluk Amanda dengan erat.

...

Max berjalan menuju ke kamar mandi. Menghidupkan shower dan membasahi tubuh kekarnya dengan air yang tumpah dari shower tersebut. Ia masih memikirkan Amanda yang sifatnya sama dengan Tiffany. Sifat keibuannya ketika bersama dengan kedua anaknya. Dan ... sifat perhatiannya pada Max. Itu sungguh membuat hati Max luluh seketika.

Max sempat berpikir untuk tidak mencintai seorang wanita pun dihatinya. Ia berniat menutup hatinya dan tetap mempertahankan cintanya pada Tiffany. Namun, hatinya menolak hal tersebut.

Hatinya selalu menuntunnya untuk terus dekat dengan Amanda. Sedangkan pikirannya, ingin tetap mempertahankan Tiffany. Dia benar-benar dalam dilema. Ia tak tahu harus mengikuti kata hati atau pikirannya. Jika dia memilih untuk mengikuti kata hati, ia takut akan kecewa lagi. Tapi jika dia memilih pikirannya, maka ia harus rela kehilangan wanita cantik itu.

Max mengacak surainya yang masih basah. Dirinya benar-benar kacau saat ini. Ingin rasanya dia pergi jauh dan meninggalkan semuanya. Tapi, ia masih memikirkan kedua buah hatinya. Ia juga tidak boleh egois karena Jessi dan Jasper juga masih membutuhkan sosok seorang ibu.

"Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Aku benar-benar dilema." gumamnya seraya keluar dari kamar mandi.

Secara bersamaan, pintu kamarnya pun terbuka. Amanda pun masuk dengan membawa segelas susu di tangannya. Ia begitu terkejut melihat Max yang masih telanjang dada di depannya. Matanya tertutup rapat.

"Ma-maaf. A-aku benar-benar tidak tahu," ucap Amanda gemetar.

Max pun segera mengambil kaus putihnya dan memakainya. "Buka matamu. Aku sudah memakai baju," ujar Max sedikit menyunggingkan senyuman tipis.

Perlahan, Amanda membuka matanya dan menghela napas lega. "Ini, aku buatkan susu untukmu," ujarnya seraya menyodorkan susu yang dibawanya.

Max menerimanya, "Thanks."

"Daddy! Mommy! Help me!"

------------------------------------------------------------------------

To Be Continue

Wow 😱 Ada apa ini? Oke. Lanjutannya entar sore ya guys 😂 Jangan lupa vomment-nya reader yang berbaik hati 😘






WidyaMunthari
23 November 2017

Her LipsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang