Sendiri

0 0 0
                                    

"Kamu sendiri? Malam-malam begini? Apa kamu sedang menanti?"

*angguk. senyum. geleng kepala

"Tidak mengapa jika kamu tidak mahu berbicara. Bisa aku menemanimu?"

*diam. berfikir dalam-dalam

"Ku kira diam itu setuju."

*dia duduk, aku berdiri. Lama

"Aku tahu kamu tidak akan pergi. Walau pun kamu melangkah saat ini, hati kamu akan kamu tinggalkan disini. Aku tahu, semua tentang kamu aku tahu."

*tunduk, menahan air mata

"Sudah lah, tak usah kamu berdiri. Mari, duduk di sini. Menangis lah jika itu bisa mengembalikan senyummu seperti mula-mula tadi. Menangis lah."

*pandang dia, dengan mata yang merah

"Panasaran? Kita sama. Disakiti, tak dihargai, dan... Takut untuk berlalu pergi. Sedangkan hati kita dah lama mati. Kita hanya bernafas untuk melunaskan mimpi-mimpi mereka. Mimpi-mimpi kita? Tak usah dibicarakan. Mimpi kita akan terus menjadi mimpi. Sudah lah, mari berehat. Apabila munculnya mentari nanti, kita harus kuat. Siap sedia untuk diperhambakan mereka."



-pemimpi di kota sunyi




-Rihin Juni, 22 November 2017

Pemimpi Tak SuciWhere stories live. Discover now