Prolog

42 22 37
                                    

          Desir gemericik air yang mengguyur tempat indah nan penuh bunga itu perlahan mereda. Terdengar suara kaki melangkah, menyusuri jalan setapak yang terletak disamping deretan tanaman pembatas. Ia terus melangkahkan kaki dan sesekali menatap langit cerah yang sesaat tadi tertutup awan pekat. Meski awan gelap telah menghilang, ia tetap bisa merasakan kegelapan itu disisi yang berbeda.

          Perempuan itu menghentikan langkah dan mendudukkan diri di kursi panjang yang berada ditengah taman. Sesaat ia merasakan ketenangan. Perlahan, tatapannya kembali kosong, ia terngiang akan kejadian hari itu. Air mata itu menetes dengan sendirinya, ia terhanyut dalam kekalutan yang ia buat, ketakutan akan sebuah fakta bahwa hidupnya tak akan lagi sama seperti dulu.

Deg

          Ia tersentak mengetahui seseorang tengah berada didepannya. Lantas mendongkak dan mendapati yang dihadapannya adalah seorang pria. Ia menatapnya bingung. Pria itu menunjuk tempat disampingnya sembari mengangkat sebelah alisnya. Ia hanya membalas seulas senyum samar dan mencoba untuk mengalihkan perhatian kearah lain.

          Keheningan sesaat menguasai mereka. Ia mencoba memberanikan diri menengok kearah pria itu, pelan tapi pasti. Ia tersentak untuk kedua kalinya, mendapati dirinyalah yang sedang diamati pria itu. Ia berusaha menunduk, mencoba memperbaiki perasaan dirinya yang kacau entah kenapa. Begitu banyak pertanyaan berkelebat didalam benaknya. Pertanyaan terbesar untuk saat ini adalah sejak kapan pria itu mengamati dirinya? Ia bisa mati kaku kalau begini ceritanya.

          Si pria yang mengetahui gelagat aneh perempuan disampingnya itu berusaha mencairkan suasana, meski tetap terlihat dingin.

          "Sering ke sini?" tanyanya tanpa melihat kearah perempuan itu.

          "Nggak, baru kali ini." balas perempuan itu pelan.

          "Pantesan," sahut pria itu, seolah menggantung perkataannya.

          "Hmm?" Kini ia kembali menatap pria yang berada di sampingnya dengan tatapan bingung.

          Si pria yang mengetahui rekan disampingnya tidak mengetahui arah pembicaraannya, tidak lantas menjawab. Ia memberi jeda beberapa waktu.

          "Pantesan nggak pernah lihat." sambung pria itu, mengakhiri kebingungan kecil yang ia buat tadi. Perempuan itu mengangguk pelan. Memang benar, inilah kali pertama ia berada ditempat ini. Tapi entah mengapa dengan cepatnya ia merasa nyaman berada di tempat yang baru baginya.

          "Suka coklat?" tanya pria itu tiba-tiba.

          "Kenapa?" ia balik bertanya.

          Pria itu terlihat mengambil sesuatu dalam saku jaketnya. "Kalo suka, gue ada coklat." ucapnya sembari menyodorkan coklat yang masih terbungkus rapi di genggamannya.

          Perempuan itu tampak ragu, sebelum akhirnya ia memutuskan untuk bertanya, "Buat apa?"

          Mengetahui ada yang aneh dengan pertanyaan perempuan itu, ia balik menatap bingung dengan mengangkat sebelah alis andalannya. "Gue nggak suka coklat, buat lo aja." terangnya.

          Kini, coklat itu telah berada di genggaman perempuan itu. Ia mengamati benda itu, tidak ada yang aneh. Mungkin perasaannya saja yang berlebihan.

          Perempuan itu menyandarkan tubuhnya disandaran kursi. Ia menatap langit cerah diatasnya, benar-benar cerah. Tiba-tiba sebuah suara membuyarkan lamunannya.

          "Lo tau?" ternyata suara seorang pria disampingnya.

          "Hmm?" tanyanya yang terdengar acuh.

          "Terkadang, hujan itu nggak selalu diikuti dengan kehadiran pelangi. Tapi, pelangi yang indah akan selalu diawali dengan hujan bahkan badai, yang kemudian terbias sinar mentari."

          Seketika itu ia menatap pria disampingnya. Kata-kata itu, ia tahu betul. Bukan hanya sekedar serangkaian kejadian semata. Ada makna mendalam dibalik itu semua.
Pria itu balik menatapnya. Sesaat, tatapan mereka saling bertemu. Ada yang aneh, tatapan itu, sirat akan makna.

          Seulas senyum tersungging dari bibir sang pria, sebelum ia melangkahkan kaki meninggalkan perempuan itu yang sedang duduk mematung. Perasaan aneh yang tiba-tiba menyeruak masuk ke dalam dirinya. Begitu banyak pertanyaan yang tak sempat terlontarkan.

          Ia termenung, mencoba mencerna setiap bait kata pria tadi. Pria yang entah siapa ia tak tahu, yang datang dengan tiba-tiba dan meninggalkannya begitu saja dengan penuh tanda tanya. Apakah pria itu mengetahui segala perasaan dan pikirannya? Atau, ini hanyalah kebetulan yang mengejutkan ?

My MistakesWhere stories live. Discover now