Bab 21 Tabah!

17.7K 2K 81
                                    

Menatap selang infus, selang oksigen dan beberapa selang lagi yang entah apa kini membebat tubuh Angga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menatap selang infus, selang oksigen dan beberapa selang lagi yang entah apa kini membebat tubuh Angga. Suara mesin detak jantung membuat Vino kini memejamkan matanya. Berdoa untuk kesembuhan Angga. Anak yang selama ini menjadi semangatnya, anak yang sudah di rawatnya sejak lahir ke dunia ini.

Dia berdiri di balik kaca. Angga masih belum keluar dari ruangan ICu. Kondisinya masih kritis dan bocah itu belum siuman dari komanya. Hati Vino menangis. Tapi lebih menangis lagi saat melihat Melati tadi histeris.

Dia tidak tega meninggalkan Melati di rumah. Tapi kalaupun Melati ikut ke sini semalam, itu makin membuatnya khawatir.

Pagi ini Angga belum mengalami perkembangan yang berarti. Semuanya masih khawatir. Bahkan papanya yang harusnya masih ada di Kalimantan untuk bisnis langsung pulang karena mendengar kabar Angga.

"Vin."

Vino menoleh ke arah sampingnya. Mamanya baru saja pulang ke rumah dan mengambil keperluannya.

"Kamu makan dulu. Melati sudah menunggumu di kantin. Mama khawatir lihat wajahnya yang pucat pasi begitu. Tadi Mama bilang kalau dia tidak harus ke sini, tapi katanya dia ingin bersamamu."

Tentu saja Vino langsung berbalik dan menghadap sepenuhnya kepada sang Mama.

"Sekarang di mana Melati?"

"Di kantin. Dia takut sama ayahnya kalau ikut mama ke sini."

Sang Mama kini mengusap lengannya dan mendesah.

"Mama kasihan sama Melati. Kenapa ayahnya bisa sekejam itu. Kamu buruan gih temuin Melati. Biar Mama yang menjaga Angga."

Vino langsung mengangguk mengiyakan. Dia menatap Angga sebentar, lalu berbalik dan melangkah mantap menuju kantin rumah sakit.

****

Saat sampai di sana. Dia melihat Melati sedang duduk di kursi yang ada di sebelah jendela kantin. Wanita itu sedang mengamati taman yang ada di luar ketika dia mendekat.

"Mel."

Melati langsung menoleh dan tersenyum tipis. Benar kata mamanya. Wajah Melati tampak pucat pasi. Matanya bahkan sembab. Dan Vino merasa bersalah karena telah meninggalkan Melati semalam.

"Pagi Vin. Aku ke sini kamu gak marah kan?"

Vino langsung menarik kursi dan kini menjatuhkan tubuhnya di kursi itu. Menatap Melati yang tampak khawatir.

Dia mengulurkan tangan untuk menggenggam erat jemari Melati yang ada di atas meja.

"Kenapa harus marah kalau kedatanganmu malah membuatku senang."

Melati kembali tersenyum tipis. Tepat saat satu mangkuk Soto dan teh hangat di hidangkan oleh pelayan Kantin.

"Kamu mau pesan apa?"

seputih MelatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang