Bab 19 Fakta!

16.9K 2.2K 40
                                    

"Kamu harusnya gak usah ikut aku Go?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu harusnya gak usah ikut aku Go?"

Melati kini menghela nafasnya. Mengamati jalanan Jakarta yang tetap rame mesti hari sudah sangat larut. Dia kini berada di dalam taksi dengan Igo.

Pria itu memaksanya untuk menemaninya. Untung saja ada penerbangan ke Jakarta malam ini. Melati tidak membawa apapun saat melangkah keluar rumah. Hanya membawa dompet dan ponsel yang ada di dalam tas tangan kecilnya yang di selempangkan.

Sedangkan Igo lebih siap daripada dirinya. Pria itu selalu membawa tas ransel kemana saja.

"Aku perlu mbak. Dan aku merasa bertanggung jawab untuk melindungi mbak Mel. Jangan suruh aku menjauh mbak. Meski aku tahu Mbak Mel tidak mencintaiku. Tapi perasaanku masih sama kepadamu."

Ucapan Igo membuat Melati menghela nafasnya. Dia sedang tidak mau memikirkan yang lain. Sejak berangkat tadi yang terbayang hanya wajah Vino dan Angga terus menerus.

Menatap jalanan, dia tadi sempat bertanya dengan mamanya Vino. Karena Vino tidak juga menjawab SMS-nya lagi. Vino tidak tahu kalau dia berangkat ke sini malam ini juga.

Melati mendapatkan kejelasan Angga sedang berada di ICU. Dan kondisinya kritis. Menurut keterangan mamanya Vino, suaminya itu tidak mau beranjak dari dekat Angga.

Melati ikut menangis membayangkan bagaimana kalutnya Vino tentang Angga.

"Sudah sampai non."

Suara sopir taksi menyadarkan Melati dari lamunannya. Igo sudah bersiap membenarkan ranselnya dan kini menyentuh bahunya.

"Ayo mbak."

Melati mengangguk. Dan membiarkan Igo untuk keluar terlebih dahulu lalu membayar ongkos taksi.

Kaki Melati terasa begitu lemas saat melangkah turun. Dia menatap rumah sakit yang ada di depannya. Belum siap untuk melihat kondisi Angga. Lagipula dia tidak mau berurusan lebih lama dengan yang namanya rumah sakit. Trauma saat kakaknya meninggal dulu langsung membuatnya sedikit terhuyung.

"Mbak."

Igo sudah dengan sigap menangkap tubuhnya. Kini pria itu melingkarkan tangan di bahunya.

"Kenapa? Pusing?"

Melati menggelengkan kepalanya. Menghela nafas untuk menguatkan hati. Bagaimanapun juga dia butuh ketenangan. Di dalam sana pasti juga ada ibu dan ayahnya. Dan siapkah dia bertemu ayahnya?

"Kita masuk ya mbak? Di ruangan ICU kan?"

Melati hanya mengangguk saat Igo memapahnya untuk masuk ke dalam rumah sakit. Dia terus berdoa.

Tubuhnya terasa lemas dan lelah. Kepalanya berdenyut nyeri. Pusing kembali menderanya.

"Sus ICu di sebelah mana ya?"

Igo menghentikan seorang perawat yang sedang melangkah di dekatnya. Dan suster itu menjelaskan dimana mereka harus melangkah.

Melati terus menunduk. Tidak berani mengangkat wajahnya saat ini.

seputih MelatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang