[two] to [one]

Mulai dari awal
                                    

Menangkap kalimat dan menyebut nama wanita yang sudah lama bersamanya, barulah mata Adora berkaca-kaca. Menghempaskan diri ke dada Reon, membenamkan isak tangis begitu memilukan. Genggaman pada kain dikenakan Reon memadukan kebingungan dan kesedihan.

Kecupan lembut di ubun-ubun Adora dan memeluknya erat dengan melingkarkan seluruh lengan ke tubuh wanita kecilnya, menumpukan pipi di kepala Adora. Wanita tersayangnya bersamaan dengan Cally dan Jelice.

"Jangan menangis." Reon kembali mengecup pelipis Adora, tanda sayang. "Semuanya akan baik-baik saja."

Keterdiaman itu membuat keduanya saling mendekap erat satu sama lain. Tak peduli deru kendaraan yang melewati halte,  sebuah mobil menepi di dekat halte dan derap dua pasang kaki otomatis terhenti sejak turun dari mobil.

"Oh, beginikah caramu menyayangi wanita-wanitamu, Reon?"

Tersentak mendengar suara familier, Adora dan Reon melepas pelukan walau lengan dia masih melingkari bahu adiknya. Keduanya menoleh. Dengan mata membulat, Reon tetap tak urung melepas adiknya.

"Ternyata Adora. Kenapa bisa kamu ada di sini, Nak? Apa perselisihan antara suamimu sudah selesai?"

Remasan di punggung kakak laki-lakinya mengencang begitu pula tangan yang berada di bahu Adora. Sepasang mata dua saudara itu menatap tak suka.

"Well, tidak usah menatap saya begitu, Nak. Saya tidak ingin memancing keributan." Wanita itu bersedekap angkuh. "Apa perlu saya menarik kalian untuk pergi dari sini? Halte ini terkesan jorok di mata saya. Udara pun rasanya terlalu panas. Saya dan wanita sebelah saya mungkin gerah menunggu kalian berpanas-panasan di tempat ini."

Mengepal tangan begitu keras hingga jemari memutih, Reon menghela napas kasar. Untung ada Adora menenangkan dengan elusan di punggung, jika tidak Reon memastikan akan mengusir wanita angkuh ini dari peternakannya walaupun wanita itu sangat terhormat.

"Bisa kita pergi?" tanya wanita itu.

Reon melepas rangkulan di bahu Adora, kemudian turun menuju tangan dan ditariknya ke mobil sedan kesayangan Reon. Namun, langkah mereka terhenti kala pernyataan wanita angkuh tersebut.

"Kamu ingin saya duduk di mobil itu?" Wanita menunjuk kendaraan Reon penuh kerutan kening. "Tidak ada pilihan lain? Astaga, Azzorra kasih makan apa kamu hingga memiliki kendaraan yang tidak pantas disebut mobil? Lebih baik saya ke mobil pilihan Azzorra."

Pintu mobil sedan panjang melebihi kendaraan Reon, terbuka kemudian tertutup sangat elegan. Perkataan wanita itu berpengaruh pada Reon yang langsung menendang ban mobilnya.

"Wanita itu-----"

"Sabar, Kak." Adora mengusap pundak Reon berusaha meredam amarah Reon. "Jangan emosi. Kita masih jauh dari villa. Aku tidak mau kecelakaan di tengah jalan."

Mengatasi kemarahan di dalam dada, teringat akan Cloudy, Reon mampu meredakan emosi yang sangat kental. Paru-parunya tak lagi bergelora. Dadanya pun bisa bernapas dengan normal.

"Ayo, kita pergi." Adora melirik mobil milik Azzorra. Kakek mereka. "Kenapa mobil itu bisa berada di sini?"

"Urusan si tua bangka itu, bukan urusanku!"

Reon meloncati pintu dan duduk di depan kemudi. Sementara Adora setengah berlari menuju pintu penumpang. Atap mobil itu terbuka, walaupun Adora tetap membuka pintu penumpang dengan gayanya yang lembut.

Mereka berdua memasang seat belt. Dan Reon menekan pedal gas, setelah menurunkan persneling. Mengemudikannya menuju villa mereka, tak diacuhkannya mobil sedan panjang itu mengikuti.

Good Time ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang