Bab 18 ( Menjauh)

45 8 0
                                    

Dia bagaikan bulan yang menyinari di malam hari, ia bagaikan matahari yang hangatnya dapat kurasakan setiap saat, dia yang begitu indah. Tapi mengapa aku tidak bisa memilikimu?

Embun menatap nanar dirinya di cermin. Matanya sangatlah kusut bagaikan baju yang satu bulan tidak disetrika. Rambutnya urak-urakan bagaikan pengemis di pinggir jalan. Badannya lesuh mirip mayat yang bangkit dalam kuburnya.

Embun menghembuskan nafasnya. Ia kemudian duduk kembali di atas kasurnya. Mencoba mencari handphone miliknya.

Dia melihat handphone itu di atas nakas putih miliknya. Mencoba memainkan teknologi itu sekuat tenaganya.

Embun membuka aplikasi line. Mencoba menguatkan diri agar pernyataannya kepada kakak kelasnya tidak akan ia sesali. Ia membuka chat privatenya bersama Ezo. Dan terpampang jelas bahwa Ezo hanya membaca penolakan Embun. Tidak ada kata balasan se huruf pun.

Sangat menyedihkan.

Embun membuang asal handphone nya itu. Mungkin kisahnya bersama Ezo akan berakhir sampai disini. Sampai part ini.

Ia kembali tidur dalam keadaan karuan. Air mata lagi-lagi keluar dari kedua matanya. Ia meringis kesakitan. Sakitnya luar biasa. Ia masih menyayangi kakak kelasnya. Tapi dia juga tidak mau menjadi perusak hubungan mereka.

Mungkin tidur adalah salah satu pelampiasan Embun saat ini. Dan untungnya besok adalah hari minggu. Dan Embun akan pulas tidur.

***

" Embun bangun sekarang! Kebo banget jadi cewek. " teriakan mama Embun menggelegar sejagat raya. Sampai tetangga pun yang lewat sempat mencari asal teriakan itu.

Kebiasaan mamanya. Suaranya sangat berisik dan sangat jelas suara itu sangatlah nyaring alias cempreng. Mirip dengan Embun.

" Ahhh apaan sih ma. Teriak-teriak aja kayak sudah ada perang dunia ke 3 " cerocoh Embun asal. Mungkin hanya pelampiasan saja.

" Liat tuh jam. Sudah jam 12 siang. Kau baru bangun! Dasar wanita berantakan. Mana ada nanti cowok yang mau sama kau! "kutuk mamanya kejam.

Yah benar. Mungkin tidak ada yang mau sama dirinya. Dirinya hanya wanita biasa. Tidak sempurna. Tidak memiliki kelebihan. Dan juga tidak menarik.

Embun membuang nafasnya. Mamanya menjadi penghancur mood Embun di siang hari ini. Ia kemudian keluar dari kamarnya menuju lantai bawah.

Embun tersadar, ada yang aneh dari adeknya itu. Yah Venus sangatlah rapi.

" Mau kemana lo cebol?  " tanyanya mengejek.

" Ih kepo banget loh bangsat " jawabnya kasar.

" Ih gue tanya lo baik-baik yah " nada Embun naik satu oktaf.

" Lo yang diluan bilangin gue cebol " Venus yang ikutan marah juga.

" Emang salah gue bilangin lo cebol. Mulut gue juga nih "

" Dan emangnya gue salah kalo bilangin lo bangsat? Nggak tuh "

" Dasar adek durhaka " teriak Embun.

EMBUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang