5. Musim Dingin, 2019

305 40 2
                                    

"Jadi begitu fasilitas-fasilitas baru yang ditawarkan di Rumah Sakit Gangwon. Harap para psikiater, psikolog dan para perawat dapat menggunakannya sebaik mungkin untuk kenyamanan pasien. Terima kasih."

Rapat diakhiri dengan sorak tepuk tangan untuk Direktur Sung, direktur baru yang menjabat di bidang sarana prasarana. Semua psikiater, psikolog serta kepala suster diundang untuk mengikuti rapat.

"Untuk hari jadi saya yang pertama sebagai direktur, saya meminta perwakilan dari setiap bangsal lantai untuk menemani saya dalam perjalanan bisnis di Pohang. Saya harap kesediaan anda. Terima kasih." Ucap pria berumur sekitar 40an yang baru naik jabatan itu.

Akhirnya Direktur Sung keluar ruang rapat, diikuti para psikiater dan psikolog aliansinya. Ketika mereka sudah pasti tak terlihat, para karyawan kebanyakan bersorak kesal. Pohang itu cukup jauh. Memakan waktu yang cukup lama jika ditempuh menggunakan kendaraan darat.

Hal itu berlaku pula dengan Joohyun. Maklum, dengan statusnya sebagai ibu rumah tangga, sulit membuatnya bisa pergi leluasa walaupun kadang mertuanya datang untuk mengasuh Sooyeon.

Joohyun berjalan sendirian ke ruang psikiater di lantai bawah. Saat membuka pintu ia langsung disambut beberapa psikiater dari bangsal bawah yang mengeluh.

"Ah aku tidak mungkin meninggalkan pasienku karena banyak sekali terapi yang harus dijalani. Waktunya tidak tepat." Ujar Psikolog Hong entah pada siapa sambil membereskan berkas-berkas miliknya.

Psikiater Jang juga tak kalah meraung dengan hiperbolis.
"Besok adalah hari pernikahanku yang ke 5. Sangat tidak mungkin aku bisa menghadirinya. Kalau menghadiri itu bisa-bisa aku dibunuh oleh istriku."

Dan masih banyak lagi keluhan yang ia dengar dari mulut para rekan kerjanya itu.

Tiba-tiba Psikiater Ahn mendekat ke arah Joohyun.
"Psikiater Bae, bagaimana kalau anda saja? Bukankah anda tak ada jadwal pasien untuk besok? Semua sangat sibuk dan tak berkemungkinan untuk datang."

"Ahh aku tidak bisa. Aku harus mengurus anakku." Tolak Joohyun sambil beralasan.

"Tolong. Ini benar-benar penting. Toh Psikiater Bae bisa mengajak Psikiater Oh untuk berangkat bersama."

"Kau gila apa? Minggu ini jadwal Psikiater Oh yang paling sibuk. Ia mengambil 4 hari shift malam sekaligus agar hari Sabtu ia bisa libur." Psikolog Hong yang tak sengaja mendengar pembicaraan mereka ikut berceloteh.

Hal itu dibalas anggukan meng-iyakan oleh Joohyun. Memang benar Sehun sudah 2 hari tak pulang karena jadwalnya. Jika ia meminta lelaki itu untuk menemaninya bukankah itu sedikit memberatkan?

"B-baiklah. Namun, apa tak ada yang menemaniku?"

"Oh, ada Psikiater Gong dari bangsal E bersedia ikut, dan beberapa staff lain yang ikut."

Joohyun hanya mengangguk pasrah. Badannya langsung terasa lemas dan lesu.

.

Hari ini hari Kamis, tepat perjalanan bisnis akan dilakukan. Mobil dinas yang berupa Hyundai itu sudah terparkir di depan lobby rumah sakit. Para staff yang ditunjuk mulai memasukkan barang mereka di bagasi, begitu pula Joohyun. Usai mengirim pesan kepada Sehun yang sepertinya masih tidur karena mendapat shift malam, ia memasukkan koper hitam mini miliknya.

"Perjalanan ke Pohang kiranya akan memakan waktu sekitar empat jam, jadi bisa digunakan untuk beristirahat." Ujar direktur berambut tipis itu sebelum berangkat.

Beliau kemudian membuka pintu mobil dan mengisi kursi depan di kiri yang kosong. Beberapa staff yang ikut juga mulai memasuki mobil.

Tepat ketika mesin dinyalakan, wanita itu kembali melihat ponselnya. Memastikan apa pesannya sudah terbalas. Perasaannya mulai gundah karena Sehun rupanya belum mengetahui ia yang akan pergi perjalanan bisnis. Untungnya, anak perempuannya sudah ia titipkan di rumah mertuanya, jadi setidaknya beban berkurang.

Green LightOnde histórias criam vida. Descubra agora