"orang tuanya lebih konyol dari lelucon jin-hyung."

12K 1.3K 192
                                    

"Serius?"

Jimin lagi-lagi menghela napas. "Apa aku terlihat bercanda untuk itu?"

Kalau Jimin pikir, tidak ada yang lebih konyol dibanding ini; bayi yang ditinggalkan dengan secarik kertas, selimut ayam, satu botol susu, dan satu pack popok di depan sebuah apartemen milik sepasang gay yang sama sekali tak punya pengalaman mengurus anak.

Bagi Jimin itu mungkin tidak terlalu jadi masalah. Yang ia khawatirkan justru Jungkook--bocah itu tak pernah berakhir bagus jika dipasangkan dengan anak-anak. Kemungkinannya hanya 1) dia frustasi dan meninggalkan anak itu sendiri atau 2) mereka melakukan hal konyol yang bisa mengancam nyawa. Dan dua-duanya sama-sama buruk.

Jimin bahkan sudah frustasi duluan. Belum genap sehari, Jungkook sudah tak bisa berdamai dengan bayi itu.

Mereka lupa jika ada tambahan satu makhluk di apartemen sejak jam dua tadi. Jimin juga lupa meletakkan bayi itu di mana--iya, dia lupa, saking ngantuknya. Dan pagi-pagi setelah ia bangun, Jimin menemukan bayi itu nyaris mati di pelukan Jungkook.

Oh, tentu saja. Bagaimana dia tak nyaris mati jika Jungkook memeluknya seperti bantal guling?

Jadi pagi-pagi, sudah ada teriakan Jimin yang memenuhi apartemen itu. Buru-buru Jimin mengambil sang bayi dari pelukan maut Jungkook. Buru-buru juga ia menggendongnya sambil menepuk lembut punggung bayi itu--sekaligus memastikan apakah ia masih bernapas (untungnya, masih).

Dan sekarang mereka tengah duduk di karpet depan tv. Si buntalan daging ada dalam rengkuhan Jimin, sedangkan keranjangnya dimainkan oleh Jungkook. Jimin juga baru saja membaca secarik kertas yang ditinggalkan dalam keranjang--isinya, sudah bisa ditebak, surat dari orang tua si bayi.

Jimin akan memaklumi kalau alasan orang tua bayi ini meninggalkannya adalah karena masalah ekonomi--itu masih masuk akal. Tapi tidak dengan yang ini.

"Coba bacakan lagi. Mungkin saja telingaku salah dengar," kata Jungkook. Fokusnya terbelah dua antara mendengarkan suara Jimin dan memainkan bungkusan popok dalam keranjang itu.

"Hai, kalau kau sudah menemukan surat ini, berarti kau sudah bertemu bayi kami. Bukankah dia lucu? Namanya Eunkyung, ngomong-ngomong. Dan jika kau sudah mengambil keranjang itu, berarti Eunkyung sudah jadi tanggung jawabmu.

"Kami tau, kami orang tua yang buruk. Tapi alasannya adalah karena orang-orang akan menghina kami jika tau kami punya Eunkyung. Yah, kau tau, lelaki yang mengandung dan melahirkan atau semacamnya terdengar tabu di Korea. Dan lagi, kami tidak tau bagaimana cara mengurus bayi--kau tau lah, tidak ada lelaki yang benar-benar bisa mengurus anak. Kami sudah mencobanya bulan-bulan pertama, tapi sepertinya itu tak benar-benar bekerja.

"Kami akan sangat berterima kasih jika kalian mau mengambil Eunkyung. Ini terdengar jahat, tapi kami sama sekali tak menginginkan anak itu--bukan berarti kami membencinya atau apa, namun semua ini benar-benar di luar rencana.

"Kami harap kalian bahagia. Semoga cepat punya momongan juga. Terima kasih^^."

Jungkook terdiam setelah Jimin selesai membaca ulang surat itu. Alisnya menukik tajam, dengan kerut yang muncul di dahinya. Tampak berpikir keras tentang lelucon yang baru tiba hari ini.

"Orang tuanya lebih konyol dari lelucon Jin-hyung," kata Jungkook, pada akhirnya membuka suara. "Aku ingin lihat suratnya." Jungkook mengulurkan tangan, meminta secarik kertas itu dari genggaman Jimin.

Dan dia mulai membaca lagi tulisan tangan itu. Sedangkan Jimin terdiam di tempatnya dengan bahu lesu sehabis melihat berbaris paragraf tadi. Tiba-tiba kasihan pada sang bayi yang masih pulas, sepenuhnya bersandar pada dada Jimin.

"Ini konyol. Aku baru tau laki-laki bisa mengandung. Dan aku baru tau ada manusia seperti ini. Orang tua yang buruk, jelas sekali," katanya. "Dan, hyung, kupikir mereka salah sasaran. Apa bedanya dengan mereka mengurus bayi ini? Kita sama-sama gay, kan? Oh Tuhan, mungkin ini harusnya diletakan di apartemen sebelah--dengan pasangan lurus dan perempuan yang bisa memberikan susu."

Ah, ya. Tentu saja Jungkook sudah terdengar sefrustasi itu.

"Dan--lihat! Bahkan mereka menuliskan emot senang di sini! Apa-apaan?!" Jungkook berseru, kemudian mengacak rambutnya karena frustasi.

Jimin mengabaikan Jungkook yang mulai bicara dengan cepat. Kini fokusnya tertuju pada Eunkyung yang menggeliat dalam pelukannya. Bayi itu menguap kecil (dan Jimin harus menahan diri untuk tidak berteriak, "Lucu sekali!"), matanya perlahan terbuka. Menampilkan iris gelap yang sama dengan milik Jimin.

Jimin sudah bersiap jika Eunkyung akan menangis karena melihat wajah asing dan tempat yang baru. Tapi, dibandingkan itu, Eunkyung malah tertawa dengan suara bayi yang menggemaskan dan tangannya yang menggapai-gapai wajah Jimin. Pemuda Park itu tidak bisa tidak mengangkatnya untuk mencium pipinya.

"Ssssstt, Jungkook, diamlah. Coba lihat ini," kata Jimin. Yang dipanggil akhirnya berhenti mengumpat, kini menatapi Jimin yang mengangkat tubuh Eunkyung supaya ia bisa ngedusel ke perut bayi itu--membuat tawa khas sang buntalan daging mungil terdengar memenuhi ruangan.

"Oh, astaga! Dia lucu sekali!"

Jungkook mencebik. Tapi diam-diam memperhatikan Jimin yang asyik dengan Eunkyung.

Eunkyung mungkin baru sekitar delapan bulan. Baru bisa duduk dan merangkak, kira-kira. Rambutnya tebal dan hitam, mata bulat dengan iris gelap, juga tubuh gembul dengan pipi yang enak untuk dicubit. Jungkook mengakui kalau dia imut--tapi tentu saja ia tak akan mengatakannya keras-keras.

Jimin sudah larut dengan acaranya untuk membuat Eunkyung tertawa. Pemuda itu asyik menggelitik perut sang bayi hingga tawa lagi-lagi terdengar seantero apartemen. Jungkook senang memerhatikannya--Jimin selalu terlihat menggemaskan dengan anak-anak, dan Jungkook tidak bisa tidak jatuh dengan itu walaupun ia benci berurusan dengan bocah.

Tapi, tapi ya, selalu ada hal yang bisa merusak hari yang terdengar bahagia itu.

"Hyung."

"Hm?"

Kerutan sekali lagi muncul di dahinya. "Apa kau mencium sesuatu?"

Jimin terdiam untuk mengikuti jejak Jungkook. Sedetik, dan kemudian ia mematung.

"Kook, kurasa dia poop."

Tadinya ga mau sepanjang ini :vSemoga aja ini ga aneh ya :3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tadinya ga mau sepanjang ini :v
Semoga aja ini ga aneh ya :3

Sampai jumpa di chap selanjutnya!

aegya | kookminWhere stories live. Discover now