Bab 29

1.6K 175 4
                                    


Secara perlahan, Nadia menutup pintu gerenjeng dan menguncinya. Mereka berdua kini sudah berada di dalam ruangan ruko. Lili, sementara ini mengambil alih senter ponsel Nadia. Sekilas, walau nampak samar, Nadia melihat empat buah manekin yang masing-masing mengenakan t-shirt, kemeja serta jaket ketika terlintasi oleh cahaya senter yang mengitari ruangan. Sepertinya Lili sangat antusias dengan toko baju ini. Dia tak hentinya menyoroti sekeliling.

Lalu, di ujung ruangan, nampak jendela yang seluruh bingkainya tersusun atas jeruji-jeruji besi. Posisi jendela itu masih terbuka. Karena kondisi ruangan yang remang, pemandangan cahaya sinar bulan yang menerobos jendela nampak mengagumkan. Nadia bersyukur malam ini bulan bersinar cerah seperti harapannya. Dikarenakan jendela itu berpenutup kayu geser, maka dia menyuruh Lili untuk menutupnya.

Nadia mendongak ke atas, dalam sorotan senter Lili, dia memperhatikan ada lima buah lampu gantung seperti pada sebuah cafe. Dia merasa sepertinya aman-aman saja menghidupkan lampu ruangan toko. Pintu gerenjeng sudah terkunci dari dalam, jendela juga ditutup rapat-rapat, apalagi gedung lantai dua relatif aman dari keberadaan zombie⸺membuatnya tak perlu merasa cemas menghidupkan sebohlam lampu saja sebagai penerang.

Clap! Lampu ruangan menyala saat Nadia menekan saklarnya. Lili mematikan senter ponsel bersamaan dengan ruangan yang diterangi oleh cahaya. Meski cahaya satu lampu masih terasa redup, tetapi bagi mereka berdua itu sudah lebih dari cukup.

Dengan penerangan seadanya, mereka mencermati sekeliling, mendapati sebuah ruangan yang luas untuk sebuah toko baju. Terdapat susunan rak bertingkat dengan kolom-kolom untuk menyimpan pakaian dengan berbagai jenis ukuran. Ada sebuah kamar ganti dengan kain gordennya yang masih terbuka, mempertunjukkan jelas sebuah bingkai kaca ukuran raksasa yang mampu mempertontonkan seluruh bagian tubuh calon pembeli dan biasa digunakan untuk narsis bagi pengunjung yang sedang mencoba model pakaian.

Lili terkagum dengan bisnis toko pakaian yang dimiliki oleh paman Edi dan bibi Erlinda. Wajahnya nyengir dengan sendirinya saat mengamati sekeliling ruangan. Tetapi berbeda halnya dengan Nadia, pandangannya sedari tadi tak berhenti mencari apa yang dia buru, yakni sebuah freezer penampung minuman dingin yang dia idamkan. Dia kecewa karena tak menemukannya di ruangan ini. Tetapi setidaknya ada sebuah dispenser dengan galon air yang masih penuh.

Pada sudut ruangan lainnya, Nadia mendapati sebuah pintu kamar mandi. Setidaknya jika tenggorokannya tak mampu merasakan sensasi kesegaran air dingin, dia bisa menambal kekecewaannya itu dengan menyejukkan pikiran⸺sepuasnya mandi malam ini. Selain tenggorokan, tubuhnya dirasa juga perlu mendapatkan sebuah guyuran.

Di dekat jendela berdiri meja yang mempunyai banyak laci diserasikan dengan sebuah kursi putar. Jelas itu adalah meja kasir sekaligus meja kerja diperuntukkan bagi pegawai di toko ini. Selain itu, ada sebuah tangga panjat yang menghubungkan dengan pintu mini di atap ruangan. Entah menghubungkan kemana tangga itu Nadia hanya menebak gudang penyimpanan.

Tatapan Nadia mendadak tak bisa lepas pada salah satu manekin yang menggunakan model jaket kulit berwarna hitam. Dia mendekati manekin dan meraba-raba jaket itu. Kini dia sadar bahan jaket itu bukan kulit asli, melainkan hanya imitasi. Di pasar lokal seperti ini, menjual jaket dengan bahan kulit tentu harganya tak akan terjangkau oleh penduduk desa.

Namun walau imitasi, Nadia terkagum dengan desainnya. Ada bordir kotak kecil bertuliskan R.V. Jelas Nadia tahu itu adalah kepanjangan dari Revan, yang mendesain jaket ini. Biasanya, jumper adalah model jaket favoritnya, atau jaket apapun yang mempunyai penutup kepala untuk menyembunyikan rambutnya. Dasar pilihannya itu juga dipengaruhi oleh genre musik yang disukainya adalah jenis rap, yang mana kebanyakan penyanyinya menggunakan jaket jenis berpenutup kepala. Tetapi entah kenapa, meski bukan original, desain jaket kulit imitasi karya Revan mampu menarik perhatiannya.

KILLING THE MOONLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang