"percayalah, aku adalah pendengar yang baik" tawar ku.

Aku bangkit dari duduk ku dan memilih disamping mu bersandar pada tembok, posisi yang lebih dekat agar setiap kata yang terucap dari mu tidak akan terlewat. Aku tidak ingin ada kesalah pahaman dari apa yang akan kau ceritakan nantinya.

"Ardi" aku tahu sekarang arah cerita dia akan ke siapa

"kamu masih dengan dia?" kau sandarkan kepala mu. Aku dapat mencium bau wangi rambut mu, lembut.

"ia"

"kemarin aku pergi ke Gramedia" lanjutnya

".........."

"ingin membeli sebuah novel"

"....."

"di selah rak kulihat dia menggandeng tangan wanita lain" Sekacau itukah yang terjadi? Ku hanya bertanya pada diriku sendiri.

"........"

"mereka bercanda dan saling berangkulan, awalnya aku anggap hanya teman tapi dugaan ku salah"

"........"

"dia mencium rambut wanita itu"

"........"

"katanya kuliah, tapi...." pecah juga tangisan mu dan mengalah kandatang hujan yang tak kunjung menurunkan air.

Sudah lah jangan menangis kau buat aku semakin piluh merasakannya, aku tahu dan merasakan apa yang terjadi padamu. Hanya diriku yang sanggup mendengarkan kalimat yang aku katakan.

"aku mencintainya" hancur sudah tembok pertahanan mu yang kau jaga untuk terlihat kuat.

"aku lebih mencintaimu" tapi sayang bibirku kelu untuk sanggup mengatakannya.

"semua pria brengsek"

"aku bukan salah satunya" jawabku hanya bisa diam.

"tidak ada yang bisa setia"

"tau kah kau, aku setia menunggumu" ok, aku benci dengan keadaan ini kenapa mulutku tak bisa berucap. Apakah mendung juga sanggup melumpuhkan pita suara?

"sakit, disini rasanya sakit banget Den sakit" kau tunjuk letak jantung mu dengan tangis mu yang semakin menjadi-jadi menggantikan hujan.

"aku tahu ,aku tahu dan merasakannya itu semua" ku usap rambut mu yang panjang, tapi bibir tak sanggup bergerak

"dia menyakiti ku"

"aku tak akan, akan ku lakukan yang terbaik untukmu" jawabku dalam kebisuan

Keheningan kembali tercipta di antara kita. Bukannya aku tak bisa membuat lelucon tapi sepertinya tidak tepat untuk melakukannya. Ku biarkan kau menangis karena ku harap dengan menangis bebanmu akan sedikit berkurang. Aku bingung kenapa setiap kau menangis pasti aku merasakan kesedihan yang kau rasakan.

Aku hanya merenung melihat mendung dan menikmati kesakitan yang kau rasa. Bila boleh memilih aku tidak mau membuat perjanjian yang konyol dengan mu dulu.

-----Flash back-------

"hahhahhaha" tawa kita berdua saat istirahat

"Den, uda ngerjain PR Bahasa Indonesia belum?" tanya mu.

"sudah, kenapa? pasti mau nyontek! Dasar" jawabku yang kubuat kesal.

"hahaha, tau aja!" jawabmu dengan senyum yang menderetkan gigi putih.

"hei Nisa,hei Deni ciee dari orok sampai sekarang berduaan mulu ,kenapa sih kalian tidak pacaran aja?"

Darimana datang nya manusia tak di undang ini dengan ringannya menempati kursi kosong dianatar kami, dia Leni.

SilenceNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ