Rindu Reva Buat Asha

9.9K 1.2K 87
                                    

Hari Sabtu dan Minggu adalah hari yang membosankan bagi Reva. Asha memberinya ultimatum untuk tidak mengganggu gadis yang akhir - akhir ini menjadi seseorang yang sangat ingin ia jadikan kekasih hati.

Reva tahu, Asha sangat sibuk. Orderan souvenir dan orderan ketik skripsinya, membuat Asha harus bekerja rodi. Tapi rasa rindu itu sudah tidak bisa ditolerir lagi.

Pak Hartono Jr : Sha, hari senin aku mau ke kampus. Mau setor bab. Kuambil flasdisknya jam 8 pagi ya!

Sayangku cintaku : kok ngabarinya dadakan sih?

Oh ya, waktu Reva mengirim pesan, jam sudah menunjukkan pukul 8, malam senin. Dan catet! Sejak Reva menyadari perasaannya pada Asha, nama contact ponsel Asha pun sudah berganti nama. Yang tercantum di contact ponselnya bukan lagi nama julukan melainkan sebuah nama yang sangat spesial.

Asha buru - buru menyalakan laptopnya untuk mengetikkan skripsi Reva. Asha benar - benar dibuat pontang -panting binti kalang kabut. Padahal bunga rajut yang menjadi jatahnya baru jadi 200 biji. Dan waktunya tinggal satu minggu lagi. Arghhhh....... Asha ingin menjerit karena frustrasi.

Namun kemudian semangatnya kembali muncul. Dirinya masih muda, masa kalah dengan ibu dosennya yang sudah S3. Sudah bekerja, mengurus suami, mengurus anak, mengurus rumah, masih harus belajar dan menyusun Thesis. Huwaaaaa.........

Kesibukanmu ini belum seberapa, Asha.......

Asha sudah menjadwalkan waktunya. Ia harus bisa menyelesaikan bunga rajut dalam 5 hari kedepan. Lalu mengetikkan skripsi Reva. Tapi apa mau dikata, jadwalnya kacau karena Reva buru - buru sekali hendak menghadap dosen untuk bimbingan skripsi. Karena Reva sudah bersemangat untuk segera lulus, Asha harus memberi dukungan bukan?

Dan karena Asha sudah terikat janji, maka ia pun berusaha melaksanakan tugasnya dengan baik. Meskipun Asha terpaksa harus bergadang semalaman demi menyelesaikan ketikan. Namun setelah sholat subuh, Asha pun tumbang.

കകകകകക

Bunyi bel pintu membuat Asha terbangun. Dengan kondisi antara sadar dan bermimpi, Asha berjalan menuju pintu.

Gadis itu membukakan pintu rumahnya dengan tampang semrawut. Mama sudah berangkat ke butik, jadi terpaksa Asha yang harus repot.

Reva memandang Asha dengan takjub. Detik berikutnya ia terbahak. Muka bantal Asha sangat emejing. Asha membuang muka untuk menguap.

"Aku baru tidur tadi habis Sholat Subuh. Bentar ya, aku copykan dulu bab 2 nya ke flasdisk."

Asha kemudian berjalan ke kamarnya dengan langkah sempoyongan. Seketika tawa Reva terhenti dan menyesali perbuatannya.

Asha keluar dari kamarnya sambil membawa sebuah flasdisk.

"Kamu nggak apa - apa kan, sha?"

Reva menatap Asha. Bersiap untuk menerima protes dan omelan Asha.

Asha menggerakkan tangan memberi tanda supaya Reva segera pergi.

"Aku baik - baik aja. Udah sana buruan ngeprint trus ngadep pak Dosen."

Reva masih terpaku di depan Asha.
Membuat Asha menatap Reva dengan mata menyipit.

"Udah buruan sana! Kamu mau nunggu apa lagi sih?"

Asha keheranan melihat Reva yang mematung dengan tampang cengo.

"Aku menunggu omelanmu."

Apa?

Asha menatap Reva keheranan. Bukankah cowok itu paling sebel mendengar cewek mengomel yak? Apalagi di pagi hari begini. Bisa terjun bebas dong mood menghadap pak Dosen untuk bimbingan skripsi.

Oh No...! (Telah Selesai Direvisi/tamat)🌷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang