Skripsi Oh.... Skripsi

10.4K 1.2K 71
                                    

Asha dan Reva sedang berada di ruang literatur perpustakaan pusat yang berada di lantai 2. Ruangan ini tidak terlalu ramai karena hanya berisi beberapa mahasiswa yang sedang mencari literatur untuk menyusun skripsi.

Ruangan besar itu hanya memuat skripsi - skripsi mahasiswa entah mulai tahun berapa yang memenuhi rak - rak besar dan bertingkat. Wajar saja ruangan itu terasa sepi. Karena hanya mahasiswa yang berkepentingan saja yang akan menjejakkan kakinya di tempat ini.

"Sana pilih beberapa skripsi yang tema penelitiannya hampir sama dengan skripsimu."
Asha memberi instruksi pada Reva.

"Oh ya, ambil sebanyak yang bisa kamu temukan. Karena itu akan lebih membantu kita menyusun bab 1 dan bab 2."
Asha mengucapkan perintah dengan suara lirih.
Karena mereka sedang berada di perpustakaan, jadi dilarang keras untuk berisik.

Reva mengitari rak dan menuju bagian rak Fakultas Pertanian. Kemudian ia sibuk memilih - milih beberapa skripsi yang sekiranya dapat dijadikan bahan literatur skripsinya.

Sedangkan Asha mencari tempat duduk dan mempersiapkan beberapa kertas folio untuk mencatat apa yang mereka perlu catat nanti. Efek kurang tidur membuat Asha segan mengelilingi deretan skripsi yang berjajar rapi. Muyeng cuy, jadi Asha terima beres dan tinggal mengetik saja. Yang punya hajat menyusun skripsi kan Reva bukan dirinya.

Reva menghampiri Asha dengan membawa setumpuk jilidan skripsi. Asha membayangkan. Skripsinya kelak, juga akan dibaca oleh juniornya untuk dijadikan referensi.

Untuk sesaat mereka saling berpandangan. Lalu Asha memberi kode bagi Reva untuk membuka sripsi itu.

"Udah tahu apa yang harus kutulis."
Asha mengingatkan Reva. Lalu Reva menunjukkan sederet kalimat yang bisa dicopas olehnya dan meminta Asha memotret bagian tersebut dengan kamera ponsel milik Asha.

Asha langsung menolak. Ia lebih suka mencatat di kertas folio. Karena ponselnya kan tidak bisa menyala terus, malah nantinya akan merepotkan Asha jika harus sering mengaktifkan ponselnya. Hemat batere lah ya.

Khusus untuk skripsi, mahasiswa hanya diijinkan untuk membaca ditempat. Kalau ingin fotocopy harus sesuai prosedur, yaitu melalui petugas perpustakaan. Tetapi mahasiswa baru bisa mengambil fotocopyannya besok. Dan biasanya biaya fotocopi itu lebih mahal.

"Yakin kamu mau nulis tangan, nggak di fotocopy aja?"

Reva merasa tidak tega membayangkan jemari lentik Asha yang kerempeng itu kelewat sibuk. Sudah capek merajut, mengetik, eeeh..... masih disuruh menulis pula.

"Nggak apa - apa kok. Lagipula nanggung kalau besok harus kemari lagi buat ambil fotocopian."

"Aku hanya tidak ingin membuat kamu capek, Sha."

Kalimat bernada penuh perhatian yang diucapkan oleh Reva membuat hati Asha berdesir. Omo... omo.... Asha yang jarang mendapatkan perhatian dari seorang lelaki langsung merasa baper.

Untuk menyembunyikan rasa bapernya, Asha langsung menyibukkan diri untuk menulis. Reva menatap Asha dan berharap Asha memahami kode - kode cintanya. Melihat Asha hanya lempeng galeng, Reva pun kembali sibuk membuka - buka skripsi yang lain. Sesekali Asha ikut melihat - lihat skripsi untuk mencari dan membandingkan skripsi dengan mode penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Asha membaca dengan cermat tulisan yang ia catat, terutama untuk kutipan kalimat langsung. Karena berdasarkan pengalamannya kemarin, revisiannya selalu salah di bagian kutipan.
Kemudian Asha mencatat tata cara pengamatan baik kuantitatif atau kualitatif. Soalnya tadi Asha belum sempat bertanya kepada Reva tentang metode penelitian skripsi yang akan dibuat oleh pria itu. Jadi untuk berjaga - jaga, akhirnya Asha tuliskan semua.

Oh No...! (Telah Selesai Direvisi/tamat)🌷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang