part 4

2.9K 262 6
                                    


**
Ia pun kembali ke niat awal. Ia bersembunyi di balik pohon besar, menguping obrolan serius antara Iqbaal cs.

"Pokoknya kita nggak boleh kalah sama SMA sebelah," ujar Ojan.

"Tapi mereka nggak tau kan kalau kita udah siap melawannya?" Tanya Iqbaal, sesekali ia menghisap rokoknya.

"Bahkan mereka tidak mencurigai kalau kita punya mata-mata di sana," balas Ojan.

(Namakamu) mengangguk-anggukan dagunya di balik pohon tempat persembunyiannya.

"Oh, jadi mereka mau tawura?," batin (namakamu).

Muncul ide jail di otak jeniusnya. Ia tersenyum simpul, lalu.

"IQBAAL " Iqbaal menoleh, menatap malas gadis mungil itu.

(Namakamu), gadis mungil dengan wajah kearaban itu mendekat.

"Apa?" Tanya Iqbaal acuh.

"Nanti pulang sekolah jangan lupa aku tunggu di kantin," Ujarnya.

Lalu ia berlari kecil meninggalkan Iqbaal cs, dan itu membuat Iqbaal berdecak kesal.

"Lo ada urusan apa sama dia?" Tanya Rafto dingin.

"Gadis kecil itu sudah berani ngusik kehidupan gue dan ngatur-ngatur gue," balas Iqbaal tak kalah dingin.

Senyum evil tercetak di wajah tampan Rafto, tatkala ide jahat muncul di fikirannya.

"Lo deketin aja dia, buat dia menderita dan mati sekalipun."

Ojan dan Iqbaal terlonjak kaget, lalu menatap Rafto bingung.

"Lo tega lihat adik lo mati?" Tanya Ojan.

"Dia bukan adik gue. Bokapnya yang telah bunuh bokap gue," balas Rafto.

"Dan lo ngelampiasin amarah lo ke (Namakamu) nggak ke bokapnya?" Tanya Ojan lagi.

"Nggak mungkin gue balas dendam ke bokapnya karena bokapnya adalah sumber kebahagiaan nyokap gue," jawab Rafto santai.

"Tapi (Namakamu) nggak ada salah kan, dan mungkin dia nggak tau apa-apa tentang masalah ini. " Ojan menyimpulkan.

Rafto menatap tajam Ojan.

"Lo belain gadis pembawa sial itu," ujar Rafto sarkatis.

"Gue bukan belain dia. Tapi, Terserah lo. Semoga kalian ber dua tidak menyesal suatu saat nanti, gue cabut!" Ojan beranjak.

"Gue akan buat dia hancur," ujar Iqbaal dengan senyum evilnya.

"Dan saat dia hancur gue yang akan membunuhnya," ucap Rafto enteng.

Mereka berdua pun tertawa jahat tanpa mengindahkan nasehat dari Ojan.

**
"Kak Maura dapat salam dari bang Rafto," seru (Namakamu) yang duduk di samping Maura.

Maura nampak malu.

"Apaan sih lo," ucap Maura.

"Kakak suka kan sama bang Rafto?" Tanya (Namakamu).

"Engg...enggak, kata siapa." Maura membalas dengan gugup.

"Kak Maura jujur aja.
Eum... Kalau kakak suka sama bang Rafto, (Namakamu) yakin kakak bisa merubah sifat bang Rafto.
Aku mohon kak, jangan pernah menyia-nyiakan cinta bang Rafto.
Karena cuma kakak yang bisa nyiptain tawa lepasnya," ucap (Namakamu)

**
Segerombolan remaja cowok yang masih di halaman sekolah ini mendengus kesal, karena sudah satu jam dari jam pulang sekolah ia menunggu.
Menunggu polisi yang sedang mengobrol dengan satpam sekolahnya untuk segera pergi.

"Kapan sih tu polisi pergi, ganggu orang yang mau tawuran aja," dengus ojan.

"Gue duluan aja deh, palingan tuh polisi juga nungguin kita untuk pulang," sahut salah satu dari mereka yang kini beranjak pergi.

"Gue juga deh." Segerombolan pemuda putih abu-abu kini hanya tersisa tiga.

"Gue cabut ya!" Pamit Rafto.

"Gue nebeng," sahut Ojan cepat.

  Rafto mendengus sebal.

"Lo nggak balik Baal?" Tanya Rafto.

"Gue ke toilet dulu," balas Iqbaal, lalu pergi.

**
(Namakamu) tertawa cekikikan di balik pohon besar tempatnya bersembunyi.

"Untung aku punya otak yang jenius.
Alhamdulillah deh nggak jadi tawuran," batinnya.

Ia tersentak kaget, ketika tangan kekar mencengkram pundak kanannya.

"Oh... Jadi lo yang telfon polisi." Suara dingin Iqbaal membuat (Namakamu) menelan ludah susah payah.

"Bbbuk... Bukan a.. Aku... Kkok, ta... Tappi pak satpan hehehe..." (Namakamu) nyengir sembari memperlihatkan gigi putih nan rapinya.

Di lihatnya Iqbaal yang mungkin amarahnya akan meledak.

"Eumm... Ke kantin yuk kita belajar di sana," ucap (Bamakamu) lembut.

"Gue nggak mau belajar sama lo," sahut Iqbaal acuh tapi (Bamakamu) malah menarik tangannya.

"Apaan sih lo! Gue nggak mau belajar sama lo ya."

Iqbaal menghempaskan tangan (Namakamu), tetapi (Namakamu) tak mempermasalahkan itu.

"Oke kamu perhatiin apa yang aku jelasin, kita mulai pelajaran matematika dulu." (Namakamu) menjelaskan

"Gue nggak akan perhatiin lo!" Bentak Iqbaal.

(Namakamu) nampak menghela nafas pelan.

  "Terserah kamu, yang penting aku udah melaksanakan amanah dari ayah kamu," ucap (Namakamu); lalu ia mulai menjelaskan rumus-rumus matematika.

**
(Namakamu) melihat jam yang menunjukan pukul 15:00.

Satu jam sudah ia menjelaskan pelajaran kelas dua belas, di liriknya Iqbaal yang tengah tertidur, lalu ia membangunkannya.

"Kak Uqbaal bangun!" Ujarnya, tetapi Iqbaal tak merespon.

Di guncangkannya pundak Iqbaal, dan itu berhasil membuat Iqbaal terbangun.

"Kamu nggak pulang? Belajarnya udah selesai," ucap (Namakamu) polos.

Iqbaal beranjak tak membalas ucapan (Namakamu).

"Dasar cowok dingin," batin (Bamakamu) mencibir.

Bersambung!!!

Revisi.

Purpose❌idr(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang