part 1

3.9K 296 0
                                    


**
Gadis mungil berpipi gembul ini berjalan santai di koridor sekolah, ia nampak memikirkan sesuatu. Perkataan kepala sekolah kemarin masih terngiang di fikirannya.

Flashback.

"Kamu harus bisa merubah sikap Iqbaal dhiafakhri ramadhan! Saya akan memberimu uang 20 juta kalau Iqbaal bisa berubah," ucap kepala sekolah. (Namakamu) tersenyum.

"Saya akan mencobanya pak, tapi itu saya lakukan dengan ikhlas. Bapak tidak perlu mengeluarkan uang sebanyak itu untuk saya." Perkataanya membuat bapak kepala sekolah mengernyitkan dahinya heran.

"Kamu menolak uang dari saya?"

"Bukan begitu pak, lebih baik uang bapak, kasihkan ke orang yang lebih membutuhkan di banding saya." (Namakamu) menjelaskan dengan sopan.

"Terserah kamu sajalah, tapi kamu maukan merubah sikap nakal Iqbaal?
Saya yakin kamu adalah orang yang tepat yang bisa mendidik dan memprivat Iqbaal.
Walau pun kamu itu adik kelasnya, karena saya tau kamu sangat pintar di pelajaran anak kelas dua belas," ucap pak kepala sekolah, sebut saja pak Anggara, beliau adalah ayah dari Iqbaal.

"InsyaAllah pak. Kalau begitu saya permisi, assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Flashback off.

Gadis itu memijit kepalanya yang memang sedikit pusing.

tanpa di duga ia menabrak seseorang.

Brukk...

"Aw..." Lirihnya.

"Kalau jalan hati-hati dong," bentak pemuda tampan sembari memunguti rokoknya yang terjatuh.

(Namakamu) mendongak, di dapatinya wajah tampan Iqbaal, dengan cepat ia berdiri.

"Maaf," ucapnya pelan, tetapi Iqbaal tak menggubrisnya karena sudah berjalan meninggalkan (Namakamu).

dengan cepat (Namakamu) mengejarnya.

"KAK IQBAAL TUNGGU," teriak (Namakamu).

Mau tak mau Iqbaal menghentikan langkahnya, itu pun dengan malas.

"Ada apa lagi sih? "Tanya Iqbaal dengan datar, tanpa ba bi bu (Namakamu) langsung mengambil rokok yang berada di saku Iqbaal.

"Mau lo apain rokok gue, kembaliin nggak," bentak Iqbaal.

"Enggak! Rokok nggak baik buat kesehatan kamu. Nih makan bekel aku aja, ini masakan aku loh, lebih higenis." (Namakamu) menyodorkan bekelnya dan dengan cepat di tepis oleh Iqbaal, dan akhirnya makanan itu pun berserakan di lantai.

"Lo bukan siapa siapa gue. Lo cuma adiknya Rafto yang nggak berguna." setelah mengucapkan itu, Iqbaal pergi dengan masih emosi.

Sedangkan (Namakamu) hanya tersenyum masam. Di buangnya rokok itu ketempat sampah, lalu ia melanjutkan jalannya lagi.

**
Brakk....

Iqbaal menggebrak meja yang ada di belakang sekolahanya, dan itu membuat ke dua temannya yang berada di sana terkaget.

"Lo kenapa Baal?" Tanya Rafto.

Iqbaal menatap tajam Rafto.

"Lo bilangin sama adek lo itu. Jangan pernah urusin urusan gue dan ganggu kehidupan gue," ujar Iqbaal yang masih emosi itu.

Rafto juga mulai emosi, lalu ia beranjak, matanya bergerak mencari si mungil (Namakamu).

Matanya tertuju pada gadis yang sedang bercengkrama dengan teman-temannya.

Dengan cepat, ia menariknya menuju tempat yang sepi. Di hempaskannya tangan kecil itu hingga mengenai tembok.

(Namakamu) tertunduk menahan sakit.

"Ini sebagai pelajaran karna lo telah buat gue malu di depan Iqbaal." Rafto berucap dingin. Sebisa mungkin (Namakamu) tersenyum.

"Ini demi kebaikan kak Iqbaal. Kalian masih sekolah, tak sepantasnya kalian merokok," ucap (Namakamu) pelan.

Rafto kembali menatap tajam (Namakamu). Ia menjambaknya, memukulnya, dan setelah itu pergi.

(Namakamu) tersenyum, menatap punggung Rafto yang mulai menjauh. Lalu pandangannya beralih menatap sahabatnya yang berjalan gontai tanpa semangat, dengan segera, ia beranjak dan menghampirinya.

"Khalda... " Serunya.

Sementara Khalda hanya menghentikan jalannya tanpa menoleh ke belakang.

"Khal lo kenapa? Ada masalah?" Tanya (Namakamu), Khalda menggeleng lemah.

"Kalau ada masalah cerita aja sama aku, aku sahabat kamu yang selalu ada buat kamu." kata (Namakamu) tulus.

Khalda memeluk (Namakamu) erat sembari menangis.

"Kita duduk di bangku taman! kamu cerita sama aku disana, oke!" Khalda hanya menurut

**
"apa?" (Namakamu) menggelengkan kepalanya. Air matanya pun meluncur, ini lebih sakit dari siksaan yang diberikan kakaknya tadi.

"Gue kotor (Nam...). Satu-satunya jalan keluar buat masalah ini ya cuma menggugurkan bayi ini." Khalda menangis sembari memukul keras perutnya.

"Itu bukan jalan keluar Khal. Aku boleh minta alamat ayah dari kandungan kamu?" Khalda mengangguk, lalu memberikan alamat kepada (Namakamu).

"Namanya Nasim." lirih Khalda.

"Aku akan bantu kamu Khal. Tapi kamu nggak boleh gugurin kandungan kamu, itu dosa Khal. Dan Allah sangat membenci itu" ucap (Namakamu), Khalda hanya mengangguk.

**
"Gawat men gawat," ucap Ojan, salah satu komplotan nakal di SMA cendekia, dan juga sahabat dari Iqbaal dan Rafto.

Iqbaal menatap malas Ojan.

"Gawat apanya?" Tanyanya

"SMA sebelah nggak terima atas kekalahannya, besok mereka akan balas kita. Mungkin saat sekolah sepi." Ojan menjelaskan.

Iqbaal tersenyum miring begitupun Rafto.

"Lo urus semuanya Raf. Apa yang barusan kita rundingin," ucap Iqbaal, Rafto mengangguk.

"Jan lo ikut gue," ujar Rafto lalu beranjak, Ojan mengikutinya.

"Hay kak Iqbaal," sapa gadis mungil dengan senyum manisnya, iqbaal menatap tajam gadis itu.

"Mau apa lo?" Tanyanya sarkatis.

"Aku cuma mau ngasih tau, mulai besok aku akan privat kamu." jawaban (Namakamu) membuat Iqbaal terbelalak.

"Gue nggak mau dan nggak sudi lo privat," ucap Iqbaal dingin.

"Itu perintah papa kamu. Pokoknya besok kamu aku cari" ucap (Namakamu) lalu melenggang pergi. Iqbaal berdecak kesal.

Bersambung!!!

Revisi!!

Purpose❌idr(completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang