Ini Bukan Mimpi, Kan?

15K 1.7K 35
                                    

Asha tertegun. Ia tidak salah dengar, kan? Lelaki muda yang berpenampilan mirip tukang kebun di rumah pak Hartono menanyakan keadaannya yang sempat terserempet motor tadi pagi? Dari mana dia tahu?

Reva menatap gadis yang berdiri di depan pintu itu tampak terpaku. Kini Reva jadi tahu kalau gadis itu sangat manis. Mungkin karena dia tidak sedang dalam Xena warrior princess mode. Tapi entah jika tiba- tiba sebentar lagi si Xena muncul.

"Kok mase tahu tadi pagi aku dapat musibah?"
Asha memberanikan diri untuk bertanya.

Dalam hati Asha merasa curiga dan diliouti kecemasan. Ada saksi mata yang memergoki kesialannya tadi pagi cuy. Mana Asha pake aksi memalak pula.

Reva tersenyum. Dengan polosnya si gadis bertanya. Berarti memang ia tidak ingat dengan Reva.

"Ya tahulah. Kan aku yang nyerempet mbak tadi pagi. Body Kim Kardashian nya nggak ada yang lecet kan, mbak?"

Reva menjawab pertanyaan Asha sambil menyeringai jahil.

Asha terkejut, seketika wajahnya memerah. Detik berikutnya ia setengah berlari menuju motornya sambil menahan tangis. Reva hanya melongo.

Yaelah.... Kok xena warrior princessnya mewek?

Reva tertawa geli saat Asha sudah berlalu dengan motornya. Lalu Reva kembali ke halaman samping. Namun langkahnya terhenti ketika pintu rumahnya terbuka dan sosok ayahnya muncul.

"Ada yang nyari bapak, Rev?"
Tanya pak Hartono dengan suara berwibawa khas beliau ketika sedang mengajar mata kuliah Ekonomi Makro.

"Iya pak."

"Mana orangnya?"
Pak Hartono celingukan untuk mencari - cari seseorang.

"Tahu pak, tiba-tiba aja pergi."
Reva hanya mengangkat bahu tanpa merasa berdosa sama sekali karena si tamu kabur gegara dirinya.

"Lha ini apa?"
Pandangan pak Hartono tertuju ke arah 2 plastik di lantai.

Reva menghampiri plastik plastik itu untuk diamankan.

"Kayaknya tadi siswi bapak mau minta tanda tangan deh."

Reva mengambil satu jilid skripsi dan membukanya. Dibacanya nama yang tertera di sampul.

Ipaasha Tierra

"Ya sudah sini bapak tandatangani, tolong bawa ke dalam!"

Reva membawa skripsi itu ke meja kerja ayanya.

Pak Hartono duduk di kursi kemudian memasang kacamata.

"Trus kapan diambil?"
Pak Hartono kembali bertanya sambil sibuk menandatangani skripsi milik mahasiswinya.

Nah itu, kenapa aku nggak kepikiran sampai disitu?

Giliran Reva yang panik. Niatnya untuk membalas dendam berbuah masalah untuk dirinya sendiri.

കകകകകകകകക

Alhasil, besoknya Reva harus membawakan skripsi itu ke kampus ayahnya.

"Bukannya mau di ambil sendiri ke rumah?"
Pak Hartono merasa keheranan ketika Reva datang ke kantornya. Reva tidak menjawab.

Sementara itu Asha bangun tidur dengan rasa malas. Keegoisannya berbuah simalakama untuknya. Padahal pendaftaran wisuda tinggal 4 hari lagi. Rencananya setelah kemarin skripsinya sudah di tanda tangani pak dosen pembimbing, ia akan mengantrikan skripsinya untuk ditandatangani oleh pak Dekan. Lalu besok mengurus administrasi pendaftaran wisuda beserta birokrasinya.

Oh No...! (Telah Selesai Direvisi/tamat)🌷Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang