Ini Bukan Mimpi, Kan?

Start from the beginning
                                    

Namun sekarang, skripsinya tertinggal di rumah pak Hartono. Dan Asha kelewat malu untuk datang kembali kerumah itu.

Hauuuu......
Teriakkan hati Asha.

Kemudian ia menyurukkan kepalanya di bawah bantal. Kemarin sore itu benar - benar tak diduga olehnya. Kalau ternyata lelaki yang telah menyerempetnya adalah putra pak Hartono. Dan lelaki itu pasti akan menceritakan semuanya pada ayahnya.

"Aku malu.....!"

Asha benar - benar merasa tidak enak hati akibat insinden kemarin.

"Sha. Asha.... Kamu nggak ke kampus nak? Udah jam 8 lho?"
Suara mama yang mengetuk pintu kamar membuat Asha keluar menemui mamanya dengan wajah kusut.

"Ma, Asha ikut wisuda yang bulan Juni aja ya. Kayaknya kalau ikut wisuda yang bulan depan, waktunya udah mepet deh."

Mama melihat anaknya tampak putus asa. Padahal kemarin ia sangat antusias untuk mendaftar wisuda.

"Ya udah nggak apa- apa. Cuma tinggal wisuda aja kok."
Mama mengelus kepala Asha.

"Apapun keputusan Asha mama akan mendukung."

Asha benar - benar takut untuk bercerita kalau batalnya wisuda bulan depan terkendala oleh putra pak dosen. Asha perlu waktu untuk belajar menebalkan mukanya datang ke rumah pak dosen demi mengambil skripsinya yang tertinggal. Kemarin sore ia kelewat malu dan ingin segera menghindari putra pak dosen. Asha baru ingat skripsinya tertinggal di rumah pak dosen ketika Asha sudah sampai dirumah.

Asha kembali menjatuhkan tubuhnya di kasur. Tangannya terulur untuk mengambil ponsel. Ternyata ada notifikasi pesan masuk.

Talitha : sha, nggak ngampus? Ini lho pak Hartono udah datang.

കകകകകകക

Reva melihat ke segerombolan mahasiswi yang duduk di depan kantor ayahnya. Dengan langkah pede, Reva menghampiri mahasiswa ayahnya tersebut untuk mencari tahu tentang keberadaan Asha.

"Ada yang tahu Ipaasha Tierra? Dia udah datang belum?"

Reva mencoba menebalkan muka. Apalagi kemudian beberapa siswi berkasak kusuk sambil menatapnya.

"Cie... Naksir Asha ya Mas?"
Salah seorang mahasiswi menggoda Reva.

Reva tersenyun manis. Senyum yang membuat para mahasiswi itu terdiam, karena tersihir pesona Reva. Iya lah.... senyum Reva kan senyum sejuta dollar men. Berkat senyumannya itu banyak sekali siswa sekolah yang tertarik untuk masuk di bimbel tempat Reva bekerja sambilan.

Karena Reva tak ingin berlama - lama, maka ia pun terpaksa berbohong.

"Iya!"

Reva meringis. Persetan, gundul pringis, gendruwo, kolor ijo, yang penting ia mendapatkan informasi tentang Asha.

"Tadi Asha kirim pesan. Katanya hari ini dia nggak datang ke kampus."

Reva menarik nafas kesal. Dasar cewek barbar. Udah galak, mutungan.

"Kalau begitu bolehkah aku minta nomor ponsel Asha?"

കകകകകകകകകക

Talitha : Sha, kamu dicariin cowo cakep!

Pesan wa dari Talitha kembali masuk
Lalu.

Unknow : skripsimu udah ku antar ke kantor pak Hartono. Buruan ambil ya Xena warrior princess!

Oh No...! (Telah Selesai Direvisi/tamat)🌷Where stories live. Discover now