CHAPTER 10

115 8 0
                                    

Zayn semakin yakin dengan apa yang selama ini menjadi beban dalam hatinya, menciptakan keraguan besar pada tekad untuk membuktikan pada Samantha untuk berubah. Seolah-olah pegangannya roboh saat melihat Jason secara terang-terangan mendekati Samantha. Rasanya percuma saja Zayn menenggelamkan arogan dan sisi brengseknya, ia nyaris menyerah untuk bersikap sewajarnya. Jika bukan demi memenangkan hati Samantha, Zayn sudah menghabisi Jason detik pertama juga saat mereka bertemu. Tapi kemudian Zayn berpikir keras, ia dan Samantha baru saja sepakat untuk menjadi sahabat dan itu baru sehari, tapi sudah dua kali ia nyaris mencium gadis itu. Zayn tidak mungkin melampiaskan keinginan terpendamnya kepada gadis lain, apalagi menyetubuhi gadis lain untuk memenuhi hasratnya terhadap Samantha. Dia tidak boleh melakukannya, Samantha akan tahu dan gerbang pembatas itu akan kembali tertutup rapat kemudian kuncinya dibuang ke sungai nil. Membayangkannya saja Zayn tidak sanggup jika harus berada jauh darinya.

Zayn ingat Jason beberapa kali menonton balapannya. Pantas saja, pria itu seolah tahu segalanya perihal kehidupan balap Zayn.

Langit hitam yang ditaburi bintang, menghias malam Washington yang dingin di luar ruangan diadakannya pesta rutin ini. Semenjak Zayn dan Samantha datang, semua orang seolah berlomba-lomba menguak informasi diantara keduanya. Ada yang berpendapat sebentar lagi Zayn akan membuat gadis itu menangis karena meninggalkannya, adapula yang menghakimi Samantha dengan sadis, mengecapnya sebagai pelacur yang bersembunyi dibalik wajah polosnya yang memuakkan. Sungguh sama sekali tidak ada tanggapan yang positif. Memang begitulah konsekuensi yang harus diterima jika kau berteman dekat dengan pria yang populer. Semua orang bergosip mencari-cari kebenaran di tengah informasi yang simpang siur, lihat saja tangan keduanya saling terkait tak pernah lepas satu sama lain.

"Sam!" sapaan suara bas yang terdengar kelewat antusias itu membuat kepala Samantha memutar seratus delapan puluh derajat. Jason, pria itu berjalan ke arah Samantha dan Zayn yang masing-masing memegang gelas di tangannya. Jason datang bersama seorang gadis yang tidak dikenal, Zayn tidak tahu juga siapa gadis yang ia bawa, lagipula apa perdulinya? Tapi syukurlah itu artinya Jason bukan orang yang membawa Samantha di prom malam ini.

"hai, Jason." Samantha menyuguhkan semburat senyum yang diarahkan kepada pria beralis tegas itu. Musik masih setia mengalun merdu dari dalam ruangan terdengar hingga di luar, Zayn melingkaran lengannya yang bebas di pinggang Samantha saat Jason berdiri tepat di hadapan mereka. Pria itu mengenakan setelan jas yang kelewat rapi, menyembunyikan dasi hitam yang membelah dadanya menjadi dua bagian.

"Zayn..." sapanya mengangguk samar pada Zayn. "whoa, agak terkejut melihatmu bergabung bersama kami dalam pesta." Ujarnya lagi. Zayn tahu apa yang pria itu maksud. Jason, atau bahkan semua orang pasti paham bahwa Zayn bukan penggemar acara seperti ini. Zayn biasanya menghilang setelah mengisi acara, dengan wanita manapun untuk pergi bersenang-senang di luar pesta. Samantha mengerutkan kening menatap Zayn dan Jason secara bergantian, sementara Zayn menatap ke segala tempat kecuali Samantha. Jason pasti berusaha menonjolkan kebrengsekan Zayn di hadapan Samantha. Sialan betul pria itu.

"Well, sebaiknya kau perkenalkan pada kami gadis yang ada disampingmu itu, dia pacarmu?" ucap Zayn. Jason berkedip dan menyadari kehadiran wanita cantik di sampingnya.

"oh bukan, dia bukan pacarku. Dia temanku. Sama seperti kau dan Sam." Entah kenapa Zayn merasa Jason menamparnya walau sedikit dengan mengingatkan bahwa dirinya dan Samantha tidak lebih dari seorang teman. Sebelum wanita itu memperkenalkan diri, decitan mikrofon terdengar dari dalam ruangan, seorang pembawa acara dengan setelan jas dan hem panjang menyentuh lutut bagian belakang bersua. Mau tidak mau, membuat perhatian seluruh sorot mata beralih padanya, termasuk yang sedang berada di luar. Ia memberikan intruksi soal musik romantic yang sangat cocok untuk berdansa bersama pasangan.

Beberapa pasangan berjalan masuk ke ruangan menuju lantai dansa, merangkul pasangannya dengan protektif agar tidak terjatuh di atas kakinya sendiri. Mereka mulai berhadapan saling menatap mengikuti alunan musik klasik yang menggema, menyesuaikan diri dengan gerakan dan irama. Zayn menatap Samantha yang sedang memperhatikan beberapa pasangan yang mulai meninggalkan mereka di luar ruangan. Ada banyak hal yang tidak ia ketahui di WSU, salah satunya eksistensi pesta semacam ini.

OBSTACLES (REUPLOAD)Where stories live. Discover now