Chapter 5

558 46 3
                                    

***






Katherine McDonough. Gadis itu tidak begitu sehat malam ini. Samantha membuatkannya secangkir teh tradisional untuk menghangatkan tubuhnya yang bergetar dan menggigil, Kate bersembunyi dibalik selimut tebal dengan gigi bergemeletuk menahan dingin. Demam. Kate yang kuat terlihat begitu lemah pagi ini, Samantha memberikannya ocehan agar Kate beristirahat dan berhenti memikirkan hal yang tidak-tidak tentang Zayn. Samantha memutar matanya jengah berkali-kali, apa yang dapat ia lakukan agar Kate segera percaya bahwa Zayn tidak akan melakukan sesuatu yang buruk padanya? lagipula mereka hanya berteman. Sumpah serapah dan jaminan tidak masuk akal bahkan sudah Samantha ucapkan di depan Kate, namun Kate tetap gadis keras kepala yang begitu teguh terhadap pendiriannya. Sekali ia berkata dan itu bersifat mutlak memerintah, maka tidak akan bisa diganggu gugat.

Samantha menyerahkan secangkir bening teh kepada Kate, uap dari mulut cangkir cukup menjanjikan kehangatan dalam setiap tegukan, cairan berwarna coklat kehitaman itu cukup membuat Kate melupakan kekesalannya pada Samantha yang semakin sulit diberitahu. Kate menyeruputnya perlahan, Samantha menyiapkan oatmeal untuk sekedar mengganjal perut sahabatnya, gadis itu bersikeras tidak berselera makan apapun.

***

Malam kembali menjelang, Samantha sudah mandi, mengenakan kamisol hijau pudar serta celana jeans kebesaran setelah mengurus kebutuhan Kate yang sedang tak dapat dilakukannya sendiri. Samantha juga mengenakan mantel musim dingin yang tebal dan besar. Syal merah yang dilipat semenarik mungkin menyerupai tali simpul sederhana membantu melindunginya dari udara dingin di luar sana. Yah, apa boleh buat, Ia sudah berjanji pada Zayn akan pergi ke suatu tempat yang diyakini sangat disukai oleh Samantha, oh itu saja tidak jadi masalah kan? Samantha sangat yakin dengan kemampuan dirinya sendiri dalam menghadapi pria seperti Zayn.

Oh dan terang saja, Kate sangat tidak menyukai ide gila itu. Walau ia terlihat naik pitam, namun janji adalah janji. Samantha tidak mungkin mengingkari janjinya. Samantha bersumpah pada dirinya sendiri jika malam ini pria itu berperilaku aneh-aneh atau berani melakukan sesuatu pada dirinya, maka ini adalah yang pertama dan terakhir. Siang tadi, ia dibuat geram oleh tingkah Zayn yang selalu membuntutinya untuk menerima ajakan bodoh itu, karena tingkat kejengkelan Samantha sudah berada sangat memuncak, ia menyetujui ajakkan tersebut semata-mata agar Zayn tidak terus mengganggunya. Sekali lagi jika Samantha membatalkannya sekarang, itu sudah terlambat. Janji tetap saja janji.

Kate menggeram di kasurnya saat bel asrama dibunyikan dan suara pekikan kagum terdengar dari dalam kamar, sudah bisa ditebak bahwa penghuni lain pasti melihat sosok Zayn sang bad boy masuk asrama. Cukup menggelikan oh Tuhan.

"tendang selangkangannya atau telepon aku jika bajingan itu melakukan sesuatu padamu!" teriak Kate, terdengar garang walau sedang dalam kondisi yang tidak begitu sehat.

"Louis akan segera kemari menemanimu, sampai jumpa Kate..." Samantha melangkahkan kakinya, langkah besar ia pilih untuk meredam pendengarannya dalam menangkap ocehan lebih menggelikan lagi yang keluar dari mulut Kate, ketika gadis berambut gelap sedikit bergelombang itu sampai di ambang pintu, ia dapat melihat dengan jelas sosok Zayn yang tampan dibalik mantel abu-abu terang, ia tampak mengagumkan dengan rambut acak seperti permukaan di padang rumput. Zayn menyuguhkan senyum samar saat mata karamelnya menemukan manik coklat kayu yang indah dan berpendar dalam kelegaan. Pria itu masih dapat mendengar ocehan dari Kate hingga pintu kamar ditutup rapat dibelakang Samantha. Siapa perduli dengan hinaan yang terlalu biasa itu? Zayn bahkan sudah pernah mendengar yang lebih parah dari itu. Kenapa Louis bisa jatuh cinta padanya? Ck.

OBSTACLES (REUPLOAD)Where stories live. Discover now