Chapter 16

10.2K 480 11
                                    

"Prill.. Prilly!"

Ali berusaha memanggil Prilly. Namun, Prilly mengacuhkannya dan terus berlari menuju parkiran. Ali berlari mengejar Prilly diikuti oleh Maudy yang berusaha mengejar mereka dengan pelan.

Hati Prilly hancur saat melihat buku yang ada di tangan Ali. Ada hubungan apa antara Ali dan Maudy. Kenapa Ali memegang buku itu. Pertanyaan-pertanyaan itu terus memasuki otak Prilly bagai kaset rusak.

Prilly menyeka air matanya dengan kasar. Prilly memasuki mobilnya. Air matanya terus mengalir. Bodoh. Prilly bodoh karena terlalu percaya dengan semua perlakuan Ali padanya. Karna pada akhirnya ia lagi-lagi merasakan pahitnya cinta.

Prilly mengusap wajahnya kasar, lalu menjambak rambutnya dengan terisak.

"Prill, buka pintunya!" Ali menggedor kaca mobil Prilly.

"Prill, buka! Aku mohon sama kamu. Aku mohon.." Ali berkata lirih.

Tanpa memperdulikan Ali, Prilly melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Masih dengan air mata yang terus saja keluar. Air matanya mengenang dipelupuk matanya. Prilly benci dengan keadaan seperti ini. Prilly benci karna harus menangisi pria lagi.

Tidak cukupkah Ardi menyelingkuhinya dan sekarang Ali juga melakukan hal yang sama. Rasanya tidak adil jika hanya Prilly yang merasa sakit. Para pelaku seperti mereka harusnya mendapat karma atas apa yang telah mereka perbuat.

Sambil melajukan mobilnya, Prilly menghapus air matanya dengan kasar. Lalu, Prilly mengambil ponselnya yang berdering. Namun, ponselnya malah terjatuh. Prilly berusaha mengambil ponselnya di bawah kakinya, hal itu membuat Prilly tidak terlalu memperhatikan jalanan. Saat Prilly telah berhasil mengambil ponselnya, Prilly dikagetkan dengan kemunculan seorang wanita yang berlari pelan di tengah jalan. Saking kagetnya dengan kemunculan wanita itu, Prilly bukannya menekan pedal rem namun malah pedal gas yang Prilly injak dalam - dalam. Dan akhirnya Prilly menabrak pohon dan tak sadarkan diri.

===o0o===

"Nnghh.." Prilly mengeluh sakit dan memegang keningnya yang diperban.

"Kamu udah sadar?" Tanya laki - laki berjas putih tengah memperhatikan Prilly.

"Panji." Prilly membelakkan matanya saat melihat Panji. Prilly mengerutkan keningnya bingung melihat sekelilingnya.

"Kamu ada di rumah sakit. Tadi kamu kecelakaan." Jelas Panji.

"Kecelakaan.." Gumam Prilly. Prilly teringat dengan kecelakaan yang menimpanya beberapa waktu lalu.

"Terus orang yang aku tabrak, keadaannya gimana?" Tanya Prilly.

"Semuanya baik, Cuma kakinya terserempet mobil kamu. Tangannya juga luka-luka. Tapi, kamu tenang aja, lukanya gak parah, kok. Untuk lebih jelasnya kamu bisa tanyakan pada Dr. Rika yang mengurus pasien."

"Pan, aku boleh minta tolong? Tolong anterin aku kesana." Pinta Prilly.

Panji mengangguk. Panji membantu Prilly berdiri. Prilly memegang lengan Panji erat. Mereka berjalan pelan menuju kamar rawat korban.

Namun, langkah mereka terhenti saat melihat Ali duduk di depan ruangan kamar inap orang yang telah Prilly tabrak.

"Ali?" Prilly melihat Ali yang menatapnya dingin.

Ali berdiri dan berjalan pelan ke arah Prilly dengan raut wajah yang sulit diartikan.

"Ngapain lo kesini? Gue gak ada urusan sama lo. Pergi!" Sentak Prilly. Kemudian, Panji dan Prilly melanjutkan langkah mereka menuju kamar rawat korban.

My Perfect Husband [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang