[4]

189 21 1
                                    

Hari berlalu dengan cepat, sebulan sudah Isal menghabiskan waktu di sekolah barunya. Sejauh ini Isal belum pernah merasakan kesedihan selama di sekolah. Namun bukan berarti di penuhi tawa, rasa bosan pasti ada, lelah sudah biasa dan wajar, canggung dan asing perlahan lahan menghilang, Isal juga mulai biasa bercanda dengan teman sekelasnya, namun masih belum sedekat itu.

Tatapan sinis dan jijik sejauh ini belum Isal temukan, hanya di minggu pertama saja saat dengan tidak sengaja Isal bertabrakan dengan Revon, setelah itu semua kembali seperti tidak pernah ada kejadian tersebut, di gantikan dengan beberapa gosip lainnya tentang Revon.

Revon populer? Tidak terlalu, masih juga ada yang tidak kenal atau bahkan tidak tau padanya. Masih banyak senior yang memiliki wajah lebih tampan dan badan atletis. Hanya saja Revon memiliki wajah yang bisa di bilang tampan sekaligus cantik. Aneh? Ya memang, tapi entah mengapa itu malah membuat Revon memiliki nilai tersendiri.

Sebenernya Revon juga sering menyapa Isal. Tapi hanya sekedar memanggil nama, tersenyum, atau kadang menjahili Isal dengan mengacak acak rambut nya. Itu tidak terlalu di ambil pusing atau membuat Isal khawatir ia akan di tatap sinis lagi, tohh Revon melakukan itu juga saat sebagian besar murid sudah pulang ke rumahnya atau jalan jalan ke tempat yang di inginkan.

Seperti sekarang, sudah 20 menit sejak bel pulang sekolah berbunyi. Bukan karna menunggu Revon, hanya saja kebetulan Isal mendapat jadwal piket di hari kamis, yaitu hari ini.

"Hay cebol" entah sudah keberapa kali Revon memanggilnya dengan sebutan cebol. Padahal kalo di liat liat Isal tidak sependek itu, isal memiliki tinggi badan 163 cm dan berat badan 48 kg. Tapi Isal tidak memperdulikan ejekan Revon,  karna Isal tidak merasa seperti yang Revon bilang.

"Ada apa?" Isal berjalan dengan Revon tepat di sampingnya. Sekarang sudah sepi, para murid sudah tidak ada di sekolahan lagi. Paling juga murid yang kebagian piket atau mengikuti ekstra kurikuler yang masih ada di sekolah.

Ohhh yahhh, ngomong ngomong Isal belum mengikuti ekskul apa pun. Isal tidak berminat karna masih banyak yang harus dia lakuan di luar sekolah.

Revon mengelus Rambut Isal perlahan agar ikat ramput Isal tidak berantakan.
"Lupa yahh? Kan mau ke kedai es krim"

Isal menatap Revon aneh.
"Hahhh? Sejak kapan janjiannya?"

"Satu menit yang lalu" Revon merangkul bahu kecil milik Isal "ayo ah lemot. Kedai es krim udah nunggu"

Isal tersenyum. Seperti biasa dua bulan sabit terlihat sangat indah di matanya.

Apa yang di lakukan dan si ucapkan oleh Revon persis seperti cerita dalam buku yang sudah usang milik Isal. Namun ada sedikit perbedaan.

Dalam cerita itu sang gadis lah yang mangajak sang pria.

Gadis kecil berumur sekitar 11 tahun, kelas 5 SD. sepulang sekolah sang gadis selalu pergi ke tempat les musik tidak jauh dari sekolahnya. Bukan untuk mengikuti les, dia hanya ingin bertemu dengan temannya. Teman? Bahkan sang gadis kecil tidak tau kalo sang pria menganggapnya teman atau menganggapnya sebagai pengganggu. Tapi yang jelas sang gadis senang bila dekat dengan pria tersebut. Pria itu baik dan sangat lucu, namun aga pendiam. Memiliki badan gemuk dan pendek, umurnya sama dengan gadis kecil itu.

Satu jam sang gadia kecil menunggu, akhirnya jam les pria itu berakhir.

"Hai cebol" Isal menyapa sang pria gemuk dengan riang. Tangannya melambai lambai untuk manarik perhatian pria gemuk itu. Sang gadis memanggil pria itu cebol karna memang sang gadis lebih tinggi.

"Ada apa?" Pria gemuk melihat apa yang di lakukan gadis kecil. Pria itu menatap gadis kecil dengan malas, namun sang gadis malah menyukai raut wajah kesal pria gemuk, karna wajahnya semakin lucu menurut gadis kecil.

Gadis kecil manarik narik tangan pria gemuk. Namun pria itu hanya diam, tubuhnya hanya terguncang sedikit, mungkin tenaga gadis kecil kurang besar untuk manarik pria gemuk
"Ayo makan es krim"

"Aku ga suka es krim" pria itu berusaha menolak meskipun ia tau menolak pun percuma saja, dia tidak bisa menolak gadis kecil yang pemaksa ini.

"Ihhh nora. Ayo lahhh kedai es krim udah nunggu" seperti yang sudah sudah, sang pria gemuk akhirnya ikut juga dengan gadis  kecil ke kedai es krim di perempatan jalan dekat tempat les pria gemuk.

Sebenernya pria itu sama sekali tidak tau siapa gadis kecil ini. Namanya pun tidak tau, yang si pria tau hanya mereka satu sekolah, satu angkatan namun beda kelas. Namun gadis ini seperti sudah mengenal si gemuk sangat baik, hingga setiap sepulang les musik. Si gemuk selalu melihat gadis kecil berdiri di gerbang tempat dia les musik. Nunggu satu jam itu pasti bosan makanya si gemuk mau aja di ajak atau di suruh melakukan apa pun asal tidak membahayakan diri si gemuk.

Isal jadi rindu dengan kisah kisah gadis kecil dalam buku ceritanya. Mungkin lain kali Isal akan membacanya lagi agar tidak ada sedikitpun paragraf yang Isal lupakan.

Isal duduk di kursi kedai, sedangkan Revon sedang memesan es krim.

Kedai es krim ini berdiameter kecil mungkin 6 × 6 meter. Meskipun kecil tetapi sangat nyaman, sejuk, di hiasi dengan tanaman rambat dan pohon buatan, seperti taman dalam ruangan, meja dan kursinya pun di bentuk seperti batang pohon. Intinya ini keren.

Isal melirik Revon yang baru datang dengan dua es krim dalam cup berporsi sedang.

Mata Isal langsung berbinar mencium aroma es krim tersebut. "Duren" gumamnya.

Revon tersenyum melihat betapa antusiasnya Isal memakan es krim yang dia pesankan. Berarti perkiraan Revon tidak salah kan.

"Udah berapa lama ga makan es krim?" Revon bertanya di sela sela memakan es krim nya.

Isal yang sedang fokus memakan es krim pun mengangkat kepalanya "Cukup lama" katanya lalu kembali memakan es krim nya.

Mereka asik memakan es krim satu sama lain. Namun Revon tidak terlalu fokus seperti Isal. Pikiran Revon terbagi antara es krim dan wajah Isal. Jika di lihat lihat poni Isal sangat panjang hampir menutupi matanya, padahal kalo di ikat pun poni nya pasti ikut terikat.

Revon tersentak ketika tiba tiba saja Isal bertanya 
"Ehhh, lu juga Duren?"

"Kenapa?" Revon menaikkan sebelah alis kirinya.

Isal jadi salah tingkah sendiri karna wajah Revon menjadi lebih cool saat alisnya di naikkan seperti itu.
"Sejak kapan?

"Sejak ada satu cewe yang selalu maksa gue nemenin dia beli es krim, dan maksa gue buat makam es krim rasa duren. Padahal waktu itu gue anti banget sama duren"

Isal langsung menunduk mendenger jawaban tak terduga dari Revon. Isal jadi tambah bingung mau merespon apa. Ada apa sih sebenernya sama Isal, ko jadi salting ga jelas gini.

"Cewenya kaya gimana?"

"Tengil, pemaksa, keras kepala, jail, pemarah, tapi lucu, cantik, bikin happy"

"Ohhh" AAAAA....AKU KO GINI SIHH. Teriak Isal dalam hati.

"Muka lu"

Astaga muka aku ko panas, ishhh malu. Isal mengangkat wajahnya menatap Revon dengan pandangan berusaha se-biasa mungkin dan berusaha mengabaikan rasa panas itu.

"Merah"

"Rese!"

SUMPAH REVON NGESELIN!.

~♡~

P.s sorry for typo.

Maaf kan Author yang udah lama ga update. Wkwkwkk. Ga nyampe sebulan ko yahhh, cma sekitar 3 mingguan.

Ohhh yahhh, saya masih belum nemu ilustrasi yang cocok buat Isal nihhh. Ada yang punya saran ga? Tapi harus orang korea yawww. Bantu cari dong kalo bisa😄

weer ontmoeten  (HIATUS)Where stories live. Discover now