[1]

425 24 1
                                    

Setelah Revon dan Revan pergi. Isal -nama panggilan gadis penjaga toko kue tante Dina- dengan sigap membereskan beberapa barangnya ke dalam tas.

Bukan untuk mengejar dua pria itu, Isal tidak se-jones itu sampai mengejar para pria meskipun memang kenyataannya dia tidak punya pacar. Isal hanya ingin kembali ke apartemennya karna ini sudah hampir siang.

Isal ingat kalau dia harus mempersiapkan sesuatu untuk besok. Dan pertama tama, dia harus pergi ke toko buku. Tentu saja untuk membeli beberapa buku dan alat tulis.

Isal masuk ke dapur di mama Tante Dina sedang membuat beberapa kue dan roti untuk menu baru. Karna dengar dengar, tante Dina berencana memperbesar toko ini sebagai restoran khusus penyedia kue, roti dan kopi.

Kenapa hanya kopi? Isal juga bertanya seperti itu awalnya. Tante Dina hanya menjawab, karna karyawan di sini hanya 5 orang, tante Dina tidak mau terlalu banyak menu makanan yang berbeda hingga bisa merepotkan para pekerja. Cukup yang simpel, cepat, dan tentu saja enak.

"Tante aku pulang dulu yah." Isal berjalan mendekat ke arah tante Dina.

Tante Dina menoleh. Tangannya penuh dengan adonan terigu, baju khusus untuk koki yang dia pakai pun sudah hampir penuh dengan terigu ada juga beberapa bercak pewarna makanan. Di pipinya pun ada sedikit tepung terigunya.

Tante Dina tersenyum lalu mendekati Wastafel untuk mencuci tangan.

Di keluarkanya sebuah kotak berukuran sedang berwarna putih dari dalam rak yang menghantung di atas wastafel. "Bawa ini. Terima kasih sudah membantu, apa kamu benar benar tidak ingin membawa uang itu?"

Isal melihat ke arah yang tante Dina tunjuk. Ternyata uang itu yang Isal taruh di atas toples kacang almon, uang pemberian Revon.

"Terima kasih" Isal mengambil kotak itu, seperti biasanya memang setiap kali Isal membantu di toko ini, tante Dina selalu memberikan kue untuk Isal makan di rumah.

"tidak tante. Aku di sini ingin membantu, bukan kerja untuk di gaji. Aku hanya bosan di apartemen, di sini aku senang ada karyawan lain yang sedikit menghibur ku." Kadang memang ada yang memberi Isal beberapa lembar uang sebagai tip. Tapi Isal sudah bilang, dia di sini untuk membantu bukan kerja untuk di gaji. Seberapa besar pun nilai rupiah yang di beri untuk Isal, dia tidak akan menerima. Kecuali bila Isal benar benar kerja di toko kue ini.

"Baiklah kalo gitu. Tante senang kalo kamu senang" tante Dina mengambil uang yang tadi di berikan oleh Revon.

Mereka berdua pun meninggalkan dapur menuju ke ruang utama toko. Seperti biasa tante Dina akan menunggu sampai Isal memasuki angkutan umum, barulah Tante Dina akan melanjutkan pekerjaannya.

"Lain kali aku datang lagi"

Isal melangkah menuju pintu toko, terdengar bunyi lonceng ketika pintu toko di buka.

"Tidak usah repot repot"
"Aku senang, sama sekali tidak repot"
"Hati hati"

Isal memberikan senyum cerianya sebelum pintu tertutup. Namun tanpa di sangka pintu toko kembali terbuka dan memperlihatkan wajah dan senyum polos Isal. "Ohhh yah tante. Tolong beritahu mama, aku baik baik saja."

Setelahnya pintu kembali tertutup.

Tante Dina menggelengkan kepalanya, ternyata Isal masih saja seberani itu untuk membuat setiap orang di sekitarnya khawatir. Setelah memasukkan uang yang tadi di tinggalkan Isal ke dalam mesin kasir dan memastikan Isal sudah memasuki angkutan umum  yang benar, tidak seperti pertama kali Isal ke sini, dia salah naik angkutan umum karna kekeh bahwa dia bisa sendiri dan tidak butuh pengawasan. Tante dina kembali ke dapur lalu dengan cepat mengambil smartphone miliknya yang ada di dalam tas.

"Halo, Niken?" Tebak siapa yang Tante Dina telpon.

"Ada apa Din?"

"Ada yang menitip pesan untuk mu. 'Tolong beri tahu mama, aku baik baik saja'". Yahhh orang yang tante Dina telpon adalah Niken, mama kandung dari Isaldina atau biasa di panggil Isal.

Kalo di fikir fikir nama Isal itu ada kata 'Dina nya yahhh. Hahhaa, itu juga permintaan dari tante Dina sendiri.

Terdengar nada terkejut dari sebrang telpon sana.
"Ternyata dia di sana. Sudah berapa lama?"

"Entah, tapi dia sudah cukup sering ke toko ku, sekitar 5 6 atau 7 kali. Aku terkejut, ternyata dia masih pemberani seperti dulu, hanya saja...."

Penampilannya aneh, aku sempet tidak mengenalinya saat awal bertemu. Entah karna alasan apa, tante Dina tidak mengatakannya secara langsung, dan malah mengumamkannya di dalam hati.

"Hanya saja... apa?. Tolong jaga anak ku, jangan sampai dia melakukan hal konyol. Akan ku kirimkan sejumlah uang untuk jaga jaga bila ada sesuatu hal yang terjadi" Tentu saja pasti Niken khawatir.

Apa tante Dina harus bilang kalo hal konyol itu sudah Isal lakukan pada penampilannya? Mungkin sebaiknya tidak. Biar saja Niken tau sendiri nanti.

Sudah hampir 3 bulan Isal tidak pulang ke rumah, terakhir bertemu. Isal hanya mengatakan ingin pindah dan membeli apartemen. Niken tidak melarang, hanya saja Isal tidak memberi tahu kapan dia akan pindah dan kemana. Sebenernya Niken bisa saja mencarinya dengan mudah, tapi tentu saja Isal tak sebodoh itu, Isal pasti melakukan segala cara agar dia tidak di temukan. Tipikal anak yang menyebalkan.

"Kamu kira aku semiskin itu. Dia sudah seperti anak ku, tidak akan ku biarkan ada hal buruk terjadi"

Yahhh, Isal sudah di anggap seperti anak kandung oleh tante Dina. Meskipun sama sekali tidak ada hubungan darah atau ikatan keluarga. Isal hanya anak dari sahabat karibnya sejak kecil.

"Hahahaa, okok maaf. Ohhh yahhh, perhatikan juga agar dia tidak kelaparan"

Candaan yang keterlaluan. Mana tante Dina tahu kapan Isal merasa lapar atau sebagainya. Tapi yang bisa tante Dina katakan hanya.
"Dia sendiri pun tidak mungkin membiarkan dirinya kelaparan. Ayo lah Nik, dia sudah hampir 17 tahun"

"Dia masih seperti anak berusia 5 tahun menurutku "

"Terserah apa katamu. Aku tutup teleponnya. Nanti akan ku kabari lagi bila ada hal penting."

Setelah itu percakapan di antara merekapun berhenti. Tante dina memasukan lagi smartphone nya kedalam tas lalu melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Membuat resep kue dan roti baru.

》•《

P.s Sorry for typo

weer ontmoeten  (HIATUS)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें