[2]

277 23 1
                                    

Hari ini terasa sangat cepat. Terasa baru saja Isal datang ke sekolah barunya, lalu memasuki kelas dan memperkenalkan diri. Dan sekarang sudah memasuki jam istirahat.

Kesan yang di dapat oleh Isal sangat jauh dari pemikirannya. Dia pikir akan banyak murid yang mengolok oloknya karna penampilannya yang bisa di bilang nora.

Rambut di ikat satu dengan poni yang menutupi dahi hingga mencapai kacamata yang dia pakai, kaus kaki tinggi, rok selutut dan baju yang sedikit kebesaran.

Tapi nyatanya, banyak yang menyambut Isal dengan ramah. Namun ada juga yang sama sekali tidak menanggapinya, seperti cowo cowo bandel atau cewe cewe yang terlihat centil dengan make up tebal dan baju ketat.

Baru saja Isal akan mengambil Novel di dalam tasnya, yang sengaja ia bawa karna khawatir dia tidak tau harus melakukan apa di hari pertamanya masuk sekolah sebagai anak pindahan.

Dua orang siswi mendatanginya. Isal menatap dua gadis itu dengan teliti,  baju pas tidak ketat ataupun kebesaran hanya saja mungkin sedikit di pendekan. Rok mereka juga tidak terlalu pendek. Kelihatannya bukan cewe pembully kan?

"Hay, nama kamu Marcella kan?" Sapa salah satu gadis itu yang memiliki rambut lurus dan tertata rapi.

Senyumnya manis, penampilannya juga rapi dan bersih. Tipikal perempuan yang sangat memperhatikan penampilan.

"Hay. Iya, tapi bisakah panggil aku Isal saja?"

"Isal, ok. Aku berasa manggil cowo" siswi itu mengangguk paham.

"Memang kedengarannya seperti itu. Tapi tidak buruk kan?"

"Tentu, itu keren" yang menjawab pertanyaan ku itu adalah siswi yang satunya.

Dengan rambut pendek sebahu, baju rapi dan tentu saja bersih, kalo dilihat lihat sih sepertinnya siswi ini memiliki pembawaan sifat yang santai.

"Ohhh yah, aku Labiba, panggil Biba aja." Kata siswi dengan rambut panjang lurus.

"Gue Ardhania, panggil Nia" dan tentu saja dia adalah siswi dengan rambut yang pendek sebahu.

"Mau ke kantin bareng?"

Seriusan nihh ngajak? Ok deh. Lagian kalo mereka emang niat ngebully, aku udak siap. Ga takut juga tuhhh. Kata Isal di dalam hati.

"Apa boleh?"

Nia tertwa kecil. Tawanya terdengar seru, apa mungkin Nia memiliki sifat periang? Karna tawanya bisa saja membuat dia menjadi pusat perhatian.

"Kalo ga boleh buat apa aku ajak kamu" Biba memegang bahu Isal. Namun hanya sebentar karna Biba dengan cepat kembali menarik tangannya.

"Ayo, yang lain udah nunggu" Nia melangkah terlebih dahulu meninggalkan Isal dan Biba.

"Yang lain?"

"Iya, anak anak kelas sebelah. Tenang aja mereka friendly ko"

Isal dan Biba pun berjalan berdampingan, sedangkan Nia sudah aga jauh di depan mereka.

Tentu saja suasana kantin sangat ramai, senior dan junior saling berdesakan untuk memesan makanan dan mencari tempat duduk. Ada juga yang sampai makanannya terjatuh karna bertabrakan dengan orang lain dan jadilah keributan kecil antara orang keras kepala dan tidak mau kalah satu sama lain.

Biba dan Isal sama sekali tidak menghiraukan keributan itu, bahkan tidak sama sekali berniat untuk melerainya. Toh itu bukan urusannya, bukan salahnya, dan Isal tidak mengenali orang pembuat keributan itu, tapi mungkin Biba kenal. Meskipun begitu tetap saja Isal tidak akan peduli.

weer ontmoeten  (HIATUS)Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum