35. MARISA SICK?

Mulai dari awal
                                    

"Ada urusan. Kami akan segera pulang kalau urusan kami sudah selesai"

Mika dan Asna hanya menganganggukkan kepalanya dan mengantarkan Refan juga Ayu ke depan pintu rumah.

"Tuan dan nyonya kenapa?" tanya Mika pada Asna.

"Aku juga tidak tahu"

"Sepertinya memang ada urusan yang sangat penting ya"

"Iya. Ayo masuk"

Asna dan Mika lantas masuk ke dalam rumah.

×××××

Di ujung lorong rumah sakit, Refan dan juga Ayu melihat Kenan sedang duduk lesu di depan ruang rawat inap Marisa. Sepertinya Marisa belum juga sadar tapi entahlah.

"Bagaimana dengan mbak Marisa, mas Kenan?" tanya Ayu khawatir.

"Apa sudah sadar?" tanya Refan.

Kenan menatap ke arah Ayu dan juga Refan lalu mengangguk. Lho, jika sudah sadar kenapa sekarang Kenan malah kelihatan tidak senang. Sebenarnya ada masalah apa yang terjadi di sini. Apakah Kenan dan Marisa sedang bertengkar atau bagaimana.

"Lalu kenapa mas kelihatan sedih" tanya Ayu lagi.

"Marisa sudah sadar. Tapi dia terus menangis, lalu dia tidak mau cerita pada mas apa yang telah terjadi" kata Kenan meremas rambutnya.

"Sudah tanya orang rumah atau siapa begitu?" tanya Refan dengan santai yang kali ini sudah duduk di samping Kenan.

Kenan menatap Refan lalu menjawab. "Sudah, bi Minah dan supir bilang Marisa menangis setelah pulang dari makam ibunya. Ini tidak biasa, Marisa tidak pernah menangis lagi di makam ibunya setelah ibunya telah pergi lama. Dia sudah terbiasa" jelas Kenan panjang lebar.

Refan dan Ayu saling bertatapan. Lalu Ayu menatap Kenan dan mengatakan. "Mas Kenan tenang saja. Ayu akan coba bicara pada mbak Marisa nanti"

Kenan menatap Ayu lalu tersenyum.
"Terima Kasih banyak ya. Semoga dia mau bicara denganmu"

"Iya mas. Sekarang aku ingin masuk ke kamar dulu ya, melihat mbak Marisa" Ayu menunjuk ke pintu dan langsung masuk setelah Kenan menganggukkan kepalanya. Sedangkan Refan memilih tak mau masuk, dia duduk menemani Kenan di luar. Lagipun mana mau Refan mendengarkan omongan wanita.

Ayu masuk ke dalam kamar inap Marisa lalu menutup pintu kamar kembali dengan rapat. Marisa tidur membelakangi pintu dan tubuhnya tampak terguncang pelan menahan isak tangisnya. Perlahan Ayu duduk di samping Marisa dan menyentuh bahu wanita yang tengah berbadan dua itu dengan lembut.

"Mbak baik-baik saja?" tanya Ayu dengan lembut.

Marisa tak menjawabnya. Ia hanya menganggukkan kepalanya saja.

"Aku tahu mbak menangis" kata Ayu lagi.
"Sebenarnya apa yang terjadi?"

"Sudahlah Yu tidak ada yang bisa di baha-"

"Tidak. Selama ini aku menganggapmu kakakku, apakah ada rahasia di antara kakak dan adik? Katakanlah saja" kata Ayu dengan tegas. Terdengar Marisa kembali terisak.
''Mas Kenan kelihatan kacau di luar, apa mbak tahu itu? Mbak telah membuat mas Kenan khawatir dengan terus seperti ini"

Hening sesaat.

"Pulanglah. Gio pasti tidak bisa tidur tanpamu'' kata Marisa yang bermaksud mengusir Ayu. Dia juga tahu kalau Gio tidak bisa tidur jika tidak ada ibunya. Dan mungkin itu masih sampai sekarang.

"Gio sudah tidur duluan" sahut Atu dingin.

"Kalau begitu pulanglah karena aku ingin istirahat" Marisa menarik selimut hingga dadanya.

HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang