7. Dia datang.

153K 8.6K 55
                                    

Wouhh udah part segini ae...

Tangan Tarrisa yang semula memegang erat keranjang belanjaannya melemah, sedangkan cowok didepannya menatap Tarrisa dengan tatapan terkejut sama dengan Tarrisa.

Satu-satunya cara yang terlintas di dalam otak nya hanya lari, peduli setan dengan barang-barangnya tadi toh dia bisa membeli lagi dan lagian barang itu belum dibayar. Tarissa berlari menuju pintu keluar minimarket dan menghampiri mobil Range rover diparkiran. Tarissa menghembuskan nafasnya berusaha tidak menangis apalagi didepan Andrian.

Tapi itu gagal, satu air mata lolos dari pelupuk mata Tarissa dengan cepat Tarissa segera menghapusnya. Tarissa membuka kenop pintu mobil Andrian lalu segera masuk kesana.

"Kamu ngapain kesana nggak beli barang?" Tanya Andrian sambil mengalihkan perhatian yang semula memperhatikan handphone yang berada digenggamannya.

"Kita ke minimarket yang lain aja!" Ajak Tarissa, jujur sekarang Tarissa masih shock dengan kembalinya dia.

"Kamu sakit?" Tanya Andrian.

Tarrisa menggelengkan kepala, Membuat Andrian menyerngit. Andrian menempelkan telapak tangannya ke dahi Tarissa mengecek suhu tubuh wanita itu. Tetapi ternyata Tarissa tidak berbohong wanita itu memang tidak demam.

"Habis liat mayat?"

"Hah?"

"Muka kamu pucat kalo nggak sakit ya shock," Setelah mengucapkan itu Andrian langsung menjalankan mobil.

Kali ini Tarissa membiarkan hening menyapa mobil Andrian. Karena Tarissa masih berkutik dengan pikirannya sendiri sedangkan Andrian, Lelaki itu tengah fokus mengendarai mobil.

"Kita mau ke minimarket yang mana?" Tanya Andrian memecahkan keheningan.

"Terserah" Jawab Tarissa seadanya.

Mobil Andrian berbelok kearah kanan, Berbalik dengan arah jalur kearah minimarket. Tarissa menoleh menatap Andrian bingung.

"Katanya terserah, dan aku mau makan dulu" Ucap Andrian yang mengerti arti tatapan Tarissa.

Tarissa menghela nafas, Mobil Andrian telah sampai di salah satu restoran junk Food. Tarissa yang hendak keluar merasa tangannya ditahan oleh tangan lebar yang menggenggam tangan mungilnya. Andrian memberikan tatapan yang menunjukan dia menyuruh Tarissa untuk berada dimobil.

"Aku mau ngomong sebentar sama kamu" Ucap Andrian dengan tatapan mata serius yang berhasil membuat Tarissa terhipnotis. Tarissa reflek memberi anggukan sebagai respon.

"Kalo kamu ada masalah kamu bisa cerita ke aku, aku memang bukan pemberi solusi yang terbaik tapi kalo kamu berniat cerita ke aku, Aku akan mendengarkan semua walau mungkin nggak bisa kasih kamu solusi" Jelas Andrian serius.

Mata Tarissa yang semula sayu berubah menjadi melotot, Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Kenapa Andrian slalu membuat Tarissa terbang (?).

"Kalo kamu belum berniat cerita, aku nggak maksa kok" Andrian tersenyum memperlihatkan sium pipinya yang begitu manis. Sepertinya dunia Tarissa segera runtuh melihat orang yang lebih manis daripada gulali.

Setelah mengatakan itu Andrian segara keluar dari mobil, Tarissa pun ikut keluar dan berusaha untuk mempersejajarkan langkahnya dengan langkah lebar Andrian.

Mereka memilih salah satu meja yang ada disana. salah satu pelayan datang dengan buku menu ditangannya menghampiri meja Mereka. Setelah memberitahu apa yang akan mereka pesan pelayan itu segera undur diri dan tak lupa senyum manisnya untuk Andrian garis bawahi hanya untuk Andrian tidak untuk Tarissa.

Pemandangan itu tak luput dari mata Tarissa, Wanita itu menggeram entah kenapa hatinya merasa kesal melihat wanita lain tersenyum seperti ingin menggoda Andrian walau lelaki itu memasang wajah kakunya.

"Andrian, Aku mau ke wc sebentar" Ucap Tarissa, mendapat anggukan kepala dari Andrian.

Tarrisa langsung buru-buru menuju wc yang berada di sebelah barat restoran. Setelah selesai, Tarissa merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan dan membasuh mukanya yang sudah terlihat kusam untung Tarissa tidak memakai make up jadi dia tidak takut luntur. Tak lupa Tarissa mengoleskan lipstik dibibirnya.

Tarissa segera keluar dari toilet dengan sedikit berlari kecil.

BRUKK

Tanpa wanita itu ketahui lantai yang dia pijak ternyata licin. dan sekarang patat Tarissa sudah mencium lantai. Sebuah tangan kekar terulur untuk membantu Tarissa, Dengan cepat dia langsung menerima uluran tersebut tanpa melihat siapa orang yang mengulurkan tangan itu.

"Sepertinya kita memang jodoh" Ucap seseorang itu membuat Tarissa tersadar, lelaki yang selama ini dihindarinya sudah berada tepat didepan Tarissa. dengan cepat Tarissa langsung melepas uluran tersebut.

"Liat kamu aja masih nerima tangan aku buat bantu kamu, Apa mungkin kamu juga mau nerima aku buat teman hidup kamu" Sebuah senyuman manis terukir dibibir seksi lelaki itu,

Mungkin dulu Tarissa sangat menyukai cara lelaki itu tersenyum tapi tidak untuk sekarang bagi Tarissa senyuman itu bagaikan senyuman Devil seorang psikopat yang mendapatkan korbannya.

"Dalam mimpi kamu" Jawab Tarissa ketus sambil menunjuk lelaki itu dengan jari telunjuknya tepat didepan mata lelaki itu.

"Mimpi bisa jadi kenyataan lho!" kata lelaki itu mengingat kan.

Dengan cepat Tarissa berusaha untuk berlari pergi meninggalkan lelaki gila didepannya Tetapi tidak bisa lelaki itu selalu bisa menahan Tarissa berada didekat dirinya.

"Minggir!" Ucap Tarissa tegas, Tetapi tidak mendapat respon apapun malah lelaki didepannya ini mengambil tangan Tarrisa dan segera memegangnya erat. Tarissa berusaha melepaskan genggaman itu tetapi tidak bisa tenaga lelaki itu sangat kuat.

"MINGGIR REY!" Teriak kesal Tarissa.

"Tar kasih aku kesempatan sekali lagi aku mohon"

"Stop Rey! Stop buat drama nggak jelas kamu! Aku mohon jangan usik kehidupan aku lagi" Jawab Tarissa hampir terisak.

"Aku nggak akan lepasin kamu sebelum kamu kasih aku kesempatan Tar"

"Kesempatan? Apa kamu gila? Kamu udah punya istri dan anak sebaiknya kamu mengurus mereka!"

"Aku sudah menceraikan wanita itu Tar!"

"Rey lepasin! Apa kamu gila Rey kamu sudah memiliki seorang anak dan kamu malah menceraikannya!! istri dan anak kamu perlu kamu Rey jangan sakiti mereka" Ucap Tarissa yang sudah benar benar terisak. Sebuah lengan kokoh menarik Tarissa didalam dekapannya alhasil genggaman Tarissa dan Rey terlepas.

"Apa kamu tidak mendengar apa yang dia bilang! Udah nggak punya telinga lagi HAH?" Ucap Andrian marah rahang kokohnya sudah mengeras wajahnya pun sudah memerah menahan amarah.

Tarissa menenggelamkan wajahnya didalam dada bidang Andrian yang memang pas untuk sender able.

"OH pantes kamu nggak mau kembali lagi Tar! Aku harap kamu bahagia" Ucap lelaki itu lirih.

Tarrisa yang mendengar itu segara mengembulkan kepalanya didada bidang Andrian.

"Rey!" Pekik Tarissa, Andrian yang melihat itu merasa hatinya terasa panas apalagi melihat Tarissa mengejar cowok itu.

Rahang Andrian sudah mengeras, tetapi bukan Andrian namanya jika tidak bisa mengatur amarahnya.

Rey yang dipanggil Tarissa menoleh kan kepalanya dan Sebuah senyuman cerah berhasil terbit dibibirnya.

🌊🌊🌊

NGANTUNG YAA?? HEHEHE,, INSYAALLAH AKU USAHAIN BUAT UPDATE CEPET.

JANGAN LUPA SEMPETIN VOTE YA!

My Hot DaddyWhere stories live. Discover now