.

.

.

.

.

.

Chorong duduk diam di kursi kayu yang berada di taman rumah sakit. Matanya menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong. Bahkan pendengarannya seakan tuli dengan bising sekitarnya, sebelum suara baritone mengintrupsi kesadarannya. Perempuan itu menoleh, mendapati eksistensi pria berlesung pipi itu di sampingnya.

"Ayo pulang" Pria itu berkata dengan datar, walau sebenarnya ia merasa gelisah dalam hati.

"Yixing, bisakah kau biarkan aku sendiri hari ini?" Chorong menundukkan kepalanya, menggenggam ujung mantelnya.

"Apa maksudmu? Aku tidak akan membiarkan kau berada di luar. Kau sedang sakit." Suara pria itu masih saja datar, tapi Chorong dapat merasakan nada khawatir terselip dalam kalimat pria itu.

"Kau khawatir?" Chorong mendongak, menatap tepat di manik mata Yixing.

"Hm, tentu saja tidak. Aku hanya tidak ingin repot lagi" Pria itu mengalihkan pandangannya pada pohon rindang di seberang mereka.

"Ah tentu saja. Bahkan yang membuat aku sakit kau sendiri. Jadi, mana mungkin kau mengkhawatirkanku" Chorong tersenyum kecut.

"Berhentilah memperburuk keadaan!" Yixing menggeram, menyesal telah melontarkan teriakan kecil pada perempuan itu.

"Maafkan aku. Sekarang kita pulang." Yixing meraih pergelangan tangan Chorong, tapi perempuan itu menepisnya dengan pelan. Tidak bertenaga. Ia merasa tidak ada kekuatan untuk berdebat saat ini.

"Ada apa?" Yixing menatapnya dengan alis yang berkerut.

"Sudah ku bilang ingin sendiri" Suara perempuan itu melemah. Matanya terlapisi liquid bening yang menggenang. Ia lelah.

"Aku tidak mengijinkan!" Yixing menarik perempuan itu agar berdiri.

"Ku mohon.." Bahkan Chorong menangis sekarang. Yixing merasa heran, ada gelenyar aneh didadanya saat melihat bendungan kecil itu mengalir dipipi perempuan itu. Ada rasa perih. Ini aneh, bahkan ia juga pernah melihat Chorong menangis, tapi kenapa sekarang ia merasa khawatir.

"Hei, apa yang kau lakukan? Orang-orang bisa mengira yang tidak-tidak jika melihat kau menangis saat bersamaku. Berhentilah" Jujur saja, Yixing tidak tahu kalimat apa yang pas untuk membuat tangis perempuan itu berhenti.

"Pergilah. Aku bisa mengurus diriku sendiri" Chorong melepaskan tangan Yixing yang menggenggam pergelangan tangannya, kemudia beranjak dari tempat itu. Menyisakan Yixing dengan beribu pertanyaan dibenaknya, membuatnya mematubg menatap kepergian perempuan itu, sebelum sedetik kemudia kesadarannya kembali dan membuatnya berlari mengejar Chorong.

.

.

.

.

.

.

.
Aing kambeekkkkkk:)
Sori, ini udah lama bgt kan:)
Maapkeun gue yang ga bisa lanjutun cerita ini sekian lamanya, itu dikarenakan fokus gue yang gabisa tertuang di sini.
Kalian tau kan ya, gimana rutinitas anak sekolahan kelas akhir.
Apalagi dari minggu kemaren gue tuh uts:(
Besok uts lagi:(
Tapi, mumpung mood dan ada "sedikit" inspirasi (eaaa) gue ngetik dah:)
Sori lagi, ini tuh pendek bgt, ga nyampe 1k word:(
Soalnya segitu doang dapetnya:)
Ehe.




Makasih.
Buat kalian yang masih nyimpen cerita ini di library kalian
Mwah
Mwah
Mwah





Btw, kemaren liat mubank. Hiks baper:(
Apalagi pas lotto, gada icingkuuuu:(


Oke, vomment ya:)
Ihiw gue minta nih:)
Thnks juseyoooo:*

Oke, vomment ya:)Ihiw gue minta nih:)Thnks juseyoooo:*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue ngukuk bener sumpah wk.

Yes, I Know.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang