You Always In My Heart

2.4K 255 25
                                    

You Always In My Heart

.::.


Kyungsoo POV

Ini kisah cintaku, dimulai saat aku berusia dua puluh tahun.

Waktu itu udara musim dingin sangat menusuk masuk kedalam nadiku, aku sangat lelah. Aku harus membawakan lima buah lagu lagi dengan pakaian yang cukup tipis. Jujur saja aku ingin segera mengakhirinya, segera turun dari panggung, pulang ke apartemenku yang nyaman dan tidur di atas kasurku yang hangat. Tapi masih ku mencoba untuk tetap bernyanyi. Setelah lima buah lagu aku nyanyikan, aku segera pamit kepada menejer caffe untuk segera pulang. Sesampainya di rumah aku langsung tidur tanpa menganti pakaianku.

Keesokan paginya aku terbangun oleh aroma masakan yang begitu menggoda. Aku sedikit teringat kepada ibuku, ketika aku kecil, aku akan selalu terbangun mencium aroma masakkannya. Ah aku merindukannya, "Omma, berbahagialah disana." Ucapku pelan sambil menutup mata. Kedua orangtuaku meninggal karena kecelakaan mobil di tahun lalu. Lama aku terperangkap oleh lamunanku, akupun segera mengecek dapurku, ternyata kekasihku berdiri disana sedang menyiapkan sarapan untukku. Kami baru saja menjalin hubungan selama tujuh bulan.

"Kau sudah bangun?" Katanya seraya membalikan badan menghadapku.

"Kenapa tidak membangunkanku?"

"Kau terlihat begitu lelah, aku tidak tega membangunkanmu."

Segera aku berjalan mendekatinya, memeluknya begitu erat seakan tidak ingin melepaskannya. Aroma maskulinnya masuk kehidungku, benar-benar aroma khasnya membuatku selalu ingin berada di dekatnya. Tinggi badan kami yang hampir sama tinggi sehingga tidak membuatku kesulitan memeluknya, bahunya adalah tempat favoritku.

"Sudah, sarapan dulu sana. Aku tau kau kelaparan." Perintahnya seraya mendorongku kearah meja makan. Dia telah memasak beberapa lauk kesukaanku lengkap dengan nasi. Aku makan dengan lahap dan dia hanya memandangku tanpa ikut makan, bisa aku tebak jika dia sudah makan sebelum datang ke apartemenku.

"Kita jadi ke Bucheon-kan?" Tanyanya, tidak lama ponselku berdering. Ternyata ada seorang produser ingin menawarkanku rekaman dan aku harus datang kesana hari itu juga. Dengan berat hati aku meminta maaf pada kekasihku dan beruntung dia bisa memahaminya.

.

.

Sejak hari itu aku makin sibuk mempersiapkan albumku, sehingga hubunganku dengannya sedikit berjarak. Tanpa terasa sudah hampir tiga bulan kami tidak menghabiskan waktu bersama. Tapi akhir-akhir ini sikapnya mulai berubah, dia yang periang dan selalu menggangguku, sekarang berubah menjadi lebih diam. Sebenarnya aku merasa risih dengan keadaan ini, aku yang pediam dan dia yang menjadi diam, semuanya terlihat semakin buruk. Sifat kami memang saling bertolak belakang, aku yang pendiam dan dia yang periang, tapi itu yang membuat kami saling melengkapi satu sama lain.

Hari itu aku sudah berpakaian rapi dan menyiapkan beberapa pakaian ganti, aku dan dia berjanji akan ke Bucheon, kampung halamannya. Janji yang telah ku tunda sejak tiga bulan lalu, tapi sepertinya aku harus menundanya lagi. Produserku baru meneleponku dan berkata bahwa ada meeting penting membahas peluncuran albumku yang akan dilaksanakan bulan depan, aku sudah mencoba meminta untuk menundanya, tapi produserku berkata ini tidak bisa ditunda. Jadi dengan terpaksa aku meneleponnya. Dia tidak langsung menganggkat teleponku seperti biasanya. Aku meminta maaf padanya dan mengatakan padanya bahwa aku akan menyusul setelah meeting selesai. Dia tidak menjawab apapun, hanya langsung memutuskan sambungan teleponku.

Tiga jam kemudian aku mendapat kabar yang tak pernah ku duga sebelumnya. Ibunya menelepon ku dan berkata bahwa kekasihku telah mengalami kecelakaan saat dalam perjalanan ke Bucheon. Saat itu aku langsung meninggalkan tempat meeting tanpa meminta izin sedikitpun dari produserku. Aku sungguh tidak peduli lagi akan apa yang terjadi, di benakku hanya dia. Rasa penyesalan ku muncul begitu dalam.

Our Story - ChanSooWhere stories live. Discover now