Bagian 7

86 5 2
                                    

HANA POV

Terlihat seseorang keluar dari backstage memakai topi putih dan hoodie warna abu-abu. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena pandanganku terhalang topi yang dikenakannya dan kepalanya yang menunduk ketika naik ke atas panggung. Mata ku tidak dapat lepas darinya saking penasarannya. Setelah ia menegakkan kepalanya akhirnya aku tahu bahwa, ia bukan lah Lintar. Sebenarnya, memang dari awal aku merasa tidak mungkin ia akan datang kesini, lagi pula aku belum memastikan bahwa Lintar yang ada di radio adalah dia, apalagi aku berharap hal yang tak pasti seperti ini. Tak lama kemudian pesanan ku pun datang dan aku pun segera memakannya agar bisa cepat pulang

Aku pun segera meninggalkan cafe itu. Sepanjang jalan saat menuju pulang aku memasang headset di telingaku untuk mendengarkan radio All Hits berharap mendengar suaranya lagi.

Lintar POV

Aku pun sampai di rumah dengan membawa nasi goreng yang ku beli di pinggir jalan. Sebelum makan, Ku taruh bungkusan nasi goreng itu di atas meja, kemudian aku bersiap untuk mandi terlebih dahulu. tiba-tiba terdengar suara handphone ku yang berbunyi. Aku pun segera mengambilnya. Setelah dilihat ternyata banyak sekali missed call dari Bara. Pasti dia benar-benar mencari di sekolah. Aku tidak bisa membalas panggilannya karena sama sekali tidak ada pulsa. Aku pun memutuskan untuk menjelaskannya esok hari saat di sekolah. Aku pun segera bergegas kembali ke kamar mandi untuk mandi.

Keesokan harinya aku sudah dalam kelas mengikuti pelajaran. Ibu guru meminta pekerjaan rumah yang telah ia berikan minggu kemarin. Aku pun segera mengumpulkan pekerjaan ku yang ku kerjakan kemarin malam. Tadi sebelum pelajaran dimulai aku sempat kena tegur oleh Wali Kelas soal keterangan ku tidak masuk sekolah kemarin, tapi setelah ku ceritakan padanya apa yang terjadi, ia pun mengerti dengan kondisi kemarin meskipun sebenarnya ia agak sedikit ragu dengan cerita yang aku ceritakan sepertinya. Ia bilang seharusnya aku izin setidaknya lewat SMS, tapi kemarin keadaannya memang aku tidak membawa ponsel ku. Bara juga sudah ku jelaskan soal perkara kemarin itu. Bara juga bilang bahwa Hana ikut menanyakan aku, tapi sampai sekarang aku belum bertemu dengannya. Aku berencana untuk menemuinya saat jam istirahat.

Hana POV

Sampai sekarang pikiran ku masih dihantui oleh rasa penasaran. Selama jam pelajaran aku selalu menyempatkan untuk menatap jam dinding di kelas.  Berharap waktu bergulir lebih cepat. Aku berniat untuk menemuinya saat jam istirahat, semoga saja aku bisa bertemu dengannya kali ini. 

Akhirnya terdengar suara bel yang telah ku nantikan selama di kelas. Rasanya lama sekali, seperti baru saja menunggu pesawat yang datang terlambat di bandara. Aku pun segera berlari keluar dari kelas untuk menuju kantin. Namun baru saja keluar dari kelas,  tiba-tiba seseorang memanggil ku dari belakang. 

"Dek Hana!"

Ternyata ia adalah Pak Soewarno salah satu pegawai yang ada di rumah. Sepertinya ia sudah cukup lama menunggu di luar kelas. Ia terlihat membawa tas jinjing hitam yang lumayan besar di tangan kanannya.

"Ada apa Pak? Kok, datang kemari?"

"Anu... tadi pagi setelah Dek Hana berangkat sekolah, Ayah Anda tiba-tiba pulang ke rumah." 

Mendengar hal itu, sontak aku merasa kaget. Ayah sudah 3 bulan tidak pernah pulang ke rumah. Ia sibuk mengurusi pekerjaan, berpindah dari satu kota ke kota yang lain, bahkan pergi ke luar negeri. 

"Ke...kenapa dia pulang ke rumah?"

"Katanya beliau ingin bertemu dengan Anda."

Entah kenapa rasanya aneh saja. berbulan-bulan ia pergi dan sekarang tiba-tiba ia pulang tanpa berkabar sebelumnya.

"Kalau hanya untuk bertemu dengan ku, bukannya bisa menunggu sampai pulang sekolah?"

"Bukan pertemuan seperti itu yang beliau maksudkan."

 "Lalu, apa yang dimaksudkan ayah ku?"

Kemudian ia mengeluarkan sebuah kartu undangan dari salah satu kantung jasnya.

"ini kan..."

"Benar Dek Hana, undangan untuk menghadiri meeting penting bersama kolega-kolega Pak Lazuardy, ayah Anda."

Pak Soewarno pun segera membuka isi tas yang dibawanya tersebut. Isinya berupa pakaian wanita formal yang telah disiapkan untuk ku.

"Tu...tunggu ini terlalu mendadak, lagi pula bagaimana dengan sekolah ku hari ini?"

"Aku sudah memberi surat dispensasi kepada wali kelas Anda, jadi Anda tidak perlu khawatir dengan sekolah Anda untuk hari ini."

Sebenarnya aku agak kesal dengan hal-hal yang mendadak seperti ini, lagi pula sepenting apa meeting nya.

"Baiklah, kalau begitu aku akan memakai ini di mobil."

"Terima kasih, silahkan Anda jalan ke mobil terlebih dahulu."

Aku pun pergi ke tempat mobil yang telah ia parkirkan. Setelah mengganti bajuku, kami pun berangkat ke tempat meeting yang dituju. Di perjalanan aku baru menyadari aku melupakan sesuatu yang penting. Ternyata aku baru sadar bahwa aku harus bertemu dengan Lintar hari ini. Bodohnya aku, seharusnya aku bernegosiasi terlebih dahulu sebelum setuju untuk berangkat. Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, masih ada hari esok untuk bertanya kepadanya. 







DEEPER : MUSIC AND LIFE ARE ONE [ON GOING]Where stories live. Discover now