Bagian 4

74 10 7
                                    

Setelah pulang dari rumah sakit, aku pun sampai di rumah. Kak Mega masih ada di rumah sakit untuk menjaga ayah. Tinggal aku sendiri di rumah dengan kondisi perut sangat keroncongan. Aku pun memutuskan untuk memasak mie instan untuk makan malam. Tapi sebelum itu aku harus mengepel lantai rumah terlebih dahulu karena lantai dalam kondisi basah akibat atap yang bocor. Terkadang ketika terjadi hal seperti ini, seketika ku membayangkan ketika kami masih hidup dirumah yang dulu. Punya kasur yang empuk untuk ditiduri, ada banyak makanan dalam kulkas dan lemari, tapi aku tidak boleh terlarut dalam masa lalu dan tetap menjalani hidup untuk masa depan. Setelah semua beres, aku mulai memasak mie itu dan memakannya. Kemudian menuju kamar untuk tidur.

Keesokan harinya aku pun berangkat ke sekolah. Ketika melewati halte bus, entah kenapa aku menengok ke arahnya, bahkan berhenti sebentar. Padahal tak ada siapa-siapa, tak mungkin dia berada disana lagi. Seketika aku jadi heran untuk apa aku memikirkannya. Lebih baik aku segera pergi ke sekolah agar tidak telat.

Setelah sampai kelas, aku langsung menaruh tas dan duduk dibangku. Tiba-tiba seseorang menaruh sebuah amplop berwarna putih kecil di mejaku. Ternyata itu Bara yang melakukannya.

"Apa ini?"tanya ku.

"Tidak tahu, sepertinya sebuah surat untukmu. Disini tertera namamu."

Aku pun mengambil amplop itu.

"Dari siapa ini?"

"Entahlah, tadi ada di atas mejamu, lalu aku ambil agar orang lain tidak mengambilnya. Tapi tenang saja aku tidak membacanya."

"Bara, tolong kemari sebentar." Tiba-tiba seorang guru memanggilnya. Ia pun pergi memenuhi panggil guru tersebut.

Setelah ia pergi, aku pun membuka amplopnya. Setelah dibuka ternyata sebuah surat yang berisi:

"Lintar, bisakah kita bertemu saat istirahat di kantin? Aku ingin bicara denganmu."

Aku tidak tahu dari mana surat ini berasal. Untuk apa juga orang ini ingin menemuiku. Aku pun penasaran dan berniat menemuinya nanti.

Setelah beberapa mata pelajaran, akhirnya bel istirahat berdering, aku segera menuju ke kantin untuk bertemu dengannya. Setelah sampai disana aku langsung mencari orang itu kemana-mana, meskipun aku tidak tahu siapa dia, tapi belum terlihat seseorang memanggilku. Disini ramai oleh murid yang sedang membeli makanan, rasanya sulit untuk mencarinya, maklum baru saja bel istirahat, pasti banyak sekali yang datang kesini.

Namun tiba-tiba ada seseorang menabrak bahuku.

"Ma...maafkan aku!" Aku pun segera meminta maaf pada orang itu.

Ketika ku berbalik kepada orang itu ternyata ia adalah Hana. Seketika kami pun terdiam sejenak, lalu Ia pun tiba-tiba menarik ku dengan tangan kanannya dan membawaku lari entah kemana tanpa berbicara apa pun. Tangan kirinya membawa sesuatu seperti kotak makan atau sejenisnya sepertinya. Akhirnya kami berdua sampai di atas loteng sekolah. Angin-angin yang lembut langsung menyambut kami ketika sampai di atas. Hanya kami berdua yang berada disini. Tiba-tiba kami berhenti di tempat yang teduh lalu duduk. Nafas kami masih terengah-engah akibat lari tadi.

"*Hosh..hosh..* Sebenarnya ada apa?"tanya ku.

Tiba-tiba ia memberikan segelas air kemasan yang berasal dari kotak itu kepadaku.

"*Hosh...hosh..* Ini minumlah dulu!"ucapnya sambil memberikan air.

Kami pun berdua minum bersama. Setelah itu ia memberikan sebuah kantung makan yang berisi sandwich.

"Apa ini?" tanyaku.

"Permintaan maafku." jawabnya.

"Maaf? untuk apa?"

Ia pun terdiam sejenak.

"Aku merasa, semua orang yang bertemu dengan ku kau akan mendapatkan masalah. aku sampai tidak bisa tidur saking merasa bersalahnya." katanya dengan kepala tertunduk.

"Aku tidak apa-apa, mungkin itu memang seharusnya terjadi..." ucapku merasa tidak enak.

"Terima lah permintaan maaf ku ini, aku mohon." ucapnya sambil menyodorkan kotak yang berisi sandwich itu.

"Baiklah kalau begitu... Terima kasih banyak makanannya. Maaf aku harus segera ke bawah, teman ku mungkin sedang mencariku."kataku sambil menerima kotak itu.

Aku pun berdiri dan berjalan pergi ke arah pintu.

"Tunggu!" ucapnya menghentikan langkahku

Aku pun menoleh kembali ke arahnya.

"Boleh kah, kau memakannya disini?"ucapnya memohon.

Angin pun kembali berhembus. Suara kicauan burung dari pohon pun terdengar.

"Aku tidak punya teman disini semenjak pindah sekolah. Jika kau tidak keberatan makanlah disini"ucapnya.

Aku seketika terdiam. Karena merasa kasihan, ku putuskan untuk kembali menghampirinya dan duduk lagi bersamanya.

"Baik, aku akan memakannya disini."

"Ma...maaf jika kesannya memaksamu."

"Tidak apa-apa aku mengerti."

Aku pun memakan makanan pemberiannya itu, tapi dia hanya melihat ku makan saja. Aku pun berinisiatif untuk membagikan makanan ini.

"Ini, ambilah kau juga harus makan. jika kau tak makan kau akan sakit."

Dia pun mengambilnya dan kita pun makan bersama

Angin pun kembali berhembus dengan lembut. Namun tak ada satu pun dari kita yang berbicara, semua seketika terasa canggung saat ini. Aku sampai kebingungan bagaimana untuk mencairkan suasana. Hingga akhirnya, ia berinisiatif untuk memulai pembicaraan.

"Bagaimana makanannya?" tanya Hana.

"Enak, terima kasih banyak ya."

"Syukurlah jika kau menyukai makanan masakan ku..."

"Ini masakan mu? Wah kau pasti pandai sekali memasak!"

"Terima kasih pujiannya."

Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan yang terjadi. Suasana kembali menjadi canggung, aku pun tidak tahu harus bagaimana.

"Apa kau selalu pulang sekolah sendirian?" sontak Hana berusaha mencairkan suasana.

"Tidak, terkadang aku pulang dengan teman ku."

"Teman? Siapa dia?"

Lalu tak lama kemudian, terdengar suara seseorang naik tangga menuju loteng. Aku sudah merasa panik, tapi ternyata itu hanya lah Bara yang sedang membawa dua botol susu kemasan.

"Lintar! Kemana saja kau aku menca...." Bara berseru dengan wajah konyolnya. Lantas membuat Hana tertawa geli.

Akhirnya Bara pun ikut bergabung bersama kami dan makan bersama.

DEEPER : MUSIC AND LIFE ARE ONE [ON GOING]Where stories live. Discover now