Canggung

5.5K 768 96
                                    

****

William menutup pintu rumah kami dengan pelan setiba kami di rumah. Tindakannya yang sangat jauh bertolak belakang dari ekspresi wajahnya membuatku bertanya-tanya dalam hati tetapi aku sedang tidak berniat untuk berbicara atau bahkan hanya melihat wajah William sama sekali.

"Kita belum bicara." William menarik lengan tanganku saat aku berjalan meninggalkannya. William membalik tubuhku agar menghadapnya sementara aku berusaha agar menjaga raut wajahku agar tetap datar.

"Tidak ada yang perlu kita bicarakan." balasku dingin

"Kita tidak sedang bercanda,Kattie." William menekankan setiap patah katanya. Kupikir William mulai kesal. Aku mengangkat daguku tinggi-tinggi.

"Aku juga tidak sedang bercanda."

"Apa yang dikatakan Anggreni padamu?"

Sebelah alisku terangkat. Oh? Jadi nama wanita liar itu adalah Anggreni? It's sounds bad like herself. Aku mengangkat bahuku acuh.

"Ngga penting. Udah deh. Aku mau tidur. Capek." ujarku sambil mencoba menarik diri tetapi William semakin mengeratkan cengkramannya. Laki-laki itu sedikit menunduk melihatku. Sejujurnya, William terlihat sangat mengintimidasi, jika kami berada pada timing yang berbeda. Masalahnya kali ini adalah aku terlanjur sakit hati dan merasa dipermainkan oleh sahabatku sendiri. Oh! Tatapan mengerikan itu tentu tidak akan mempengaruhiku sama sekali.

"Kat!!" William terlihat marah besar membuatku bertanya-tanya dalam hati akan alasan William terlihat semarah itu

"Apakah itu penting bagimu?" tak sadar aku menyuarakan isi hatiku

"Itu penting, tentu saja,Kat."

Aku tidak mau melambung tinggi karena perkataan itu tetapi perasaanku tidak pernah mudah untuk bekerja sama. Dia berdegup sangat kencang tetapi ada rasa sakit mengiringi kali ini. Kupikir aku tidak bisa menahan ini semakin lama lagi. Air mata yang sedari tadi kutahan jatuh membasahi pipiku.

"Menurutmu ini keren? Lucu? Dengan mempermainkan perasaanku?"

William sedikit terkejut dengan pertanyaanku.

"Anggni, reni or whatever that bitch name, dia memberitahuku kamu mempermainkan perasaanku dan kamu senang selalu berada di neraka itu. William, dengar, kalau ini memang mau mu, kamu harus menceraikanku!" teriakku marah

"Kat! Be careful with your words!"

"Am I wrong? Aku bahkan muak hanya melihat wajahmu!"

William tidak terlihat sedih dengan perkataanku sementara aku bahkan sedang membayangkan hari esok kami. Bagaimana kami bisa saling menyapa lagi untuk hari esok? Dan bagaimana kita bisa bermain dengan Camilla seperti dulu lagi? Kupikir aku sudah tidak punya harapan atas hubungan kami di hari esok. Aku memijit pelipis kepalaku sambil menarik napas kuat. Kucoba menarik diriku dan berhasil. Kuseka air mataku sebelum meninggalkan William dan berbisik,

"Selamat malam,William."

William menarik pergelangan tanganku. Laki-laki itu berdiri tepat di hadapanku, membujur setinggi 186 sentimeter. Aku memalingkan wajahku.

"Kamu salah paham. Aku tidak bermaksud seperti itu." William melakukan pembelaan. Dia terlihat sangat ingin menyakinkanku.

Aku menepis tangan William dengan cukup kuat bahkan terkesan dingin.

Fool AgainWhere stories live. Discover now