Andai Kami Dapat Seperti Ini Selamanya

445 54 11
                                    

****

"Oke, coba kamu jelaskan kenapa kita tidak boleh semobil ke kantor?" protes William ketika aku memberitahunya bahwa aku akan pergi ke kantor sendiri

"Pertama, aku yakin semua orang akan bergosip ria di hari pertamaku, yaitu hari ini, karena aku masuk secara mendadak tanpa perlu melewati proses interview dan lain sebagiannya. Kedua, kecurigaan itu akan semakin membeludak jika mereka melihat aku keluar dari mobilmu," jelasku sambil melipat tanganku di dada

Sebenarnya aku agak terkejut ketika William memberitahuku semalam bahwa ia telah mengatur satu posisi di team PR untukku di kantornya. Padahal persetujuanku belum melewati 1 x 24 jam namun Ia telah mempersiapkannya sesempurna itu. Bahkan William membelikanku puluhan set pakaian kerja yang membuatku melonggo melihat harganya

"Aku bisa drop kamu di dekat kantor kok," balas William masih bersikukuh tidak setuju dengan argumentasiku

"Lalu bagaimana jika ada yang melihat?"

"Kita bisa pergi ke kantor lebih awal dan...,"

"No! Ini adalah keputusan final,William. Kalau kamu tidak mau menerimanya maka aku akan...,"

"Oke,fine. Kamu pergi ke kantor dengan Pak Mamat. Aku akan menyetir sendiri,"

Perkataan William seperti perintah yang tidak dapat kutolak kali ini. Aku mengangguk mengerti kemudian bergegas masuk ke dalam mobil. Aku tidak ingin terlambat di hari pertamaku

Aku tidak dapat menutupi rasa gugupku ketika aku berada di depan gedung sepuluh tingkat itu. Perasaanku campur aduk. Sudah berapa lama aku merasa bekerja terakhir kali? Tiga tahun lalu? Huh?

Seorang wanita paruh baya menuntunku masuk ke ruangan team PR. Aku menyunggingkan senyum tipis kepada semua orang yang berjalan melewatiku sembari menunggu Manager team PR datang. Huh, kuharap aku tidak meninggalkan bad impression sama sekali

Seorang wanita tiga puluh tahunan berjalan menghampiriku. Penampilannya tegas serta aura menegangkan yang terpancar darinya membuat aku menahan napasku selama beberapa detik. Ia memberiku senyum tipis sambil mengulurkan tangannya padaku,"Jadi, kamu.. adalah Kattie Priscilla?"

Aku bangkit berdiri sambil tersenyum dan menerima salaman tangannya. Ia memperhatikanku dari atas hingga bawah sebelum melanjut,"Saya tidak tahu hubunganmu dengan para direktur. Namun kamu harus tahu kamu tidak akan di-spesialkan di team ini sama sekali,"

Aku mengangguk. Ia kemudian memperkenalkan dirinya sebagai Ranti. Aku bahkan tidak diberikan kesempatan untuk duduk karena pada detik berikutnya Ia telah memintaku untuk bergabung dengan meeting bersama dengan beberapa orang lain di team kami

"Kamu.. Kattie Priscilla ya?" tanya seseorang yang tiba tiba menepuk pundakku dari belakang

Aku menoleh dan menemukan seorang wanita dan laki laki yang kupikir berasal dari team PR

"Aku..Ima. Dan laki laki berpenampilan keren disampingku ini namanya Rinaldo," ujar Ima sambil memberiku senyum manis

"Oh hi!" seruku sopan sambil mengulurkan tanganku

"Kamu tahu kita mau meeting bareng siapa?" tanya Ima sambil berjalan bersisian denganku

Aku menjawab tanpa banyak berpikir,"Ibu Ranti bilang kita mau meeting bulanan,"

"Yap. Tapi kamu tahu kita mau meeting dengan siapa?"

Aku menggeleng sementara itu Rinaldo menghembuskan napas acuh. Ia kemudian berkata,"Kita mau meeting dengan CEO dan beberapa direktur terkait proyek baru,"

Aku mengangguk mengerti namun aku tidak mengerti mengapa Ima sibuk merapikan penampilannnya bahkan beberapa kali merapikan lipstick di bibirnya. Apakah kita perlu kelihatan sempurna di meeting kali ini? Huh, melihat Ima yang kelihatan begitu memperdulikan penampilannya membuatku ikut merapikan rambutku tanpa kusadari

Fool AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang