The Watcher

47 0 0
                                    

Fate Stay Night bukan milik saya tapi milik TYPE-MOON.

[Warning!]

For T (Future M?), OC, OOC (Ma­­ybe?), Inspirasi dari Imajinasi yang tiba-tiba muncul.

[Summary: "Hanya Keadilan yang diinginkan, dia adalah benih yang di butuhkan dunia. Lihatlah saudari-saudariku, di bawah bimbinganku dia akan menjadi pahlawan yang hebat" –Desire Accessible Intelligent System (DAISY).]

---00: Sekai no Kibou---

---Chiyu---

"Kimi to mita sekai.."

"Saa.. haji– meri no.. kanega.. naru."

"We-are fan.. tas—tik.. dream.. er" Sudah tiga hari sejak keluargaku terbunuh, sudah 3 hari keluarga besarku dibantai, dan sudah 3 hari aku berada di depan makam kakakku, Chika Shinjuka dan Chiko Kusmono, selama itulah aku bernyanyi lagu kesukaan kami. Sambil memegang kalungku erta-erat

Chiyu Shinjuka adalah namaku, umurku 13 tahun, ibuku Susanti Shinjuka atau Shinjuka Susano'o yang memiliki darah Jepang, dan ayahku Yanto Kusmono yang memiliki darah Indonesia, yang sudah wafat beberapa tahun yang lalu, sesaat sebelum ia pulang dari urusan pekerjaannya. Sederhananya aku dan kakakku seorang darah campuran 50 % dari Jepang dan 50 % dari Indonesia, aku selamat dari pembantaian dan hanya kehilangan satu bola mata bagian kiriku, karena peluru meleset.

Shinjuka adalah keluarga terhormat di jepang, kami adalah keluarga Magus.

"Chiyu-sama, lebih baik Anda pulang dan makanlah sedikit" Itu adalah pendampingku, Wanita bernama Ryuko Shinjuka berumur 27 tahun, seorang selain aku yang selamat dari pembantaian yang terjadi di Jakarta, Indonesia ini.

"Baiklah.." Aku mulai berdiri dengan lunglai, dan Ryuko mulai menopangku. Kami pergi ke sebuah Cottage untuk sementara, karena Mansion kami sedang di lakukan penyelidikan oleh kepolisian, setelah kami sampai aku dibimbing oleh Ryuko ke arah dapur dan mendudukkanku di kursi, ia mulai menyuapiku dan kukunyah tanpa niat.

"Chiyu-sama, tolong makanlah sedikit saja, walau hanya beberapa sendok." Aku memfokuskan pandanganku kepada Ryuko, terlihat ekspresi cemas di wajahnya, aku sedikit tersenyum dan melahap sedikit cepat makanan yang di suapinya.

"Maaf Ryuko, telah membuatmu khawatir. Aku akan makan sendiri, kau beristirahatlah sebentar." Aku mengambil mangkuk dan sendok dari tangannya, mulai memakan sisanya sendiri. Ryuko tidak bergeming melainkan hanya menatapku.

"Sudah kubilang istirahatlah, aku tahu kau sudah lelah. Ini adalah perintah bukan permintaan, Shinjuka Ryuko." Dengan perkataan itu dia pergi setelah mengucapkan permisi dan sedikit membungkuk ala Maid.

"Ittadakimasu.." Setelah beberapa saat, mangkuk yang ku pegang-pun kosong. Perlahan aku berdiri dan berjalan ke arah kamarku.

"Ibu.. seperti katamu, tidak ada dendam di hatiku. Tapi, apakah pantas kalau aku menginginkan sebuah perlakuan adil kepada mereka yang membantai keluarga kita?" Gumamku. Kalau saja ada sebuah keajaiban pengabul harapan, aku hanya ingin meminta peradilan untuk keluargaku.

"..." Keheningan melanda kamarku, sampai setetes darah menetes dari lengan bajuku.

"Mungkin tergores saat di pemakaman, tanpaku sadari."

---

-Malam Hari; 20:30-

-Chiyu-

"Mungkin sebaiknya kita pergi ke Jepang.." Kata Ryuko, aku menatapnya sedikit lama lalu teringat surat terakhir dari ibu. Aku pergi ke dalam kamarku dan menemukan surat yang masih tersegel dengan sihir.

The WatcherWhere stories live. Discover now