SOA [REMAKE] - PART 9 - SECRET ROOM

8.1K 375 0
                                    


Sean POV

Deg.

Alana dengan tiba-tiba melumat bibirku. Sentuhan bibirnya begitu berbeda dari wanita-wanita lain yang pernah berciuman denganku. Permainannya begitu memabukkan bagiku dan tanpa berpikir panjang, aku langsung membalas ciumannya begitu saja. Kami berdua sama-sama memejamkan mata, tanpa memedulikan Jane yang sedang menatap kami dengan wajah yang sangat merah menahan amarah. Aku bahkan tidak peduli dengan teknisi yang sedang memperhatikan kami, dengan kedua tangan ku lingkarkan di pinggul Alana. Oh, ya Tuhan! Pinggulnya begitu pas dalam pelukanku dan ia pun melingkarkan kedua tangannya dileherku.

"Cukup!" bentak Jane.

Aku dan Alana pun dalam sekejap langsung membuka kedua mata kami dan melepaskan tautan di bibir tadi. Kami memandang ke arah Jane yang wajahnya sudah merah padam. Sebelum dia mengamuk lagi, aku memutuskan untuk membawa Alana pergi dari sini. Ku genggam jari Alana dan aku menuntunnya pergi meninggalkan Jane begitu saja. Jane tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Yah, mungkin saja dia masih belum bisa menerima apa yang barusan dia lihat.

Author POV

Sean membawa Alana ke ruangannya. Sampai di sana, Alana segera menghentakkan tangan yang ada dalam genggaman Sean. Tak ayal, hal tersebut membuat sang pria tersenyum melihat tingkah Alana. Ia sangat tahu jika Alana sedang salah tingkah.

"Jangan menatapku seperti itu, Sean!" bentak Alana.

Sean tersenyum semakin lebar, mendengar ocehan Alana. Entah kenapa Sean merasa sangat senang jika melihat Alana sedang marah.

"Sean! Berhenti tertawa!" bentak Alana kali ini lebih besar dari pada sebelumnya.

"Oke-oke," jawab Sean dengan berusaha untuk menghentikan tawanya.

Alana lantas menarik nafas panjang dan segera menghembuskannya dengan perlahan, "Aku minta maaf soal tadi. Aku hanya ingin membuat wanita tadi kesal," jelas Alana seraya menunduk.

"Aku pikir kau memang sudah tergila-gila dengan bibirku," jawab Sean dengan terkekeh.

"Jangan terlalu percaya diri, Mr. Smith!"

"Hahaha... Tapi harus ku akui, ternyata kau sangat handal juga dalam berciuman. Aku pikir bocah ingusan sepertimu tidak mengerti cara berciuman yang baik dan benar."

"Kau sedang mengejekku, Mr. Smith?"

Sean mengendikkan bahu, "Tidak," jawabnya singkat.

"Lupakan soal hari ini! Anggap saja semuanya tidak pernah terjadi," ucap Alana.

"Bagaimana aku bisa melupakan bibir manismu itu, nona?" tanya Sean, menyentuh bibir Alana dengan ibu jarinya.

"Jauhkan tanganmu dari bibirku atau kau mau jarimu tidak berjumlah sepuluh lagi?" ancam Alana.

Sean terkekeh mendengarkan ancaman Alana, lalu dia menaikkan sebelah alisnya "Kau begitu sadis, nona" ucap Sean.

"Bagus jika kau tau kalau aku adalah wanita yang kejam!" Alana melipat kedua tangannya di depan dada, "By the way, sebenarnya untuk apa kau menyuruhku ke sini?" lanjut Alana.

"Menjadi sekretaris pribadiku selama dua bulan, sampai masa perjanjian kita selesai, bagaimana?" tawar Sean.

Alana menggelengkan kepalanya "Aku tidak mau menjadi sekretaris pribadimu! Baru setengah hari bersamamu saja membuatku sudah mengalami kesialan berkali-kali, apalagi harus dua bulan bersamamu?"

"Aku bukanlah tipe wanita yang suka melanggar janji, kau bisa pegang omonganku," lagi-lagi Sean mengulang kalimat yang pernah diucapkan oleh Alana dan itu membuatnya kesal.

STORY OF ALANAWo Geschichten leben. Entdecke jetzt