SOA [REMAKE] - PART 8 - TRAGEDY IN THE LIFT

9.8K 456 9
                                    


"Turunkan aku!" perintah Alana mengayunkan kedua kaki serta menggerak-gerakkan badannya seperti cacing kepanasan dalam gendongan Sean.

Sean yang tidak siap dengan gerakan lincah Alana, pun akhirnya menjatuhkan Alana karena tangannya sudah tidak sanggup menahan tubuh Alana.

Bruk.

"Aawww...!" rintih Alana yang sudah terjatuh dari gendongan Sean.

"Sorry," Sean dengan sigap langsung menunduk dan menjulurkan tangannya untuk membantu gadis itu.

Alana menerima uluran tangan tersebut dan pada saat Alana hendak berdiri tiba-tiba terjadi guncangan dalam lift tersebut dan membuat sang gadis kembali terjatuh bersama Sean yang ikut menimpa tubuh Alana.

"Aaah"

"Hump!"

Keduanya Berteriak, namun yang lebih mengejutkan lagi adalah ketika bibir mereka tak sengaja bersentuhan. Tubuh Alana menenggang, saat ia menyadari jika bibirnya berada di bawah bibir Sean.

Alana ingin mendorong tubuh Sean agar menjauh darinya, namun tubuhnya berkata lain dengan membiarkan bibirnya bersentuhan dengan bibir Sean begitu saja. Bibir Sean yang berada di atas bibir Alana awalnya hanya diam, namun perlahan Sean mulai memberanikan diri untuk melumat bibir Alana dengan lembut.

"Gila! Kenapa aku tak bisa menghentikannya!" batin Alana.

Sean menutup mata, semakin memperdalam ciuman dan mempercepat tempo lumatannya. Sean terus mendesak Alana untuk membalas lumatannya, namun Alana dengan sekuat tenaga menahan diri untuk tidak membalas lumatannya. Semakin lama Alana merasa tubuhnya telah terhipnotis oleh bibir serta aroma tubuh Sean yang tercium sangat maskulin.

Sean mencoba untuk terus menanti balasan dari Alana, namun kesabaran sudah habis ketika nafasnya mulai tersengal-sengal. Alana masih tidak mau membalas ciumannya tersebut dan Sean memutuskan untuk mengigit bibir sang gadis agar ia mau membuka mulutnya.

Alana membelalakkan mata yang awalnya tertutup dan ia mendorong tubuh Sean dengan kuat hingga ciuman mereka terlepas. Tentu saja Sean tersentak dengan tindakan Alana. Ia dengan sigap berdiri lalu menjulurkan tangannya lagi untuk membantu Alana berdiri. Namun, kali ini Alana menolak bantuan dari Sean dan lebih memilih untuk berdiri sendiri.

Alana mengatur nafasnya agar dapat bernafas dengan normal kembali. Setelah di rasa cukup, ia langsung menampar wajah Sean.

"Awww..." rintih Sean.

"Dasar brengsek! bisa-bisanya kau mencari kesempatan dalam kesempitan, hah?!" teriak Alana mengentakkan kakinya.

Sean mengelus pipinya yang memerah dengan sedikit rasa kesal karena Alana berani menamparnya. Namun melihat ekspresi Alana yang sedang marah, hal itu membuat Sean menjadi tertawa.

"Kenapa kau tertawa?" kesal Alana.

Sean tersenyum, "Bukannya kau menikmati ciuman dariku?" jawab Sean mengedipkan sebelah matanya.

Alana terdiam. Memang benar ia menikmati ciuman yang Sean berikan, namun ia tidak mungkin mengakuinya. Bisa turun harga dirinya. Jadi, tanpa berkata apa-apa Alana menatap tajam ke arah Sean dan menunjukkan jika ia sedang marah. Ketika Alana ingin memaki Sean lagi, handphone Sean berbunyi.

"Hallo," sapa Sean ketika menerima panggilan seseorang di seberang sana.

"....."

"Ia aku sedang berada dalam lift pribadiku bersama seorang wanita gila," jawab Sean dan tersenyum mengejek ke arah Alana.

Gadis cantik yang mendengar jika dirinya di sebut sebagai wanita gila pun semakin ingin mencaci maki Sean. Namun ia masih waras dan membiarkan Sean terlebih dahulu menyelesaikan percakapannya.

"Oke segera perbaiki, sebelum kami kehabisan nafas!" Sean masih asyik berbicara dengan orang yang menelepon.

Alana diam, masih dalam mode menunggu Sean menutup panggilannya tersebut dan tak lama kemudian pembicaraan pun selesai. Sean menyimpan ponsel kembali dalam sakunya dan Alana dengan sigap langsung menarik dasi yang di pakai Sean.

"Siapa yang kau maksud wanita gila tadi, hah?!" tanya Alana, memainkan dasi Sean tersebut.

"Lepaskan dasiku! Kau ingin membunuhku di sini?"

"Bukannya wanita gila bebas mau melakukan apa saja yang dia mau?" tanya Alana dengan senyum mengejeknya.

"Aku bisa kehabisan nafas, Alana," rintih Sean, sudah mulai kehabisan nafas.

Wajah Sean memerah dan Alana pun akhirnya melepaskan tangannya dari dasi itu. Sean menarik nafas panjang, setelah Alana membebaskannya. Gadis itu tertawa terbahak-bahak karena telah merasa puas atas perbuatannya pada Sean.

"Hahaha... Makanya jangan berani bilang wanita cantik seperti aku ini gila!" jawab Alana masih berusaha mengontrol tawanya.

"Kau benar-benar—"

Ting.

Belum sempat Sean menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba pintu lift terbuka dan sebuah insiden yang lebih gila lagi pun terjadi, tentu saja masih dengan Jane merecokinya.

"Seannn..." Jane berlari kearah Sean dan langsung memeluk pria tampan itu, "Aku sangat khawatir saat tahu lift pribadimu tiba-tiba bermasalah. Aku takut kau akan kehabisan nafas nanti dan aku juga tidak suka kau berada diruangan sempit berduaan dengan wanita murahan seperti dia!" oceh Jane panjang lebar.

Sean tidak membalas pelukan Jane. Ia berusaha melepaskan pelukan Jane, namun Jane semakin memperkuat pelukannya. Alana sangat kesal saat mendengar jika dirinya di katai wanita murahan.

"Kau benar, Sean hampir kehabisan nafas tadi!" jawab Alana dengan tegas.

Jane pun menolehkan wajahnya menghadap ke Alana ,namun masih tidak melepaskan pelukannya di tubuh Sean.

"Hmm... Maksudku tidak hanya Sean yang hampir kehabisan nafas, tapi kami berdua. Aktivitas yang kami lakukan di sini membuat kami hampir kehabisan nafas, tapi sungguh ini pengalaman yang luar biasa bagiku dan juga mungkin bagi Sean," lanjut Alana.

Jane mengerutkan keningnya, berusaha untuk memikirkan kalimat yang dikatakan oleh Alana.

"Kau pasti sangat tahu apa yang dilakukan seorang pria dan wanita diruangan sempit begini, dan tidak ada satupun yang dapat melihat kami," lanjut Alana lagi sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Kau!" Jane melepaskan pelukannya dan berjalan mendekati Alana, "Kau benar-benar wanita murahan!" umpat Jane.

"Aku? Bukannya kau yang wanita murahan! Jelas-jelas sudah aku kasih tahu kalau Sean ini milikku! Kenapa kau tidak tak tau malu memeluk Sean begitu saja di depan pacarnya?"

Di sisi lain, Sean hanya diam saja memperhatikan mereka berdua yang sedang berdebat membahas tentang dirinya. Sean sengaja membiarkan Alana mengaku sebagai pacarnya. Lagi pula hal tersebut juga mendatangkan keuntungan bagi Sean, karena Sean juga tidak begitu suka dengan tingkah Jane yang selalu mengganggunya hampir setiap hari.

"Apa buktinya jika kau pacarnya Sean?" tanya Jane.

Pertanyaan Jane seolah merupakan sebuah tantangan bagi Alana. Namun, Alana tidak memikirkan apa-apa lagi selain mau membuat wanita dihadapannya ini semakin emosi. Alana pun akhirnya memberanikan diri berjalan mendekati Sean dan langsung melumat bibir Sean dengan lahap, tanpa memedulikan orang-orang yang memperhatikan mereka.

***

To be continue

Jangan lupa vote dan comment yaa

Follow instagram : itsviy_

Terima kasih.

Love,

Itsviy (26.07.2018)

STORY OF ALANAWhere stories live. Discover now