-; 03

2.8K 538 87
                                    

[flashback]

Seorang perempuan datang ke ruang kerja sang direktur utama. Ia mengetuk pintu berulang, sampai sahutan dari dalam menyuruhnya masuk kedalam.

"selamat malam, maaf tuan. apa yang ingin anda tanyakan?" kata perempuan itu sambil menunduk dalam.

Woojin bangkit, dan melangkahkan kaki dan memandang Chaeyeon intens seraya menyingkirkan rambut halus yang menutupi sebagian wajah putihnya.

"kau mirip dengannya." lelaki itu bergumam

"maaf tuan." Chaeyeon menyingkirkan tangan lelaki itu. dan menatap sedikit takut.

"one night stand with me?."

lelaki itu menyeringai. Chaeyeon mengerutkan keningnya bingung dan marah. ia merasa dilecehkan. ia takut dan memandang kedua kakinya yang sedikit bergetar. tangannya terkepal kuat.

Woojin melangkah mendekat semakin memojokkan si perempuan. baru saja ingin memegang pundak Chaeyeon, namun dengan cepat sang empu menghempaskan tangannya dan menatap Woojin nyalang. "sudah cukup."

"maaf tuan. saya memang miskin, tapi saya punya harga diri!! dan saya lebih baik dipecat daripada harus bertemu dengan manusia seperti anda. anda tak waras!" suaranya bergetar. air mata terlihat membendung di ujung matanya. takut, risih, dan marah menyatu dalam darahnya saat itu.

"baiklah, permintaan dikabulkan. keluarlah." balas lelaki itu dingin tanpa ekspresi

Chaeyeon membalikan badan dan langsung membuka pintu, serta membantingnya kuat. beberapa orang yang sedang lembur menatapnya keheranan. Chaeyeon tak perduli lagi. ia berjalan menuju rumah yang jaraknya cukup jauh. sesekali ia berlari kecil di pinggiran jalan dan menyeka air mata yang lolos dari mata indahnya. ia tak tau harus bagaimana. ia sakit hati.

dan apa mungkin sudah nasibnya diperlakukan tak pantas, hanya karena ia orang yang tak ber-uang?



[End of flashback.]

–-–-–

Daehwi menatap Hyungseob prihatin. jika saja keluarganya memiliki harta berlimpah, ingin sekali dirinya membantu sosok rapuh didepannya ini.

"Daehwi. aku butuh pekerjaan.. apapun itu."

"a-aku.. Hyungseob? kau yakin? tugas semakin banyak, apa kau tidak akan lelah nantinya?"

"tidak. aku yakin dengan keputusanku."

Hening melanda kedua orang tersebut selama beberapa saat.

"Daehwi-ya? kau pulanglah duluan."

"tidak Seobbie. aku akan menema-"

"aku tak apa. kau mudah sakit. aku sungguh tak mau merepotkanmu. aku akan marah jika kau ikut denganku nanti." Hyungseob meyakinkan Daehwi dan tersenyum kecil

"baiklah.. kau baik-baik ya. kabari aku jika ada sesuatu. aku balik ya." Daehwi melambaikan tangannya dengan senyum yang mengembang diwajahnya.

Dilihatnya Daehwi yang mulai menjauh menuju gerbang kedua yang ada di belakang sekolah, ia langsung membalikan badan dan pulang lewat gerbang depan.

lelaki manis itu melangkahkan kaki menyusuri jalanan kota.

Satu-persatu toko ia masuki. bertanya kepada setiap pemilik toko dengan satu pertanyaan yang serupa. toko terakhir yang ia hampiri pada hari itu

sayangnya, Hyungseob harus menelan pahitnya kenyataan.

"ternyata mencari kerja itu susah." lelaki itu tersenyum hambar.

Ia melangkahkan kakinya untuk pulang ke rumah. uang jajannya sudah terlalu sedikit untuk dijadikan ongkos pulang.

Ia lalu melewati kantor tempat kakaknya bekerja. keringat bercucuran di pelipisnya. Ia langsung memutuskan untuk duduk di taman dekat kantor kakaknya. lagi.

duduk di tempat yang sama seperti kemarin dulu saat ia menunggu kakaknya selesai bekerja.

langit mulai menggelap. kakaknya tak kunjung keluar. Hyungseob mengedarkan pandangannya agak khawatir dengan keadaan sekitar. entah, tapi instingnya mengatakan jika ia diperhatikan oleh seseorang sedari tadi.

Ia berdiri, dan melangkah gontai membawa dirinya pulang kerumah.

sebuah mobil mewah berwarna hitam mengikuti langkah sosok yang berjalan di trotoar. senyuman dari sang pengendara seakan mencerminkan keadaan hatinya sekarang.

bagaikan lahan kering kerontang yang disiram hujan selama sejam, hatinya seakan berbunga ketika melihat sosok sang pujaan.

sekitar 10 menitan ia berjalan, Hyungseob memasuki sebuah lorong. Woojin tak dapat memasuki lorong tersebut. ia pun berhenti. menjaga lelaki manis itu hingga memasuki salah satu rumah sederhana didalam sana.

lelaki itu lalu tersenyum simpul.

–-–-

Hyungseob masuk ke rumahnya. lelaki manis itu refleks tersenyum sumringah ketika kedua manik matanya melihat sosok yang sangat dikenalnya sedang duduk di ruang keluarga.

"Daehwi? Euiwoong? dan.."

seorang lainnya berbalik.

senyuman itu pudar dalam sedetik.


Dia..

Sosok yang datang dengan tampang tak berdosa,
dengan mudahnya menampakan diri didepan Hyungseob tanpa rasa bersalah?

kenangan lampau menyeruak di seisi kepalanya,
menikmati sepersekian detik kenangan yang seakan menghujam jantungnya.

"semudah itu?" Hyungseob menatap sendu lelaki yang sangat dikenalnya /dulu/ sebelum sosok itu meninggalkan ia tanpa sepatah kata. lelaki yang apatis terhadap seorang yang mencintainya, lelaki yang tega membiarkannya jatuh, sejatuh jatuhnya merasakan beban hidup yang menimpa tiada hentinya, juga lelaki yang pergi tanpa kata, meninggalkan kenangan indah serta luka yang meradang di hatinya.

Bertahun tahun ia pergi, dan masih bisa kembali dengan senyuman yang sama seperti tahun terakhir.

"Hyungseob-ah? aku merindukanmu." lelaki berkulit putih tersebut tersenyum tanpa rasa bersalah.















"maaf, tapi aku tidak-

Guanlin-ah."








–-–-–-

To be continued..

[3] one night stand +진섭.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang