-; 02

3.3K 573 44
                                    

Hyungseob menggenggam tangan orang yang sangat ia sayangi didepannya. Sosok yang membesarkannya dan juga sosok yang sangat kuat yang tegar akan kehidupan, yang juga selalu memberikan pelukan hangat disaat ia lelah saat menempuh lika-liku kehidupan.

Lelaki itu tertunduk dan  menatap penuh arti alat-alat yang menghiasi wajah sampai tangan sang mama.

"apa mama lebih nyaman seperti ini?"
"mama lelah ya?" sambungnya menahan rasa sedih dan sakit yang menghujam hatinya.

"..."

Tak ada sepatah katapun yang ia terima sebagai jawaban. Lelaki itu tersenyum pahit dan menyeka setitik air yang jatuh dari ujung matanya.

"cepat bangun ma.. Hyungseob ingin peluk mama kayak dulu lagi.." katanya penuh harap.

Perempuan itu masih menutup matanya rapat. Hanya suara dari jarum jam dan juga dari alat pendeteksi denyut jantung disamping kiri sang mama yang mengisi kekosongan diruangan tersebut.

'cklek'

Seorang perempuan masuk kedalam ruangan. Matanya yang terlihat agak sembab mengarahkan pandangannya  kepada Hyungseob.

Perempuan itu sungguh tak tega untuk mengatakan maksud tujuan kedatangannya kesitu.

"Hyungseob.." Soyou berkata dengan suaranya yang sedikit serak. Memberi jeda, menggantungkan kata-katanya diudara.

Lelaki itu mengalihkan pandangan kearah adik dari mamanya. Menatap perempuan itu dengan senyum palsu yang muncul diwajahnya.

"mungkin akan lebih baik jika aku mengatakannya ke Chaeyeon saja." isi hatinya.

Merasa gagal menjadi seorang bibi yang baik. Merasa bersalah dan berharap mujizat datang menghampiri dan memutar waktu kembali. Kecerobohannya membawanya dan juga kehidupan 3 orang yang ada dalam tanggung jawabnya seakan dijatuhkan dengan sengaja oleh yang namanya takdir.

Beribu kata yang muncul dipikirannya, namun hanya beberapa kata yang dapat ia katakan.

"maaf Hyungseob-ah."

–-–-

Seorang pemuda yang disegani orang-orang dikantor sesekali menatap ke satu arah diluar sana. Berharap sosok yang baru ia temui kemarin menampakkan diri kembali.

Ironis, dirinya bahkan tak menemukan tanda-tanda bahwa sosok itu datang dan duduk manis dibawah pohon ditemani semilir angin yang berhembus pelan.

"apakah anak itu tak datang? ah sial." lelaki itu mengepalkan tangannya kesal. Kesal terhadap dirinya sendiri yang bahkan tidak mengajak basa-basi atau setidaknya berkenalan.

Woojin berdiri, dan membawa dirinya kembali ke ruang kerjanya. Di dalam lift, ia masuk. Betapa kagetnya ia saat melihat seorang perempuan yang membawa peralatan pel. Perempuan itu langsung membuang muka, saat disadari sosok yang masuk adalah president atau direktur utama perusahaan.

Woojin baru saja ingin menegur perempuan tersebut, tapi matanya membulat melihat wajah perempuan tersebut dari pantulan di pintu lift.

Entahlah, tapi wajah perempuan tersebut mengingatkannya pada seorang.

Mereka memiliki tatapan yang sama, kulit putih bersih yang sama, serta bibir merah merekah yang serupa.

[3] one night stand +진섭.Where stories live. Discover now