Chapter 19

465 47 26
                                    

As usual, gue baru kembali dari hibernasi yang bener-bener takes a long time, sorry :(

Btw ya gue sedih sekali my baby alien dnf race lalu :'(((

Menjadi kekasih Marc Márquez

atau

menjadi istri Dani Pedrosa?

Marc Márquez. Dulu ia memang sosok yang digilai Andrea, ia begitu menggilai laki-laki itu. Ia bahkan rela melakukan apa saja untuk bisa berbincang-bincang dengan juara dunia bertahan itu. Tapi semua tak lagi sama sejak kepindahannya ke kelas tertinggi lomba balap motor bergengsi itu. Marc begitu sombong, kasar, kejam, tidak berperasaan. Mekipun sekarang ia sudah mengemis cinta, ia tetap tidak bisa melupakan kenangan pahit yang ditulis Marc pada hatinya. Bagaimana jika nanti ia kembali menjadi Marc yang dulu? Bukankah lebih sakit hati jika ia sudah terlanjur jatuh hati pada Marc?

Dani Pedrosa. Laki-laki terbaik yang pernah ia temui. Bahkan saat aku sakit, ia rela mengurusku setiap hari dan ia juga mau merelakan waktu latihan privatnya bersama Yamaha di sirkuit. Tidak seperti Marc yang selalu mengedepankan karirnya, ia tahu bahwa Marc tidak akan sudi pikirannya terpecah hanya untuk merawat seorang gadis, apalagi gadis itu adalah rivalnya. Tapi, untuk menjadi istri seorang Dani?

Andrea menarik nafas dalam-dalam, menjernihkan pikirannya setelah tiga puluh menit berpikir keras.

"Aku sudah memutuskannya dan aku akan mengatakannya besok kepada mereka."

***

Jam menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit, namun Andrea masih saja berkutat di depan cermin.

"Kau sudah cantik, Andreaku sayang. Berhentilah bercermin atau kita akan terlambat."

Gadis itu tetap menyisir rambutnya dengan tangannya.

"Ada apa?"

Andrea dan Max memang sudah seperti saudara kandung. Namun untuk masalah sebesar ini, An memutuskan untuk diam.

"Aku tidak apa-apa. Hanya saja aku gugup."

Max memegang kedua lenganku. "Apa yang kau takutkan? Kau tampil di podium kemarin. Itu adalah hasil yang sangat bagus. Aku yakin kau juga akan mencetak podium di Sachsenring. Oke?"

Andai saja kau tahu masalah yang sebenarnya, batin gadis itu.

Andrea menyeret kopernya keluar kamar, menyusuri koridor hotel.

"Hey, tunggu," sebuah tangan menghentikan langkahnya. 

"Ada apa?"

"Bisa kita berjalan bersama?"

Siapa lagi jika bukan bayi alien yang kamarnya berseberangan dengan Andrea. Tanpa babibu, Andrea kembali meluruskan pandangannya dan melangkah.

"Hmmm.. Tadi pagi aku memasak omelet untukmu. Kau mau?"

"Tidak, terima kasih," jawabnya tanpa menoleh sedikit pun.

"Oke baiklah. Tapi apa kau yakin? Omelet ini aku buat dengan rasa cinta, jadi pasti rasanya enak," bujuk Marc.

"Tidak ada omelet yang rasanya cinta. Max, tolong angkatkan koperku."

Max memasukkan koper An dan beberapa barang lainnya. "Mau kubantu, Marc?"

"Tidak, terima kasih."

Melihat Andrea yang sudah berjalan menuju bus, Marc berkata, "Hmm aku butuh bantuanmu. Terima kasih, Max!" Marc langsung menyusul Andrea.

***

"Kau akan memilih ban apa untuk Sachsenring?"

Summer in Barcelona [DISCONTINUED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang